11. Dugaan Saka

17 1 0
                                    

BAB 11
Dugaan Saka

SELAMAT MEMBACA

Senin pagi kembali datang, membuat siapa saja yang bangun di pagi ini kembali menghela nafas panjang. Siap memulai hari baru dengan semangat yang lebih seru.

Termasuk dengan gadis cantik yang baru saja membuka matanya itu. Dia menatap langit-langit kamarnya, sibuk mengumpulkan nyawa hingga terkumpul semua. Ya, gadis itu adalah Saka. Gadis cantik yang sayangnya tidak terlalu pandai bergaul.

Saka menoleh ke samping kirinya. Terlihat Hanna yang masih terlelap dengan tangan kiri memeluk tubuh Saka dan wajah yang terlihat gepeng karena posisinya yang mepet di badan Saka. Hanna memang menginap selama tiga malam di rumah Saka. Malam Sabtu, Minggu, dan Senin.

"Na, bangun!" ucap Saka menggoyangkan badan Hanna pelan.

"Emh. Sabar, Sa. Lima menit."

"Lima menit lima menit! Omong doang Lo mah."

"Iyaaa."

"Bangun cepetan. Sholat subuh sana."

"Tiga menit."

"Bangun apa Gue guyur?"

Hanna berdecak sebal. Dengan mata masih tertutup, dia bangkit sambil menggaruk pantatnya.

"Gue nanti berangkat sama Rakha nih?" tanya Saka yang tak dijawab oleh Hanna. Hari Minggu kemarin, mereka hanya menghabiskan waktu di kamar Saka. Membicarakan keanehan Rakha yang membuat Saka curiga.

Dan saat itu Hanna memberi saran kepada Saka. Hanna bilang, "Coba deh besok Lo biasa aja ke Rakha. Maksud Gue, jangan marah gara-gara kejadian semalem. Kita liat aja nanti, kalo Lo memperlakukan Rakha kek biasa, dia bakalan coba cerita jujur gak ke Lo. Atau malah dia tetep gak mau inisiatif cerita kejadian yang sebenernya."

Saka yang mendengar ucapan Hanna langsung termenung. Menurutnya, saran Hanna ada gunanya juga. Dia bisa tau apakah Rakha masih menghargai perasaannya atau tidak melalui kejujuran.

Seseorang yang memang bersalah akan merenungi kesalahannya. Dan dia, akan berusaha memperbaiki kesalahannya dengan cara apapun.

Kita lihat saja nanti. Apakah Rakha akan menceritakan kebenarannya, atau tetap membiarkan Saka menduga-duga dan berakhir renggangnya hubungan mereka.

"Lo tadi ngomong apaan, Sa?" tanya Hanna yang baru selesai mandi dan beribadah. Gadis itu mendaratkan bokongnya di kasur Saka sambil mengusap rambutnya yang masih basah.

"Gue berangkat sama Rakha?"

"Iya aja. Gue abis ini mau pulang aja lah. Ganti seragam sama ambil tas," jawab Hanna.

Saka mengangguk. Dia menatap jam di dinding kamarnya yang ternyata masih menunjukkan pukul 05.03.

"Naik apaan baliknya? Emang ada ojol jam segini?"

"Ada kali. Kalo gak ya nanti aja jam enam kurang."

"Oke."

Hanna menatap Saka, "Lo gak mandi?"

"Ntar aja lah. Masih mager."

"Astagfirullah. Punya temen titisan dugong ya gini. Maunya rebahan mulu."

🛡️🛡️🛡️

Kini Rakha dan Saka sudah ada di perjalanan menuju sekolah. Saka melakukan semua saran yang diberikan Hanna, dia bersikap biasa saja di depan Rakha. Saka sengaja tidak membahas kejadian malam itu. Dia ingin tau, akankah Rakha menjelaskan hal itu? Atau malah sebaliknya?

RAKSAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang