(.◜◡◝)
Sorry banget ada banyak typo
....
Mata pelajaran jam pertama Jendra adalah Fisika, kebetulan hari ini ada ujian, jadi mau tak mau Jendra hari ini sekolah, meskipun pening dikepalanya sangat menyiksa.
Tangan kanannya sibuk menyoret kertas ujiannya, sedangkan tangan Kiri, ia pakai untuk menjambak rambutnya, niatnya mengalihkan pening, tapi itu tidak berbuah hasil.
Karna tangan Kiri berada tepat sebelah Nakula, tangan kiri Nakula menarik paksa tangan Jendra yang berada di rambutnya, dan menaruhnya di meja sesekali Jendra berontak tapi tetap Nakula tahan, tak masalah jika ia harus kerepotan karna tangan kirinya menghalangi kertas ulangannya.
40 menit berlalu, Jendra dan Nakula sudah selesai menjawab soal soal rumit itu. Jendra sesekali menghela nafas, sungguh pening di kepalanya tak mau pergi, ditambah perutnya yang ngilu karna semalam Adrian menendangnya beberapa kali, dan satu lagi yang melengkapi siksaannya pagi ini, adalah, maag nya kambuh, ia bahkan belum makan sejak pulang dari rumah Cilla.
"Kala Gue boleh pegang tangan lo ga?" Tanya Jendra hati hati, ia benar benar tersiksa dengan perutnya yang benar benar ngilu ditambah mual.
Nakula menoleh, ia mengangguk lalu memberikan tangan kanannya agar digenggam, "lo oke?", sebenernya itu pertanyaan sangat konyol, pasalnya bahkan wajah Jendra pun sudah terlihat kesakitan, bibirnya sangat pucat dengan mata sebab.
Jendra mengangguk, ia mengeratkan genggaman tangannya untuk menyalurkan rasa sakit, Nakuka terkejut ia membalas genggaman itu, dan menatap Jendra, " Ngga ngga, lo ga oke, ayo ke UKS" Ucap Nakula panik.
Kali ini Jendra menggeleng, "bu Maria belum keluar, terus percuma dong gue bela belain sekolah kalau akhirnya di UKS" Jawabnya pelan, Nakula menghela nafas kasar, ia kesal mendengar jawaban dari Jendra.
"JEN! " Bentak Nakula tak tertahan, atmosfer kelas langsung bertuju pada Jendra dan Nakula.
"NAKULA! KELUAR KAMU!" Seru Bu Maria, Nakuka menatap malas guru perempuan itu, ia akhirnya beranjak dengan Jendra yang diseret paksa.
"Saya bawa Jendra ya bu, dia harus ke UKS, ini lembar jawaban saya dan Jendra" Ucap Nakula sebelum dia benar benar meninggalkan kelas.
Jendra berusaha mengimbangi langkahnya dengan Nakula, tapi gagal kakinya sangat lemas sekarang, "Kal, pelan pelan" , sayangnya Nakula tidak mengindahkan ucapan Jendra, ia tetap berjalan dengan sedikt cepat.
"KALA!" Teriak Jendra, Nakula menolehkan kepalanya, ia terkejut melihat Jendra yang sudah merundukkan badannya.
Panik, Nakula langsung membawa Jendra duduk di pinggir kelas, "sorry gue emosi" Sesal Nakula.
"Kala, gue tau lo khawatir, tapi kalau lo gini, lo sama aja nyiksa gue" Ucap Jendra lirih, Nakula memejamkan matanya, sial dia benar benar hilang kendali.
"Sorry"
"Disini aja ya ? Ga usah ke UKS, jam ke 2 kita balik lagi aja ke kelas" Pinta Jendra.
Nakula ikut duduk , ia memperhatikan wajah Jendra, banyak pertanyaan yang muncul di pikirannya, tapi sayangnya semua itu tidak ia keluarkan.
"Kelas itu, kelas Jidan bukan si?" Tunjuk Jendra ke kelas yang bersebrangan dengannya.
"Yoi, lo bisa liat Jidan lagi mondar mandi kaga tau lagi ngapain noh" Jendra terkekeh mendengar jawaman Nakula.
Kringggggg
Bel dengan keras berbunyi, menandakan jam pelajaran kedua sudah mulai, sesuai dengan ucapan Jendra, saat ini Jendra kembali ke kelas, Jendra tersenyum melihat kedua sahabat nya sedang menatapnya Khawatir.
Renjana bangkit, ia langsung memeriksa tubuh Jendra, takut ada yang luka, "lo gapapa? Lo sakit apa ?" Tanya nya khawatir.
"Gue gapapa Ren, buktinya gue balik lagi kan kesini" Jawabnya.
Hamka memutar bola matanya malas, "pret pret pret anying wadul wadul wadul"
* bohong bohong bohongJendra mengelengkan kepalanya sambil tertawa, ah Hamka memang sangat lucu jika bahasa Sundanya sudah keluar.
"Kunaon sih maneh? Jujur atuh, babaturan lain? " *kenapa sih lo? Jujur dong, temen bukan?
"Serius Ka, gue gapapa, udah ah gue mau tidur, free class kan sekarang?" Tanyanya dan di angguki oleh ke 2 sahabatnya.
Hamka mengernyit, saat melihat Nakula yang baru masuk ke kelas, "ti mana maneh?" Tanyanya
*dari mana lo?Nakula diam, dia menaruh semangkuk bubur dan 4 cup teh manis di atas mejanya, setelah itu dengan pelan ia membangunkan Jendra, "makan noh, maag lo kambuh kan?" Ucapnya saat Jendra bangun.
Jendea menghela nafas, "tapi mual kalau di masukin makan, " Lirihnya.
"Ck dahar moal? Ku urang dihuappan diyeu!" Ucap Hamka menatap Jendra jengah.
*ck makan ga? Sama gue disuapin sini!Dengan paksaan Hamka, akhirnya Jendra makan ya walaupun yang masuk kemulutnya hanya 4 suap.
Tiing tiing
Tanda pesan masuk di handphone Jendra
Helaan nafas panjang keluar dri mulut Jendra, "kenapa Jen?" Tanya Renjana lagi lagi khawatir.
Jendra hanya menyodorkan handphone nya sebagai jawabann, ke 3 sahabatnya yang membaca chat itu langsung kesal.
"Terus lo harus tetep donor?" Tanya Hamka dan diangguki oleh Jendra.
"Lo bantah kek sekali sekali, Jen. Kalau kaya gini terus, lo sama aja mempercepat mati bodoh"
"Terus gue harus apa Ka ? Gue harus bantah dan bisa aja Ayah makin benci gue?, atau gue ga usah donor in darah gue? Supaya Jidan terus terusan sakit hah? GUE HARUS APA HAMKA!" Jendra tak terkendali, ia tak sadar sudah membentak sahabatnya, dan Hamka yang mendengar itu langsung diam, ia segera bangkit dan meninggalkan ketiga sahabatmya dengan kecewa.
ARRRGHH
"JENDRA!"
TBC
SELAMAT MALAMMM, ADA YANG KANGEN CERITA INI GA SIII??? GA ADA SI KYNYA.
BUT HEYYYYY AKU MAKASIH BANGET BUAT KALIAN YANG UDAH BACA CERITA INIIII YAAA
1,1k loh aku kira ff ini ga bakal ada yang bacaa 😭😭😭 huhuuu terharuuuu
Makasih banyak ya semuanyaaa, ketempu sampai nanti 🙌🙌
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Jendra || Lee Jeno
FanfictionIni hanya kisah tentang hidupku, jika tidak mau membaca tak apa, ayah pun sama, ia tidak peduli apa apa tentangku, hehehe (.◜◡◝)