Entah paradoks atau ironi. Tetapi Jungkook harus tetap menerima bahwa dia memiliki skizofrenia yang membuatnya terus berhalusinasi hingga terkadang menjadi paranoid yang tidak bisa dikendalikan.
Jungkook yang belasan tahun hidup dengan orang tua yang sangat keras dan sangat ini adalah penyebabnya.
Awalnya dia berhayal menjadi seorang anak yang hidup di Korea. Ia melihat kota itu sangat begitu tenang dari pada Australia tempat ia tinggal sekarang. Dengan begitu, segala cara dia lakukan untuk pergi kesana.
Kedua, dia anak tunggal. Ayahnya akan terus terfokuskan padanya karena ia tidak memiliki saudara. Akhirnya, Jungkook berspekulasi bahwa dia memiliki seorang kakak.
Ketiga, Jungkook tidak memiliki teman. Disekolahnya dia sangat pendiam dan selalu menutup diri. Semua orang membullynya baik secara fisik maupun secara mental. Banyak hujatan dan kalimat kebencian yang dikiri.kan padanya. Lalu, Jungkook berspekulasi sendiri bahwa dia memiliki teman dan sahabat yang juga merupakan sahabat kakaknya. Menurutnya, mereka juga akan ikut melindungi Jungkook dari bahaya.
Ada satu waktu dimana Jungkook mengetahui dirinya juga merupakan warga Korea. Ayah dan ibunya pindah karena urusan bisnis. Malamnya, Jungkook memutuskan untuk kabur dari rumah.
Jungkook memakai semua tabungannya untuk bertolak menuju Korea. Saat itu ayah dan ibunya sedang dalam perjalanan bisnis dan pastinya mereka tidak akan menyadari kepergiannya.
Jungkook berteduh di rumah lama ayah dan ibu mereka. Kemampuan bahasa koreanya tidak terlalu bagus, setidaknya dia masih bisa bertanya alamat dan juga bersikap sopan. Jungkook bertahan disana sehari dan tidak ada yang berubah.
Akhirnya, ia memutuskan untuk keluar dari rumah dan bertemu dengan sosok kakak yang selama ini ia cari. Seorang kakak yang akan melindunginya dan yang akan selalu memeluknya.
Jungkook dengan berani menghalangi langkah dari pemuda berkulit pucat itu. "Minggir, dasar orang aneh!". Lalu ia menyenggol bahu Jungkook dengan sangat keras. Tetapi hal itu tidak membuat Jungkook jera. Dia justru terus mengikuti langkah kaki dari pemuda itu.
Dia menuju cafe dengan segerombolan pemuda yang sedang menunggunya. Jungkook duduk tak terlalu jauh dari mereka.
"Min Yoongi, haiii" kata salah satu dari mereka sambil memberikan salam.
"Sibuk sekali, eoh?"
"Yah, adikku harus mengikuti kompetisi panahan besok. Jadi, begitulah"
"Kompetisinya besok? Wah, daebak"
"Hari ini saja dia tidak ingin ikut. Dia mengirim pesan harus latihan panahan. Kau yakin adikmu itu manusia? Dia seperti robot yang tidak pernah lelah"
"Aku juga sangat khawatir sebenarnya tapi apa boleh buat"
Kompetisi panahan. Atlet memanah...
Jungkook tidak menunggu minuman yang ia pesan. Dia meninggalkan uang dimeja dan langsung pergi daei cafe itu. Ia berlarian kesana kemari untuk mendapatkan informasi tentang kompetisi tersebut namun tidak ada yang tau cara mendaftarkan diri bagaimana.
Ini nekat, Jungkook bahkan tidak tau sedikit pun memanah atau memegang busur. Tanpa sadar Jungkook menyalakan ponsel pintarnya dan mencari tau disana. Tindakannya kali ini justru membuat ayahnya tau dia berada dimana.
Bisa dibayangkan seperti apa kemarahan pria itu ketika tau anaknya kabur ke Korea.
Jungkook akhirnya berhasil mendaftarkan diri dan mengikuti kompetisi. Apa yang dia dapatkan? Kegagalan, rasa malu, kebencian, umpatan dan hinaan dari semua penonton yang melihat. Peringkat terakhir harus menjadi kado terindah yang ia terima.
Jungkook terus menatap Min Yoongi yang memeluk adiknya dan terlihat sekali dia ssngat bangga. Jungkook juga sangat ingin merasakan kasih sayang seperti itu.
Malam harinya, Jungkook mendapatkan siksaan dari ayah dan ibunya. Kepalanya tidan berhenti dibenturkan ke meja. Tangan ayahnya terus menjambak rambut Jungkook dan dia sebelumnya juga sempat membogem wajah putranya sendiri sampai Jungkook babak belur. Terakhir, dia memukul punggung putranya dengan tongkat baseball. Keras, perih, berdarah. Hukuman Jungkook teramat berat.
Diwaktu-waktu yang sangat menyedihkan itu, ibu Jungkook menemukan beberapa obat antidepresan yang biasa diminum oleh putranya.
"Dasar anak tidak waras! Tidak tau diuntung!" umpat ayahnya.
"Sudahlah, Sayang. Kau tidak bisa mengandalkannya lagi. Kita buang saja dia ketika tiba di Ausi nanti" saran ibunya.
Aku akan dibuang?
Ketakutan akan dibuang itu terus muncul dalam kepalanya. Hingga ia tidak bisa tertidur. Ketakutan itu memicu skizonya yang lain.
Cerita tentang kakak dan teman yang nenyelamatkannya berawal dari sini. Jungkook berhalusinasi.
Sehari semalam ia tidak tidur karena khayalan dan cerita dalam kepalanya itu terus berlanjut. Sampai hari kedua.
"Kita pulang sekarang!!" titah ayahnya yang memasuki kamar. Sadar atau tidak, dia sedang bicara pada Jungkook saat putranya sedang dalam mode kosong dengan pandangan tajam psikopatnya.
Lalu Jungkook kembali ke negara asal. Selama perjalanan Jungkook tetap diam. Tatapannya yang tajam menuju ayah dan ibunya.
Setelah semua yang sudah aku lakukan! Kau tidak pantas menjadi orang tuaku!
Cukup! Aku muak!
Aku harus membalas!
Tragedi pembunuhan penuh sandiwara itu terjadi. Berita menyebutkan, Jungkook adalah korban kekerasa orang tua hingga ia memiliki depresi yang sangat parah.
Ayolah, berkali-kali mengikuti pemeriksaan kejiwaan, Jungkook cukup pintar untuk menyembunyikan skizo yang dia punya.
Setelah kematian kedua orang tuanya. Jungkook menguasai semua harta ayah dan ibunya. Ia membawa semua itu ke Korea. Jungkook memulai hidup baru sebagai yatim piatu yang kaya raya. Dia adalah pemuda sebatang kara yang hidup dengan ketidakjelasan kondisi psikis dan mental.
Jungkook bisa saja menyakiti siapapun karena ada dua orang didalam dirinya. Jungkook yang sangat psikopat dan Jungkook yang sangat diam dan penurut.
-quiescent-
Souyaa
Wellcome to extra part✨🤗🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Quiescent || END
Fiksi PenggemarDiamku adalah upaya untuk membahagiakan adikku. Setidaknya dengan diam ini, aku bisa memberikan tempat yang layak untuknya. Aku tidak akan membiarkan adikku hidup dijalanan dengan berbagai musuh disetiap langkah kemanapun aku pergi. Adikku pantas b...