Appa...
Ya, aku hidup dengannya selama belasan tahun. Tapi selama belasan tahun itu aku juga tidak pernah merasakan kasih sayangnya. Hampir setiap hari Appa tidak pernah di rumah karena sibuk dengan pekerjaan. Ibu tiriku juga tidak peduli denganku. Jangan pernah mempertanyakan hubunganku dengan ibuku itu karena kami sangat jarang, ah, bukan. Maksudnya, kami tidak pernah bicara.Hidup dengan Appa artinya harus siap untuk menanggung segala resikonya. Ayahku sejak dulu dikelilingi dengan hal yang bersifat sempurna. Jadi, aku juga harus begitu. Semua nilai sekolahku, tingkah lakuku, semua yang kulakukan harus sempurna dimatanya.
Suatu hari disaat nilaiku menurun karena fokus pada sebuah kompetisi olahraga panahan....
"Jeon Jungkook!!", aku sudah tau jika ayahku sudah memanggilku dengan penuh emosi seperti itu, artinya aku melakukan kesalahan.
"Apa maksud dari nilai yang sangat buruk ini!! Mana bukti kau belajar dan menjadi siswa teladan, hah?!" bentak Appa.
"Mianhae, Appa" cicitku yang sudah tidak memiliki niat lagi untuk melawannya. Appa adalah orang yang sangat tempramental. Semakin aku melawannya maka hukumanku akan semakin berat.
"Maaf tidak akan membuatmu mengerti, Jungkook. Kau harus diberi pengertian lebih agar kau bisa mempertahankan nilaimu lagi!"
Dengan cepat, Appa meraih lenganku dan menyeretku kembali ke kamar. Appa mengambil tiga buku paket dan salah satunya digunakan untuk memukul kepalaku dengan sangat kuat.
"Kau hanya memiliki satu kompetisi tapi nilaimu sudah berantakan, Jungkook! Bagaimana kau bisa masuk ke universitas terbaik dan mendapatkan nilai yang sempurna disana!! Apakah aku masih harus menjelaskan apa arti kata 'sempurna' itu, Jeon Jungkook?!"
"Tidak, Appa" jawabku sangat pelan namun Appa masih bisa mendengarnya.
Appa menjambak rambutku dan memaksaku untuk mengangkat wajah. Dia membuka gorden jendela dan memperlihatkan Yoongi Hyung yang hanya berdiri dengan senyuman sambil menatap rumah.
"Kau lihat kakakmu disana itu? Dia berdiri disana setiap hari seperti orang bodoh. Aku tidak ingin kau seperti dia, Jungkook. Jika kau gagal, maka akulah yang akan memotong tangan kakakmu yang tidak berguna itu, paham?" desis Appa tepat didepan telingaku.
Dengan berani, aku mencengkram tangan Appa yang sedang menjambak rambutku. Aku mendorong tubuhnya keras hingga Appa menghamtam tembok kamarku.
"Sedikit saja kau menyentuh kakakku, maka kau akan merasakan akibatnya!" ancamku tanpa ampun. Aku sangat serius. Tidak akan aku biarkan siapapun menyakiti Yoongi Hyung.
Aku dan Appa sempat terlibat perkelahian, hingga Appa dengan keras meraih rambutmu lagi lalu menghantamkan kepalaku ke tembok. Keseimbanganku hilang, disaat itu juga Appa masih belum puas. Lagi dan lagi, Appa mengadu kepalaku dengan meja belajar milikku sendiri, berkali-kali, tanpa ampun, tanpa belas kasihan.
Pening dan nyeri yang luar biasa menjalar disetiap sudut kepalaku hingga telingaku berdengung. Rasa lemas mulai menguasai semua sendi tubuhku. Aku tidak bisa lagi mengangkat kepala atau berdiri untuk membalas pukulan Appa.
"Jangan pernah mencoba melawan ayahmu lagi, Jeon Jungkook! Kau mengerti?"
Appa meninggalkanku yang masih terduduk lemas dilantai dengan kamar yang sangat berantakan. Tangan kananku dengan kuat menahan darah yang keluar dari kepalaku, sementara tangan kiriku sibuk untuk menahan nyeri yang ada diperutku akibat tendangan kaki Appa. Aku yakin disana ada lebam yang membiru seperti yang sudah-sudah.
Disuatu sore yang tidak aku duga...
Langkah kakiku terhenti saat melihat Yoongi Hyung menatap rumah dengan tatapan yang terlihat penuh kerinduan. Astaga, Hyung jika kau sangat merindukanku. Tolong datang dan bawa aku pergi dari rumah, kataku dalam hati. Sesaat kemudian Yoongi Hyung melangkah pergi dan tanpa keraguan aku mengikutinya.
Ah, rupanya. Yoongi Hyung bekerja disebuah restoran yang mewah dan bangunanya sangat luas. Sore itu aku melihat Yoongi Hyung yang sangat ramah dan senyumannya yang wajar justru terlihat menawan. Aku tidak menyangka wajah dingin seperti Yoongi Hyung memiliki senyuman yang seramah itu.
Selesai dari sana, Yoongi Hyung bekerja dimini market. Disana, dia berkelahi dengan preman yang berusaha mencuri barang yang dijualnya. Aku tidak bisa membantu, aku hanya bisa menelfon polisi yang sedang bertugas dan menolong Yoongi Hyung. Meski Yoongi Hyung sangat hebat dalam berkelahi namun wajahnya masih bisa terluka.
Selesai dari sana, malamnya, Yoongi Hyung berkumpul dengan teman-temannya yang tidak aku kenal. Dia minum banyak sekali alkohol dan tertawa aneh bersama teman-temannya.
Selesai dari sana, dalam perjalanan pulang. Aku beranikan diri untuk menyapa Yoongi Hyung. Kakakku itu sudah banyak sekali mengalami masa sulit dan berjuang dengan tubuhnya sendiri untuk bertahan hidup.
Mungkin, aku bisa sedikit meringankannya. Aku tidak ingin Yoongi Hyung menahan rindu lebih lama karena aku pun juga sangat ingin memeluknya.
"Apa kabar, Hyung?" sapaku yang tidak dihiraukannya. Yoongi Hyung berjalan hendak melewatiku namun aku segera mencegahnya dengan berkata, "Ini Jungkook, Hyung" tegasku.
Aku dan Yoongi Hyung berdiri mematung tanpa saling berhadapan. "Jika kau menghindariku kali ini, kau sungguh jahat, Hyung. Kau adalah kakak yang jahat yang tidak ingin menyapa adiknya setelah belasan tahun terpisah" ucapku dengan suara yang gemetar.
Akhirnya, Yoongi Hyung memutar badanya dan memperhatikan penampilanku dari ujung kepala hingga ujung kaki.
"Ini benar dirimu? Kau sungguh-sungguh adikku?" tanya Yoongi Hyung dengan air mata yang sudah turun membasahi pipinya.
"Nde" jawabku singkat lalu kami saling memeluk erat. Seperti Yoongi Hyung yang selalu diam dan tidak mengatakan apapun saat bertemu denganku, maka...aku juga akan diam dan tidak menceritakan apa yang sudah dilakukan Appa.
Yoongi Hyung hanya perlu tau bahwa selama ini aku bahagia dan hidup berkecukupan. []
To Be Continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Quiescent || END
FanfictionDiamku adalah upaya untuk membahagiakan adikku. Setidaknya dengan diam ini, aku bisa memberikan tempat yang layak untuknya. Aku tidak akan membiarkan adikku hidup dijalanan dengan berbagai musuh disetiap langkah kemanapun aku pergi. Adikku pantas b...