Dua Puluh Tujuh.

764 64 14
                                    

HUJAN.

Seungcheol enggak bawa motor. Jaehwan? Sudah pulang. Minta tolong ke Chan? Aduh, jangan diharapkan deh. Adiknya yang satu itu bahkan sudah di rumah. Jadi, sekarang; bagaimana Soonyoung bisa pulang?

Ya, technically, dia nggak bisa pulang. Atau oke, mungkin kiasan yang tepat adalah belum. Belum bisa pulang. Hujan sedari tadi sudah mengguyur kawasan ini semenjak setengah jam yang lalu, dan naasnya, sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda akan reda. Jadi, cowok itu cuman bisa menunggu saja di depan kantor pos satpam, memeluk badan ringkihnya erat-erat karena hawa dingin dan air hujan yang menampar wajahnya. Kenapa sih, Soonyoung tidak menunggu di dalam? Kalau dilihat disana, toh tidak berantakan. Ruangan itu juga wangi, ada termos dan dispenser dengan tombol penghangat air supaya dia bisa meminum air hangat. Lalu, kenapa Soonyoung malah tetap bersikukuh menunggu di luar?

Well, simple, di dalam ada Wonwoo.

Iya, Wonwoo duduk di sana, memperhatikan Soonyoung yang berdiri memunggunginya lengkap dengan ransel yang tersampir di pundaknya. Dia sudah lebih dahulu tiba disini, pos satpam itu jadi tempat nongkrongnya akhir-akhir ini. Soalnya, dari tempat ini, dia bisa mengawasi Soonyoung yang baru keluar dari kelas, tertawa bersama Jaehwan, atau mengusili adik kelasnya, dan kemudian meninggalkan sekolah. Aneh kan? Padahal, Wonwoo dan Soonyoung sekelas, bukan beda kelas.

Karena, di kelas, Wonwoo tidak bisa leluasa memperhatikan Soonyoung. Ada berpuluh-puluh mata yang mengawasi gerak-geriknya, termasuk sahabat Kwon Soonyoung yang berisiknya super duper bukan main. Siapa lagi kalau bukan Jaehwan. Jadilah, sekarang Wonwoo menyebut dirinya sebagai si secret admirer, bukan lagi cuman mantan.

"Loh, dek Soonyoung kok masih di luar?"

Suara itu datang dari Om Changmin, si satpam yang entah dari mana. Soonyoung berbalik, dan ketika tilik matanya bertemu dengan Wonwoo, lidahnya jadi kelu. Untungnya, otaknya masih bekerja dengan baik. Jadi, cowok itu menjawab dengan cepat sebelum ia bahkan bisa mengontrol lidahnya, "Iya, nungguin hujan."

Jawaban bodoh. Soonyoung merutuk dalam hati. Dia melirik Wonwoo di sudut sana, yang kentara sekali mengulum senyumnya. Good, makin hancur lah imagenya di depan Wonwoo sekarang.

Walau sudah hancur, sih.

"Masuk saja sini," Om Changmin mengibaskan tangannya, isyarat untuk Soonyoung segera masuk ke dalam. Dia menunjuk ke luar, "Tuh, hujannya makin deras, anginnya juga makin kencang. Kalau kamu disitu terus nanti bisa sakit, loh."

"Tapi, omㅡ"

"Sini masih kosong." Itu suara Wonwoo. Laki-laki itu mengangkat tasnya, memindahkan ke pangkuannya sehingga sisi kursi yang penuh jadi kosong kembali. "Duduk aja."

Kalau kalian bertanya-tanya bagaimana kondisi Soonyoung sekarang, maka akan kujelaskan secara singkat; Otak dia kosong, dan bukannya berjalan menghampiri Wonwoo, dia cuman terpaku di tempat. Aku rasa, otaknya kali ini pun ikut terkejut sehingga tidak bisa memerintahkan si pemiliknya untuk bergerak.

5 detik Soonyoung terdiam, sampai akhirnya Om Changmin harus menggoyangkan lengan Soonyoung untuk menyadarkan ia, dan apa yang dia lakukan setelahnya benar-benar...... out of expectations.

Karena, alih-alih tersadar dan duduk, Soonyoung malah berbalik ke luar dan wuuuusss, dia berlari membelah hujan dengan ransel di kepala, menuju parkiran motor yang entah motor siapa akan ditumpanginya.

Meninggalkan Om Changmin dan Wonwoo yang cuman bisa melongo melihatnya.

Tapi, keheningan itu juga enggak terlalu lama, karena Wonwoo yang setelah itu berucap,

"Om, kalau gitu, aku juga duluan deh."

Om Changmin terdiam, tapi alisnya naik sebelah disana, tanda ia keheranan. Jadi, Wonwoo melanjutkan lagi, kini ia sudah berdiri dan mengeluarkan payung yang sedari tadi ada di tasnya. "Aku pulang sama Soonyoung, duluan ya Om."

*

*

*

"Loh," Chan menggaruk kepalanya, dia mengerjapkan matanya berulang kali tidak percaya. Itu, yang dia lihat di luar dari balik jendela tidak salah? Abangnya turun dari motorㅡ"Bang Wonwoo?"

"Mereka udah balikan?" Ini pertanyaan Jaehwan.

"Kayaknya belom, dah." Ini jawaban Seungcheol, sambil makan popcorn.

"Udah, kali." Jaehwan lagi, tangannya mengambil popcorn Seungcheol. "Kok nggak cerita-cerita ya tuh anak?"

"Kayaknya beneran belum deh, bang." Chan menyahut, tangannya terangkat menunjuk Soonyoung dan Wonwoo. "Lihat deh, abang gua masih malu-malu gitu, berarti belum baㅡ"

Tiga-tiganya terdiam.

"Udah balikan kali, itu ciuman."

*

*

*

Notes: Halo! Wow, chapter ini mendadak banget aku tulis uhuhuhu. Semoga masih ada yang inget cerita aku ini ya ;; By the way, misalnya ada yang mau baca cerita soonwoo / sunu aku yang lain, bisa cek twitter aku yang khusus nulis ya (@.pantheralight). Terakhir, tetap sehat terus ya, guys! Salam sunu dari aku!  💙💛💓

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 31, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Simpangan Cinta ㅡ soonwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang