(.◜◡◝)
-
BUGH
BUGH
BUGH
pukulan keras beberapa kali menyapa tubuh kurus pemuda yang sedang mati matian menahan rasa sakitnya.
DUGH!!
Tendangan keras akhirnya dilayangkan oleh pria paruh baya, dengan tatapan tajam dan amarahnya ia meninggalkan kamar anak sulungnya.
Hiks
Isakan kecil keluar dari bibir tipisnya, dia mencoba berdiri dengan susah payah, tatapannya sendu menatap tubuhnya sudah lebam sana sini.
Senyumannya mengambang hingga matanya membentuk bulan sabit lucu. "Setidaknya aku masih bisa jalan, walaupun mungkin akan pelan haha" Kekehan di akhir terdengar menyayat hati.
Akhir ia berjalan menuju kasur, merebahkan tubuh yang sengaja tak terbalut kaos karna sudah ia lepas beberapa menit yang lalu, toh bajunya pun sudah kotor oleh darah yang berasal dari luka ditubuhnya.
Ceklek
Pintu terbuka menampilkan pemuda dengan tinggi yang lumayan menjulang, ia sedikit berlari dan dengan gerakan tiba tiba, ia lompat "KAK JENDRA! " pekiknya senang.
ARRRGGGHHH
Erangan keras keluar dari mulut Juna, disusul dengan air mata jatuh dan raut wajahnya jelas menahan sakit, bagaimana tidak Jidan mendarat tepat diatas tubuhnya.
"Eh eh, kak Jendra kenapa?" Tanya panik, tangan nya hendak membuka selimut yang menutup seluruh tubuh Jendra, tapi urung karna tangan Jendra menahannya.
Gelengan diberikan Jendra, "g-gapapa" Ucapnya mati matian. Matanya perlahan terbuka, "ada apa hmm? " Tanya Jendra pada adik laki laki kesayangannya.
"Ayo makan malam, ayah udah nunggu di bawah" Ucap Jidan senang.
Helaan nafas dengan senyum tipis diberikan oleh Jendra, ternyata Jidan hanya mengajaknya makan, tetapi ia sangat bersemangat sekali pikirnya.
"Kakak makannya nanti ya? Kaka cape" Tolaknya pelan, raut wajah Jidan menjadi murung, lagi lagi ajakan makannya ditolak.
Melihat itu Jendra kembali tersenyum, "nanti malem kak Jendra main deh ke kamar kamu, oke? , udah jangan gitu dong kan udah mau SMA" Godanya.
"Janji ya? " Ucapnya memastikan, Jendra dengan cepat mengangguk mantap membuat Jidan tersenyum senang.
"Udah sana , kasian ayah nunggu kamu" Titahnya, Jidan mengangguk dan langsung meninggalkan kamar Jendra.
Helaan nafas kembali terdengar, ia menyikap selimut yang menutupi tubuhnya, Jendra sendiri bukan tanpa alasan menolak ajakan Jidan, ayahnya saat ini pasti tidak ingin makan bersama dengannya, jadi ia memilih untuk menahan rasa lapar itu.
Tangannya meremat perut dengan keras, sakit dibagian ulu hatinya tak bisa ia kendalikan, mual juga menambah lengkap menderitaan Jendra. "Akkhh, tahan sebentar, setidaknya sampai besok pagi" Ucapnya pada diri sendiri.
Skip pagi
Matahari mulai muncul, menandakan jika pagi sudah tiba, ah sampai lupa, mari berkenalan dengan Jendra, namanya Jendra Adrian, tahun ini ia duduk di kelas 2 SMA, kebetulan hari ini adalah hari pertanya setelah menjabat menjadi ketua osis, hebat bukan? Jendra memang terkenal nakal disekolah, tetapi itu tidak menuutupi jika ia juga murid kesayangan sekolah.
"Eunggg" Erang malas Jendra terdengar pelan, ia meregangkan ototnya sebentar, dan diganti oleh ringisan kecil karna perih kembali datang akibat pukulan ayahnya semalam.
Jendra mendudukkan tubuhnya di tepi kasur, mengumpulkan nyawanya sebentar dan langsung melesat pergi kekamar mandi.
Setelah menghabiskan waktu dikamar mandi, ia turun menuju ruang makan, terlihat Jidan yang sudah rapih dengan seragam yang sama dengannya, benar Jidan berada 1 tahun di bawahnya,
Greppp
Pelukan itu tiba tiba ia dapatkan dari ayahnya, Jendra sontak terdiam beberapa saat, "maafin ayah nak" Ucap Adrian penuh sesal.
Jendra mengerjapkan matanya beberapa saat, "ayah" Panggilnya sambil melepas pelan pelukan itu. Matanya menatap mata Adrian, mencari kebohongan dari ucapan yang baru saja ia dengar.
Tangan Adrian menyentuh pelan perut Jendra sedikit menekan nya hingga erangan kesakitan keluar dari mulut Jendra, Adrian menunduk dalam, "ayah terlalu kasar semalam, maafkan ayah" Ucapnya lagi penuh sesal.
Jendra menggeleng, "no no no it's okay, aku tau ayah capek, makanya ayah bagi cape itu ke aku, iya kan yah? " Kata Jendra berusaha menenangkan ayahnya.
Lagi, Adrian membawa Jendra kedalam pelukannya, ia sangat bersyukur mempunyai Jendra, "Jendra hari ini jadwal Jidan transfusi darah, pulang sekolah donorkan darah untuk Jidan ya?"
Senyum Jendra luntur detik itu juga, ia perlahan melepaskan pelukannya , menatap lekat ayahnya, senyum tipis itu kembali tergambar di wajahnya, "bukannya aku ga bisa nolak ya, yah?" Sarkas Jendra.
"Maafkan ayah" Sesalnya. Jendra menggeleng, "aku berangkat ya ayah?" Pamit nya, langsung pergi menggunakan Vespa matic yang dibelikan oleh Adrian sebagai hadiah ulang tahunnya 2 bulan yang lalu.
Jendra melajukan motornya tenang, menuju perumahan yang tak jauh dati sekolahnya.
"Assalamualaikum, Arcillaaaaa, mau sekolah gaaa"ucap Jendra sedikit berteriak.
Ceklek
Pintu terbuka, menampilkan Arcilla, ah panggil saja cilla, ia keluar dengan seragam lengkapnya dan rambut yang ia gerai membuat ia semakin terlihat cantik.
"Selamat pagi Jendral" Ucap Cilla semangat, iya, Arcilla biasa memanggil jendral, karna keren katanya.
"Pagi juga cantik, yuk berangkat" Ajaknya, "eits tapi izin dulu dong, mana bunda kamu?" Tanya Jendra.
Cilla memajukan bibirnya beberapa senti, "bunda tadi buru buru ke butik, tapi dia nitipin ini buat kamu yeeyyy" Cilla menunjukkan kotak bekal yang ada ditangannya.
"Woahhh, yaudah yuk berangkat, nanti keburu siang"
"Lets goooo" Pekik Cilla senang
Tbc
Asdfghjkl nyoba bikin ff, semoga ga garinggg huhuuuu
Semoga ga ngebosenin jugaa :(
Mohon bantuannya yaaa :(
Dan maaf kalau banyak kesalahan :)
See youu
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Jendra || Lee Jeno
Fiksi PenggemarIni hanya kisah tentang hidupku, jika tidak mau membaca tak apa, ayah pun sama, ia tidak peduli apa apa tentangku, hehehe (.◜◡◝)