09 || lo udah janji Jendra!

1.6K 146 116
                                    

Hallo, maaf ya typo bertebaran hihii

---

SMA Neo sudah memulai pelajaran sejak 15 menit yang lalu, ketiga sahabat Jendra khawatir karna temannya tidak datang pagi ini.

Khususnya Renjana, ia sangat tidak fokus di kelasnya. Sesekali ia melihat ke pintu berharap Jendra masuk terlambat.

Brak

Renjana berdiri tiba tiba membuat seisi kelas menatapnya binggung, "lo kenapa? " Tanya Hamka.

"Maaf Bu, saya izin untuk keruang piket" Pamitnya sebelum meninggalkan kelas dengan membawa tasnya.

"Si anjing Renjana" Umpat Hamka.

Dengan cepat Hamka dan Nakula ikut izin dan berlari menyusul Renjana.

"Jelasin kenapa anjing" Cecar Nakula saat sudah berhasil menyusul Renjana.

Renjana menatap Nakula sengit, "bukan waktunya buat ngejelasin, lo ikut aja" Geramnya.

Hamka hanya menghela nafasnya kasar, setelah izin untuk pulang ke ruang piket, mereka naik Bus yang berhenti tepat di halte depan gerbang perumahan Jendra.

Dengan sedikit berlari, mereka menyusuri rumah demi rumah hingga sampai di rumah yang besar, ah bahkan Rumah Jendra paling besar di antara rumah rumah yang ada diperumahan ini.

"Kalian siapa? " Tanya satpam didepan rumah Jendra.

"Kami teman Jendra Adrian pak" Jawab Hamka.

Satpam itu menatap mereka binggung, "ada apa? Pak Adrian dan den Jidan pergi sejak malam" Ucapnya binggung.

"Tuh kan Pak itu Jidan doang, atulah ini temen saya mah masih didalem jigana, kita masuk ya? Moal maling da, tenang" Pinta Hamka dengan wajah memelas, akhirnya satpam itu membukakan gerbang rumah Jendra.

Mereka berlari masuk, dan langsung menuju lantai 2 dimana kamar Jendra.

Tok tok tok

Renjana yang berada di barisan paling depan terus mengetuk pintu Jendra, "Jendra lo tidur? Buka woy!! " Teriaknya.

Ceklek

"Ih tolol ga dikunci ternyata, gandeng weh maneh" Ejek Hamka.

"Udah buka cepet" Perintah Nakula.

Mereka masuk, tubuh mereka mematung, air mata mulai menetes membasahi pipi mereka. Bagaimana tidak? Mereka harus melihat sahabatnya yang terkulai lemah di atas kasur.

Wajah pucat, rambut berantakan, darah kering di hidung, dan lebam dimana mana, membuat mereka semua meringis.

"Jendra.. " Renjana maju duluan, ia menepuk pipi Jendra pelan. "Bangun Jen... " Lanjutnya.

Jendra tetap memejamkan matanya erat, Nakula dan Hamka mulai menghampiri Jendra. Nakula menggenggam tangan Jendra, ia bisa merasakan tangannya yang panas karna hantaran dari tubuh Jendra.

"Jendra bangun!! " Bentak Renjana dengan air mata yang terus keluar.

Hamka duduk di sofa yang berada di pojok kamar Jendra, ia gagal, gagal menjadi sahabat jendra, kemana saja dia saat Jendra butuh? , pikirnya.

"Jendea... Hiks.. " Isak Renjana yang khawatir karna Jendra masih tak mau membuka matanya. "JENDRA!! BANGUN!! LO UDAH JANJI SAMA GUE LO BAKAL SEKOLAH HARI INI, LO BOHONG JENDRA!! BUKA MATA LO ANJING" murka Renjara, ia menguncang tubuh Jendra dengan Brutal hingga Nakula dan Hamka susah payah melepaskannya.

"Ren sadar Ren" Tegur Hamka mengusap pundak Renjana, sedangkan Renjana menangis keras.

Nakula yang memperhatikan Jendra terkejut, saat melihat Jendra mengerutkan dahinya.

"Aakhhh ishhh"

Ringis Jendra masih dengan mata tertutup.

"Jendra!! Lo bangun? " Pekik Nakula senang, Renjana dan Hamka langsung berhamburan menghampiri Jendra.

"S-sakit" Adunya. Matanya perlahan terbuka, ia tentu saja sangat terkejut karna mereka ada di hadapannya.

"Kalian ngapain disini? " Tanya Jendra dengan suara serak.

Hamka menatap Jendra malas, "arisan! Eh ya jenguk kau lah bodoh! " Geramnya.

Mendengar itu Jendra mengulas senyum tipisnya, "sorry" Cicitnya.

"Lah kenapa anjir? Bacotan si Hamka jangan di ambil hati " Nakula Heran

"Bukan... Gue inget kok janji sama lo Ren, makanya gue minta maaf" Lanjut Jendra.

Renjana tertunduk, menyembunyikan air mata yang sudah siap menetes kembali. Tangan Jendra naik, walaupun gemetar ia tetap mengusap tangan Renjana yang terdapat di sisinya.

"Makasih kalian udah khawatirin gue" Kata Jendra membuat Renjana lagi lagi menangis.

Jendra kembali memejamkan matanya, pening dikepalanya masih terasa sangat menyiksa baginya.

"Aing panggil dokter deh" Celetuk Hamka dan langsung menelpon rumah sakit.

Pintu terbuka menampilkan Nakula yang membawa baskom dan handuk untuk mengompres Jendra.

Dengan telaten, Renjana dan Nakula membersihkan darah yang ada di hidung dan disudut bibir Jendra, setelahnya Nakula mengompres dahi Jendra dengan air hangat.

Saat dokter datang, pikir ketiga Sahabat Jendra akan cepat, ternyata tidak dokter itu kembali membersihkan luka luka yang ada di tubuh Jendra, mereka meringis melihat luka luka yang ada di perut bahkan punggung temannya.

Dia rapuh tapi tidak tahu pada siapa harus mengadu, Batin Nakula saat melihat Jendra yang setia memejamkan matanya selama rangkaian treatment dokter.

Setelah 40 menit, akhirnya dokter selesai membersihkan luka pada tubuh Jendra dan tak lupa ditangan Kiri Jendra saat ini sudah tertancap jarum infus. Karna katanya Jendra kekurangan cairan, jadi tak heran sejak tadi pening di kepala Jendra tidak hilang.

Hening, tidak ada yang mau membuka suara, mereka larut dalam pikirannya masing masing. Entah Renjana, Nakula, bahkan Hamka yang biasanya tidak kehabisan topik.

Ceklek

Pintu terbuka, seseorang itu berdiri di depan pintu dan matanya tertuju pada ketiga sahabat Jendra, dan tentu saja Jendra menyita pertahiannya.

"Eh? ... "










Tbc

SIAPAAAAA?? TEBAK TEBAK TEBAKKKK

HAHAHHAHA

CEPET GA SIIIII WKWKWK

segitu dulu yaaaaa, nanti aku balik lagiiiii

Makasih yang udah mau nungguu

See u guysss

Kalau 50vote + 100 komentar
Aku lanjut besok

Kisah Jendra ||  Lee Jeno Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang