eleven : undangan

1.2K 243 54
                                    

Keesokan paginya ketika [name] terbangun ia menoleh dan tidak mendapati siapapun, bahkan tidak ada tanda-tanda bahwa tadi malam ada seorang laki-laki aneh datang ke kamarnya.

Seolah-olah laki-laki itu tidak pernah datang sama sekali.

Yah kalaupun mimpi bagus juga, batin [name] mangut-mangut. Kalaupun bukan mimpi... semoga saja ia menemukan ayah untuk meminta bantuan.

Menghela nafas [name] beranjak berdiri dari kasur dan berjalan kearah tali yang menyambung ke bel di ruangan para pelayan biasa berkumpul.

Tak lama Bibi Lyra datang membawa sebuah bak kecil untuk mencuci muka dan cawan porselen untuk kumur-kumur.

"Hari ini tolong kirimkan makanan nya ke kamar ku ya?"

Bibi Lyra tersenyum. "Tentu Nona.." lalu Bibi Lyra beranjak pergi keluar.

Setelah cuci muka dan kumur-kumur [name] pun mengganti baju tidurnya dengan baju yang lebih santai, ia hari ini seperti biasanya memilih untuk berdiam diri di kamar sambil menikmati teh dan camilan dan membaca buku novel yang setiap bulan selalu dikirim Athanasia.

Baru saja ia membaca satu halaman buku novel, Bibi Lyra masuk kembali membawa nampan dengan surat bercap di atasnya.

"Nona.. ada undangan pesta ulang tahun dari Keluarga Marquis Zekan."

"Undangan pesta ulang tahun?" beo [name] bingung lalu kemudian ia tersenyum sambil menerima surat yang disodorkan oleh Bibi Lyra. "Ah, apa Sinnia yang berulang tahun?"

Bibi Lyra mengangguk. "Benar Nona, tadi pengantar surat mengatakan bahwa Nona Sinnia sangat berharap anda datang."

[name] dan Sinnia bisa dibilang cukup dekat karena kesukaan mereka membaca novel terlebih usia mereka yang tidak begitu jauh sehingga obrolan mereka pun selalu menyenangkan.

Sinnia adalah anak yang periang dan bermulut besar, berbeda dengan kakak perempuan nya yang lebih memilih untuk diam dan mendengarkan seluruh obrolan disekitarnya.

[name] terkekeh. "Kalau Nona Silvia yang ulang tahun, ia pasti hanya ingin pesta minum teh sederhana."

Dan untuk putri tertua Marquis Zekan satu itu, [name] cukup kenal terhadap sifatnya yang tidak menyukai kerumunan.

"Apa anda akan datang Nona?"

"Tentu saja! Bibi Lyra.. bagaimana kalau siang nanti kita pergi ke butik?" Walau [name] dapat memanggil desainer ke rumahnya, ia ingin sekali-kali berjalan santai di pusat berbelanja.

Bibir Lyra dengan senang hati mengangguk. "Baik Nona, saya akan menyiapkan segalanya secepatnya."

[name] pun tersenyum sambil mengangguk, ketika Bibi Lyra ingin pergi —[name] teringat akan sesuatu. "Bibi.. kalau ada surat yang datang, tolong simpan dulu."

Bibi Lyra mengangguk paham dan kembali pamit undur diri meninggalkan [name] memikirkan murid ayahnya yang datang tadi malam.

Sebenarnya.. siapa kau?


****

Lucas saat ini sedang berhadapan dengan berkas-berkas menumpuk setelah kembali dari acara menginap di kamar [name].

Wajahnya yang tadi berseri-seri pun menjadi muram, bahkan dapat terlihat ada awan-awan hitam disekitarnya.

Hari ini yang menemani dan memberikan laporan bukanlah Theodore —karena pemuda satu itu sedang berdebat dengan anggota parlemen lainnya mengenai teh dan kopi impor— melainkan Nielo, kepala penjaga elit dibawah naungan Lucas.

katze | lucas wmmapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang