1. Rakha dan Saka

34 11 1
                                    

•BAB 1•
Rakha dan Saka


SELAMAT MEMBACA

"Pagi cantiknya Aku," sapaan manis itu mengalun merdu di gendang telinga seorang gadis yang baru saja keluar dari rumahnya. Dia menarik seulas senyuman mendengar itu, "Pagi juga Rakha."

Laki-laki yang tadi menyapa dengan senyum lebarnya itu langsung mengerucutkan bibir kesal, "Kok gak bales 'pagi juga gantengnya aku'?!" tanyanya merajuk. Muka laki-laki itu tertekuk sebal karena jawaban dari gadisnya tidak sesuai ekspektasi. 

Melihat pacarnya yang sedang dalam bucin mode on, gadis berambut hitam panjang itu langsung menghapus jarak di antara mereka. Dia agak berjinjit untuk mengacak pelan rambut pacarnya yang manja itu.

"Pagi gantengnya Akuuuuu," ucap gadis itu mengulang sapaannya. Setelah mendapat respon berupa senyuman dari pacarnya, gadis itu kembali berdiri di posisi semula. 

"Gitu dong cantik! Yuk berangkat!" laki-laki itu menggandeng tangan pacarnya menuju motor yang akan ditumpangi mereka ke sekolah. Setelah sampai di samping motornya, laki-laki itu memakaikan helm dengan amat hati-hati ke kepala pacarnya.

"Cantik banget makan apa sih, hm? Gemesss Aku tuh!" celetuknya sambil mencubit pelan pipi gadisnya. Masih tak puas dengan sekali cubitan, dia kembali melakukan hal itu berulang-ulang sampai gadisnya merengut kesal.

"Rakhaaaa! Buruan ayo ih keburu telat!"

"Siap tuan putri!"

Mereka berdua pun segera membelah padatnya jalanan sambil berpegangan tangan. Dengan posisi memeluk dari belakang, gadis itu merasakan nyaman ketika tangannya yang melingkar di perut pacarnya digenggam dan diusap pelan oleh sang pacar.

Ketika sampai di sekolah, banyak pasang mata jomblo yang menatap iri dengan keharmonisan mereka. Bagaimana tak iri? Pasangan kekasih itu sudah menjalin kasih dari awal mereka masuk di SMA Cendrawasih, tepatnya tiga tahun yang lalu. Dan selama tiga tahun ini, mereka berdua jauh dari gangguan pelakor atau semacamnya. Hanya ada ribut kecil-kecilan karena hal yang sepele. Misalkan, Rakha yang terlalu posesif dan terkesan mengekang Saka. Tapi seiring berjalannya waktu, Saka menerima sikap posesif pacarnya karena dia merasa diistimewakan.

Siapa sih yang tak kenal mereka? Seantero sekolah pasti mengenalnya. Mulai dari si kutu buku sampai si pembuat onar, pak satpam, guru-guru, petugas kebersihan, bahkan penjaga kantin pun pasti mengenal mereka berdua. 

"Liat tuh Nisaka udah jadi ratu. Lah Gue masih aja jadi babu!"

"Kawal sampe pelaminan!"

"Gemoy banget anjir!"

"Rakha kalo ketawa damage-nya gak ngotak!"

"Jomblo nangis di pojokan!"

"Dahlah bay! Gak kuat liat uwu pagi-pagi!"

Bisikan-bisikan itu terdengar jelas di telinga Rakha dan Saka. Tapi mereka acuh saja karena sudah sering mendapatkan hal tersebut dari awal mereka pacaran.

"Nanti Kamu futsal dulu, Rak?" tanya Saka di tengah perjalanan menuju kelasnya. Sebenarnya dia enggan terus-terusan diantar sampai kelas seperti ini, tapi balik lagi tadi, Rakha itu posesifnya kelewatan. Dia takut pacarnya ketemu buaya di tengah jalan jika dia tidak mengantar gadis manis itu sampai kelasnya. 

RAKSAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang