4. Saka dan Permasalahannya

26 10 0
                                    

•BAB 4•
Saka dan Permasalahannya

SELAMAT MEMBACA

Nisaka menghampiri seseorang yang berteriak di depan rumahnya yang tak lain adalah kakak kandungnya sendiri. Gadis itu membuka pintu dengan kasar, "Ngapain lagi Abang kesini? Pergi!" usir Saka setelah sampai di hadapan kakaknya, Nizam Ace Altezza.

"Bagi duit!" ucap Nizam memalak.  Cowok yang belum lulus kuliah itu terlihat baru saja selesai mabuk-mabukan. Terbukti dengan bau alkohol yang menyengat tercium di indera penciuman Saka dan Hanna.

"Terus aja terus! Gak pernah pulang. Sekalinya pulang cuma buat minta uang. Gak malu hah?!" cemooh Saka marah. Hanna diam saja menyimak dua kakak-adik di depannya sedang adu mulut. Dia memegang pundak Saka, takut Saka kelepasan dan baku hantam dengan kakaknya.

"Masalah gitu buat Lo?!" tantang Nizam. Cowok dengan tindik di telinga kirinya itu mendekat ke arah Saka. Mendorong kasar tubuh adiknya agar bisa masuk ke rumah mereka. 

"MA! MINTA DUIT!!!" lagi-lagi Nizam berteriak. Laki-laki itu memaksa berjalan walaupun dengan tubuh yang sempoyongan.

Nisaka yang melihat abangnya sudah hampir mencapai kamar mamanya langsung menyusul. Dia menarik tangan kiri abangnya hingga membuat Nizam hampir terjungkal jika Saka tidak menangkapnya. Sebenci apapun Saka kepada Nizam, gadis itu tetap merasa sakit jika kakak satu-satunya terluka.

"Jangan bikin Saka makin benci Abang, Bang! Pergi!" usir Saka dengan nada rendah. Dia menatap prihatin tubuh Abangnya yang tak terurus. Pipi tirus, rambut berantakan, badan yang seperti bermandikan alkohol, dan satu lagi mata Nizam yang membuatnya sakit ketika melihatnya. Mata yang dulu selalu menatapnya penuh kelembutan itu kini hanya mampu menatapnya sayu. Seperti tak ada gairah hidup.

Nizam masih terdiam. Entah diam merenungkan ucapan Saka atau diam karena memikirkan strategi untuk mengambil uang milik Saka. 

Nisaka yang melihat kakaknya tak berkutik langsung melanjutkan ucapannya, "Saka sayang sama Abang. Saka gak mau liat Abang terus-terusan kayak gini! Sampe kapan sih Abang sadar? Di sini Saka, Mama, sama Papa nungguin Abang pulang. Tapi Abang gak pernah pulang sama sekali. Abang cuma pulang buat bikin keributan! Mama Papa sampe takut liat anaknya jadi kayak berandalan gini." 

"Pulang ya, Bang? Jangan bikin Saka benci Abang," lirih Saka yang masih menopang badan kakaknya. Hanna yang melihat sahabatnya seperti itu refleks mengeluarkan air mata. Dia menangis. Gadis berambut pendek itu tak tega melihat teman dekatnya harus mengalami masalah serumit itu. 

Nizam menatap Nisaka dengan alis yang terangkat satu. Dia menegakkan tubuhnya dan menjauh dari Saka, "Udah ceramahnya?" 

Saka tentu kaget. Dia pikir, Nizam sedari tadi terdiam karena hanyut dengan ucapannya. Tapi ternyata sama saja. Nizam yang dulu Saka kenal benar-benar jauh berbeda dengan Nizam yang saat ini ada di hadapannya. 

"Karena Gue udah bersedia dengerin bacotan Lo yang unfaedah itu, sekarang Gue minta imbalan! Bagi duit!" ujar Nizam lagi-lagi seperti preman pasar yang memalak pedagang. Saka menggelengkan kepalanya. Dia pasang kuda-kuda, bersiap baku hantam dengan kakaknya yang sudah kelewatan.

"PERGI!" usir Saka berteriak. Matanya memerah. Dadanya naik turun menahan emosi. Hanna langsung memberanikan diri mendekat ke arah Saka dan Nizam untuk menurunkan emosi Saka.

Nizam tak memperdulikan bentakan Saka. Dirasa Saka sedang lengah, Nizam berlari kencang ke kamar Saka. Laki-laki itu mengacak-acak kamar adiknya untuk menemukan benda yang dia inginkan. Saka dan Hanna menyusul. Mata kedua gadis itu langsung membola saat tiba di kamar Saka.

RAKSAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang