one : nama

2.3K 423 9
                                    

[Name] saat ini sedang menatap cemas kearah kucing hitam yang diperiksa oleh dokter hewan yang dibawa kepala pelayan rumahnya.

Sesekali ia akan melirik kearah kepala pelayan yang sudah melayani keluarga Harven bahkan saat Revon masih balita.

Karena itulah [name] menganggap kepala pelayan nya yang bernama Ron sebagai paman atau kakek mengingat usianya yang sudah tak lagi muda.

Ron yang menyadari tatapan cemas putri berusia empat belas tahun itu pun tersenyum lembut dan mengelus pelan punggung [name]. "Semuanya akan baik-baik saja nona, percayalah.."

"Baiklah." Mau tak mau [name] pun mengangguk pelan.

Dokter hewan yang sudah selesai memeriksa dan memberi pengobatan pun membalikkan badan kearah [name] dan membungkuk perlahan.

"Nona muda, keadaan kucing ini sangat buruk.. tapi untungnya anda menyelamatkan nya diwaktu yang tepat, kucing ini sangat kuat dan sudah melewati masa kritis." Dokter hewan itu pun tersenyum. "Jadi anda tidak perlu khawatir dan biarkan kucing ini pulih dengan sendirinya dengan bantuan obat yang akan saya berikan."

[Name] pun tersenyum kecil dan mengangguk berterimakasih. "Terimakasih karena sudah datang Tuan Dokter, saya harap anda datang ke kediaman ini dengan nyaman dan begitu pula saat pulang nanti."

Dokter hewan yang mendengar betapa ramah dan sopan nya seorang putri duke macam [name] pun tidak bisa tidak merasa puas. Ia beruntung karena bisa bertatap muka dengan putri yang dikatakan sebagai bunga mawar biru.

"Semua kehormatan itu adalah milik saya nona.."

Setelah berbincang-bincang sebentar dengan kepala pelayan mengenai obat kucing itu, sang dokter pun akhirnya pulang.

Sementara itu [name] terus menatap khawatir kearah kucing hitam yang masih tak sadarkan diri.

Melihat kekhawatiran [name] yang belum hilang pun membuat Ron jadi ikut khawatir dan mendekat perlahan.

"Nona.." panggil Ron lembut yang membuat [name] menoleh kearah Ron namun tidak mengatakan apapun.

"Bagaimana jika sambil menunggu kucing ini bangun dan sehat, anda mencari nama yang bagus untuk kucing ini? Seperti.. raven atau black misalnya."

[Name] pun tersenyum dan terkekeh pelan. "Bukankah itu nama yang terlalu biasa?"

"Yah, nama hewan peliharaan kan selalu standar seperti itu."

"Hehe, Paman Ron.. bagaimana bisa nama kucing seimut ini diberi nama biasa?" kekeh [name] geli, ia lalu menghela nafas dan memasang pose berpikir. "Kalau mengikuti warna bulunya.... bagaimana dengan Nox?"

Ron nampak terkejut namun kemudian mengangguk pelan. "Nama yang indah untuk kucing yang imut."

[Name] hanya mangut-mangut dan menatap kucing hitam di hadapan nya dengan tatapan penuh kasih.

"Mulai sekarang... nama mu adalah Nox."

***

[Name] saat ini sedang duduk di ruang makan dan menghadap kearah ayahnya yang dengan tenang memakan makan malam.

"Ayah.. apa setelah hari ini ayah akan pergi ke perbatasan lagi?" tanya [name] dengan lembut, ia dengan perlahan menaruh alat makan nya di meja.

Karena tata krama di meja makan, [name] dan Revon hampir tidak pernah berbicara ketika makan. Dan sayangnya Revon baru bisa kembali ketika waktu makan malam, jadi bisa dibilang [name] tidak begitu memiliki banyak waktu bersama ayahnya.

"Tidak.. aku akan menetap di ibu kota selama yang aku bisa," jawab Revon datar.

[name] sendiri tahu bahwa ayahnya ini adalah orang yang dingin dan tidak banyak bicara, tapi ia juga tahu bahwa sang ayah sangat mencintainya.

Tersenyum, [name] pun menautkan kedua tangan nya dengan gugup. "Em.. ayah, bagaimana kalau besok kita pergi—"

"Aku tidak bisa menemani pergi," potong Revon dengan cepat sebelum [name] melanjutkan perkataan nya yang membuat gadis kecil berambut [h.color] itu kecewa dalam hati. "Aku harus pergi ke Istana Kekaisaran atas perintah Kaisar, lain kali bila aku ada waktu aku akan menemani mu."

[name] mengangguk dan tersenyum.

Ia mengerti bahwa ayahnya sibuk bekerja sebagai Duke dan perantara antara Obelia dengan Regius.

"Aku mengerti.. aku harap ayah tidak terlalu memaksakan diri dan beristirahat yang cukup."

Revon hanya mengangguk.

[name] pun tidak mengatakan apapun lagi dan kembali melanjutkan makan nya yang sempat tertunda. Keadaan pun hening dan hanya beberapa terdengar dentingan garpu dan pisau.

"Kudengar kau memungut kucing."

Mendengar sang ayah berujar membuat [name] memusatkan perhatian nya kembali kearah Revon.

"Itu benar." [name] mengangguk dan mengerutkan dahi sedih, "kucing itu terluka parah, untungnya masih bisa disembuhkan oleh Dokter walau kucing itu masih dalam masa kritis."

"Kau memberikan dia nama?"

"Iya, namanya adalah Nox karena bulu nya yang tebal berwarna hitam kelam layaknya langit malam."

Revon terkekeh mendengar perumpamaan putri manis nya ini. Jika mendengar bagaimana [name] berucap serta penampilan putri nya ini, Revon selalu mengingat mendiang istrinya.

Bagaimana pun [name] sangat mirip dengan Eleanara istri tercinta nya kecuali rambut [h.color] yang ia dapat dari Revon. Selain itu.. semuanya benar-benar mirip sampai membuat Revon sesak dibuatnya.

"Nama yang indah. Lain kali kau harus menunjukkan kucing itu padaku."

"Baik!" [name] pun tersenyum lebar dan berseri-seri nampak sangat cantik.

Ah mereka benar-benar mirip, pikir Revon sambil melanjutkan makan malam nya.

***

eish eps 1 segini dulu ya ges, ditunggu eps 2 😌

katze | lucas wmmapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang