04 || pelukan Cilla

1.5K 143 8
                                    

(.◜◡◝)

-

Dering alarm berhasil membangunkan tidur lelap Jendra pagi ini, sebenarnya ia baru saja menutup matanya pukul 3 pagi tadi, tapi sekolahnya tidak bisa di lewatkan bukan? Jadi mau tak mau ia harus terbangun jam 5 untuk bersiap.

Sudah lama ia tidak sarapan dengan ayah dan adik nya, hari ini ia berniat untuk ikut sarapan di meja makan, Jidan yang melihat Jendra duduk disampingnya tersenyum senang.

"Mau makan apa kak? " Tanya Jidan

Jendra terdiam melihat menu yang tersedia didepannya, "nasi goreng aja deh" Ucapnya, Sesuai ucapan Jendra dengan cepat Jidan mengambilkan piring dan diisi dengan nasi goreng secukupnya.

"Manja" Celetuk Adrian yang sedari tadi menikmati secangkir kopi.

Sendok yang dipegang Jendra tiba tiba ia simpan, hilang sudah nafsu makannya pagi ini ia sedikit menyesal karena ikut sarapan.

"Makan kak" Ucap Jidan mengusir canggung, Jendra mengangguk kecil, ia mulai memasukan suap demi suap kemulutnya.

Dan akhirnya sarapan selesai, ia buru buru beranjak dan pamit sekolah seperti biasa dengan vespa matic nya.

Sesampainya disekolah dia langsung masuk ke kelas dan duduk di samping Nakula yang sedang memakan bekalnya.

"Udah sehat? Gue kira lo ga sekolah hari ini" Nakula heran karna Jendra ada disampibgnya sekarang, yang ia lihat kemarin temannya itu benar benar lemah.

"Emang sakit?" Tanya Hamka, Renjana yang duduk di samping Hamka pun langsung membalikkan badannya menatap Jendra.

Nakula hanya mengangguk dengan mulut penuh sandwich buatan ibunya, "sakit apa? " Tanya Renjana khawatir.

Jendra menggeleng, "cuman pusing dikit kok" Jawabnya santai, membuat Nakula tersedak.

UHHUUKK

"Ehhh cepet minum, makanya kalau makan pelan pelan, lo ga lagi latihan militer" Ucap Renjana memberikan botol minum yang sebelumnya sudah ia buka.

Nakula meneguk rakus air minumnya, setelah itu ia menatap Jendra dengan tatapan tajam, "pusing dikit kata lo? Pala lo kebentur apaan sampe kaga bisa bawa motor? Jalan harus dipegangin! " Nakula meninggikan nada bicaranya menandakan ia marah.

Jendra mengerjapkan matanya, ia terkejut melihat Nakula marah, "sorry" Cicitnya pelan.

3 sahabat nya menghela nafas, bagaimanapun mereka sudah lelah dengan sikap tertutup Jendra.

"Sorry udah ngerepotin lo" Lanjutnya.

Nakula masih menatapnya tajam, "Jen asal lo tau kita ber3 ga pernah ngerasa direpotin, kita semua sahabat udah kewajiban nya buat bantu" Ucap Renjana berusaha tidak ikut emosi.

Jendra merunduk, "gue udah bilang kalau ada apa apa itu cerita bukan tiba tiba chat waktu lo udah hampir sekarat" Sarkas Nakula, memang kemarin bukan kali pertama ia menjemput Jendra dengan keadaan tidak baik baik saja.

"Sorry" Lagi lagi kata maaf keluar dari bibir tipis Jendra.

"Yaudah sekarang lo harus janji kalau ada apa apa lo harus cerita" Ucap Hamka yang tidak mau ribut.

Jendra mengangguk kecil

"Sorry tapi gue ga bisa cerita ke kalian" Batinnya.

(.◜◡◝)

Pulang sekolah seperti biasa, Jendra membawa langkahnya menuju ruang osis. Saat sampai, ia sudah melihat Taro yang sedang duduk didepan laptopnya.

Kisah Jendra ||  Lee Jeno Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang