07 || how lucky Jendra

1.3K 154 33
                                    

(.◜◡◝)
Kangen ga si??? Hahaha

Typo banyak bangettt
-

"JENDRA" Teriak Nakula dan Renjana saat Jendra tiba-tiba lari, mereka yakin Jendra menyusul Hamka.

Benar saja, saat ini Jendra sedang berlari  berusaha menghampiri Hamka yang cukup jauh di depannya.

Tap tap tap

Derap langkah Jendra mulai memasuki lapangan basket indor, dengan nafas yang menderu dan tangan kiri yang mencengkram erat perutnya, ia melihat Hamka yang sedang duduk di tribun.

"Hamka... " Ucapnya saat sudah berada tepat dihadapan Hamka.

"Sorry" Ia memberi jeda di kalimatnya untuk menetralkan sakit di daerah perutnya.

Hamka menoleh, menatap sinis sahabatnya, "gue peduli, lo malah kaya gitu" Sarkasnya.

Jendra hanya mengangguk, ia sibuk menetralisir rasa sakitnya. mungkin karena tadi ia berlari, perutnya seperti di peras kuat kuat saat ini.

Hamka mendecih, "lo anggap gue apa sih Jendra? Hah? Orang asing? Iya? Se ga berharga itu ternyata gue dihidup lo"

"Sorry" Ucapnya purau

"Gue muak Jendra! GUE MUAK LIAT LO SAKIT SAKITTAN, GUE MUAK LIAT LO HARUS KESIKSA, hiks..., please sekali aja, lo egois sama diri lo sendiri, jangan mikirin orang lain sedangkan diri lo ancur perlahan, hiks...   , gue ga mau kehilangan lo Jen" Hamka akhirnya menangis sejadi jadinya, ia benar benar sayang dengan satu sahabatnya itu.

Jendra dengan cepat memeluk Hamka, "thanks, thanks udah jadi sahabat gue" Ucapnya dengan suara serak.

"Erghh... "

Hamka buru buru melepaskan pelukannya saat ia mendengar rintihan Jendra, "lo kenapa? Please jangan jawab gapapa" Jendra tersenyum mendengar Ucapan Hamka.

"Sakit Ka... Gue.. "

"Ga kuat... " Jendra ambuk kembali kedalam pelukan Hamka, ia tidak pingsan, hanya saja ia benar benar tidak kuat dengan rasa sakit itu.

Harsa dengan sigap menidurkan Jendra di tribun dengan perlahan, ia membuka baju seragam milik Jendra dan ia benar benar terkesiap melihat beberapa lebam membiru disana.

"Sakit banget ya Jen" Lirinya, "lo kuat, gue bangga punya sahabat kaya lo, tahan sebentar ya, gue nyari obat dulu" Lanjutnya pelan.

"Jendra/Hamka" Panggil Nakula dan Renjana di pintu masuk, mereka baru bisa menyusul karna sialnya tiba tiba Bu Rara masuk untuk memberikan pengumuman pensi.

Nakula dan Renjana terdiam melihat lebam diperut Jendra, sedangkan Hamka ia sudah berlari menuju Uks untuk mencari obat.

Tangan Nakula naik, perlahan mengusap luka itu, ia ikut meringis , membayangkan sesakit apa rasanya.

"Nih " Hamka menyodorkan kompresan Es dan obat salep pada Renjana.

"Jen gue kompres ya"

Dengan telaten Renjana mengompres lebam itu, Jendra sesekali meminta untuk menyudahi dengan alasan dingin, tapi langsung mendapatkan omelan dari Nakula hingga ia pasrah.

Dan akhirnya mau tak mau Jendra harus tidur di Uks, tentu saja Jendra beberapa kali menolak, karna 3 lawan 1, dengan mudah Jendra kalah dan lagi lagi pasrah harus berada di UKS hingga Bell pulang.

-

Sebenarnya Jadwal Jidan transfusi darah itu malam, tapi malam Jendra benar benar ingin istirahat, jadi setelah bubar sekolah Jendra langsung menancap gas menuju rumah sakit.

Tak lama Jendra langsung melakukan rangkaian donor darah, sebenarnya benar kata Jendra, ia dilarang oleh dokter melakukan donor tapi ia berkali kali meyakinkan dokternya jika ia akan baik baik saja, dan akan makan banyak setelah ini. Walaupun itu tidak menutupi jika mungkin nanti ia berbohong dengan perkatannya.

Segala sesuatu pasti mempunyai resiko bukan? , dan ini lah resiko yang di dapat Jendra, pening hebat di kepalanya membuat ia lemas. Ia beberapa kali menelpon ketiga sahabatnya, hanya Renjana yang menjawab.

"Jendra" Panggil Renjana di lorong. Sahabatnya itu langsung menjemputnya saat Jendra memberi tahu jika ia berada di rumah sakit.

"Kuat jalan?" Lanjutnya. Jendra hanya mengangguk, dan mulai berjalan seiring dengan Renjana menuju parkiran.

Tentu saja, yang mengendarai motor saat ini adalah Renjana, "lo ke rumah gue dulu deh ya?" Sarannya, dan lagi lagi Jendra hanya mengangguk sebagai jawaban.

Sekitar 15 menit waktu tempuh mereka menuju rumah Renjana, motor Jendra ia parkirkan dengan rapih di halaman rumahnya, dengan bantuan satpam Renjana membawa Jendra masuk ke kamarnya, merebahkan tubuh itu dengan perlahan.

"Thanks Ren" Puraunya.

"Istirahat, sebelum ayah lo telpon" Sarkasnya, Jendra terkekeh mendengar omelan itu, ia kembali memejamkan matanya mencoba untuk memasuki alam mimpi.

Hari ini Jendra memutuskan untuk menginap, urusan ia dengan ayahnya, biarkan ia pikirkan nanti, karna saat ini yang ia butuhkan hanya tidur.









Tbc

Aaaaaakkkk dikittt huhuuu maaf yaaaa 😭😭😭

Next up banyak deh :(

Makasih banyak buat yang suka komentarr hahah mood bangettt 🙆

Makasih jugaa loohh yang nungguu uuuu terhuraaa

Sampai ketemu di next up yaaaa

Kisah Jendra ||  Lee Jeno Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang