5. Memungkinkan

490 95 1
                                    

"Jangan marah-marah, toh kamu sudah peringatin Aiur kan?"

Danny menggeram. "Sudah. Tapi kurasa Aiur sudah naksir sama itu bajingan!"

"Hei, yang. Jangan berburuk sangka ah sama kapten. Ndak baik lho."

"Muak aku. Kemaren ku tanya bener-bener sama itu orang, dia cuma ketawa terus bilang kenapa kakak pikir aku ngedeketin Aiur? Kan aku kapten, harus loyal sama member. Bajingan betul." Marah Danny.

Gon pelan-pelan usap punggung Danny. Berikan ketenangan, meskipun tidak berhasil benar-benar memadamkan amarah yang tersirat jelas diwajah Danny.



























Sedangkan Aiur yang mengurungkan niat untuk masuk keruang meeting kemudian berjalan keluar gedung.

Matanya menangkap sosok Ben dan David yang bercanda berdua. Mereka menjadi sorotan para karyawan lain, dua orang tampan itu memang agak terkenal dikantor.
























"Weh! Aiur belum pulang? Nungguin Ben kan? Maaf ku pinjam bentar dia." Canda David.

Aiur tidak menjawab. Dia menggeleng, tanpa senyuman dan hanya melirik David sebelum berkata.

"Aku duluan ya, udah ditungguin."




























Kenapa harus kamu tahan? Jika semuanya sudah jelas sekarang.


























"Pulang sama siapa kamu, Ai?"

Entah dorongan dari mana, Aiur melepaskan perlahan tangan Ben yang menahan lengannya.

"Kakak ku."

Jawaban singkat, nadanya pilu ditelinga Ben, dan senyuman ramah yang biasa dia lihat hari ini seolah telah di buang jauh.

Jauh selangkah Aiur yang kini benar-benar pergi darinya.











yang terbalas | binhoon✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang