5. Perhatian Rakha

20 6 0
                                    

BAB 5•
Perhatian Rakha

SELAMAT MEMBACA

Setelah kepergian Nizam dari rumah Saka, Hanna juga pamit pulang karena merasa canggung. Walaupun sudah berteman dengan Saka selama enam tahun, dia tetap merasa segan untuk ikut campur urusan keluarga mereka. Dia hanya mampu membantu sebisanya. Dengan cara memanggil Rakha contohnya.

Kehadiran Rakha benar-benar membuat Saka tenang. Gadis itu sudah lebih baik daripada tadi. Walaupun masih sesenggukan sisa menangis histeris tadi pastinya.

"Makan ya? Kamu belom makan kan dari pulang sekolah tadi?" ucap Rakha membujuk Saka. Saka menatap Rakha yang juga sedang menatapnya, "Kamu pulang aja. Pasti capek kan abis futsal langsung kesini?"

Rakha menggeleng, "No! Kamu makan dulu baru Aku pulang. Tadi di sekolah cuma makan bakso loh. Gak makan nasi."

"Makan ya? Nanti mag nya kambuh."

"Masih kenyang. Nanti aja makannya. Mending Kamu pulang terus bersih-bersih."

"Kamu ngatain Aku dekil dong?" sewot Rakha bercanda. Dia berusaha membuat gadisnya kembali tertawa. Paling tidak tersenyum lah. Dia akan merasa lega jika sudah melihat senyuman manis pacarnya.

"Gak gitu. Kamu pasti gak nyaman pake baju lepek kayak gitu."

"Tau aja si cantik ehehe." Rakha nyengir sambil garuk hidungnya.

"Ya udah sana pulang!"

"Em-em!" Rakha geleng kepala dengan ekspresi yang menggemaskan. Saka yang melihat pemandangan di depannya langsung tersenyum. Dia tau Rakha berusaha membuatnya tersenyum. Dan sekarang dia sedang berusaha tersenyum manis agar Rakha tau bahwa dia baik-baik saja.

"Terus Kamu maunya gimana?" tanya Saka. Rakha terkesiap mendengar suara lembut Nisaka. Dia mengerjapkan matanya salting.

"E-eh? Aku?"

Saka makin tersenyum lebar melihat kocaknya muka Rakha. Diam-diam Rakha ikut tersenyum melihat Saka nya tersenyum.

"Aku mandi disini aja deh ya?" ucap Rakha masih enggan pulang. 

"Trus gak ganti baju gitu?" sangkal Saka yang ingin Rakha segera pulang dan dia bisa menenangkan diri.

Rakha menyengir lebar, "Pake punya Bang Nizam ajaa. Atau gak punya papa Kamu juga gapapa. Yang pasti aku gak mau pulang sebelum Kamu makan!"

Saka geleng-geleng kepala. Dia memilih beranjak dari ruang tamu dan ke lantai atas untuk mengambil pakaian kakaknya. Setelah memilih baju yang sekiranya pas di tubuh Rakha, Saka kembali turun sambil membawa baju di tangannya. 

"Sana mandi!" suruh Saka. Rakha mengangguk kemudian langsung pergi ke kamar mandi. Setelah selesai mandi, dia kembali menghampiri Nisaka sambil menenteng baju kotornya. 

"Yuk makan!" ajak Rakha sambil membuka ponselnya. Berniat memesan makanan melalui aplikasi online. 

"Kamu aja. Aku males makan," tolak Saka yang masih tidak bergairah untuk makan. Rakha menghela nafas berat. Dia merengsek maju mendekat ke arah Saka. Tangannya terulur mengelus rambut Saka dengan pelan, "Makan ya? Sedikit gapapa. Yang penting makan nasi. Ya?"

Saka menatap mata Rakha. Seolah-olah masih menolak untuk makan. Rakha yang paham maksud pacarnya langsung menarik tubuh itu ke dekapannya, "Nangis lagi aja kalo masih pengen nangis. Jangan dipendem sendiri. Aku disini buat Kamu. Jangan pernah berpikir kalo Kamu sendiri. Ada Aku. Buat Kamu."

Mulut Saka terdiam. Berbeda dengan matanya yang sudah mengeluarkan cairan bening dengan derasnya. Saka merasa nyaman dan aman di pelukan Rakha. Rasanya hangat. Dia benar-benar beruntung bisa mengenal Rakha dan jadi satu-satunya perempuan yang disayangi Rakha.

RAKSAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang