"Kalian yang terakhir bersamanya. Apa kalian tidak mencurigai sedikit pun gerak geriknya?" tanya Seokjin pada Jimin dan Taehyung yang juga sama gusarnya seperti dirinya.
"Dia tidak ada dimanapun" kata Hoseok sambil berjalan memasuki rumah dengan wajah yang khawatir.
Belum sepenuhnya mereka untuk bernafas, Namjoon memberikan kabar yang semakin membuat perasaan mereka tidak karuan, "Jungkook menandatangani surat kebebasan ayahnya semalam"
"Nde?"
Hoseok meraih kertas yang dibawa Namjoon dengan kasar dan membaca cepat setiap kalimat yang tertulis disana.
"Apa yang kau lakukan, Jungkook?" gumam Seokjin dengan penuh sesal. Namjoon masih berusaha menghubungi ponsel Jungkook tetapi masih tidak ada jawaban.
"Aku harus mencarinya. Jungkook, kau dimana?" lirih Taehyung.
"Tae, tenang. Kita akan mencarinya. Jangan panik, kau bisa kena seranganmu lagi, okay?" Jimin yang sebenarnya juga kebingungan mencoba untuk menenangkan adiknya.
Yoongi diam saja bukan berarti dia juga tidak sedang berusaha. Dia sudah menelfon Jungkook berkali-kali bahkan dia sudah membanting semua buku dan barang yang ada disekitarnya. Yoongi merasa buruk. Dia tidak tau sedikit pun teman adiknya atau dimana kiranya Jungkook berada sekarang.
Yoongi menunduk dalam. Fikiran buntunya tidak bisa membuatnya memilih jalan keluar.
Nomor yang tidak dikenal muncul diponsel Namjoon.
"Siapa ini?" tanya Namjoon yang sedang tidak berselera bicara pada siapapun.
"Jungkook"
"JUNGKOOK, KATAKAN DIMANA DIRIMU SEKARANG?!" teriak Namjoon tidak sadar. Yoongi bangun dari sofa dan langsung merebut ponsel Namjoon dengan cepat.
"Jungkook, kau dimana sekarang? Katakan apa yang terjadi, Saeng?" desak Yoongi sambil menyibakan rambutnya frustasi.
"Jangan khawatirkan aku, Hyung. Tidak akan terjadi apapun padaku. Mulai sekarang, aku yang melindungimu"
"Demi Tuhan, apapun yang kau rencanakan kali ini itu tidak benar, Kook!" kata Yoongi sedikit berteriak.
"Appa tidak akan membunuhku, Hyung. Dia membutuhkanku. Tapi dia bisa saja membunuh Hyung atau semua yang ada disana"
"Kau tidak perlu melindungi kami, Kook!! Mengingat semua yang terjadi padamu, Hyung tidak ingin itu terulang kembali" teriak Yoongi makin kesal.
"Maaf, Hyung. Aku berjanji kita akan bertemu lagi dalam keadaan yang lebih baik"
Nafas Yoongi berhembus tidak beraturan dengan wajah yang sangat tidak karuan. Haruskah seperti ini? Dia jauh dari adiknya untuk kedua kali?
***
Jungkook sampai di Australia. Kedua matanya mengitari setiap sudut dan orang-orang yang berlalu lalang disampingnya. Di kota inilah, Jungkook memulai rencananya.
Ayah dan ibunya memulai bisnis lagi dengan semua aset yang masih dia miliki. Aset yang tidak terbaca oleh semua pihak. Jungkook juga belajar selama lebih dari 12 jam untuk mengejar ketertinggalannya. Dia harus masuk ke perguruan tinggi terbaik apapun yang terjadi.
Satu tahun...
Dua tahun...
Tiga tahun...
Empat tahun...
Lima tahun...
Jungkook berhasil menginjakan kakinya di University Of Sydney, setidaknya dia berhasil membuktikan kepada ayahnya dan juga dia bisa menjaga kakak-kakaknya dengan cara ini.
Punya orang tua yang kaya raya dan juga kuliah di universitas yang sangat bagus. Ternyata, dia hanya cukup menuruti kata-kata ayahnya saja agar bisa sebahagia ini.
Ini adalah hari dimana dia menerima ijazah kuliahnya. Manajemen bisnis dan ekomoni, Jungkook sudah sangat bisa diandalkan dan menjadi anak emas yang selalu bisa dipamerkan.
Malam ini juga merupakan malam terakhir Jungkook melihat ayah dan ibunya tersenyum.
Usai pesta yang sangat menggembirakan itu, tepat dini hari pukul 2 malam. Jungkook membunuh kedua orang itu dengan tangannya sendiri.
Jungkook mencekik ibunya terlebih dahulu sampai ibunya kehilangan pernafasan, kemudian dia memukul kepala ayahnya berkali-kali hingga perdarahan.
"Aku tidak menyalahkanmu, Appa. Semua orang ingin hidup sebelum dia menemui ajalnya!" kata Jungkook sambil tertawa keras didepan wajah ayahnya.
Jungkook menjambak rambut ayahnya dan langsung menghantamkan kepala pria tua itu ke tembok.
"Tidak sampai berdarah. Tidak sesakit yang aku rasakan dulu" gumam Jungkook sambil menatap tembok yang baru saja ia gunakan untuk menghancurkan kepala ayahnya.
"Kenapa kau menyiksaku? Padahal selama ini aku selalu menjadi anakmu yang terbaik. Aku bahkan membebaskanmu dari penjara..." jeda Jungkook sesaat.
Jungkook mendekatkan wajah psikopatnya agar semakin jelas dilihat oleh ayahnya, "Jika kau berada dipenjara, aku tidak akan bisa melampiaskan kemarahanku padamu. Kau fikir aku membebaskanmu untuk apa? Hahhahahhaha.... Aku tidak tau kalau kau sebodoh itu Appa? Dasar kau brengsek..."
BUGHH!! BUGHH!
Dua kali Jungkook menendang kepala ayahnya dan Jungkook juga mencekik ibu tirinyanya lagi yang sebenarnya sudah membiru.
Jungkook pintar. Dia menggunakan sarung tangan saat melakukan semua ini. Dia juga tidak menggunakan benang atau benda yang mampu meninggalkan bekas di leher ibu tirinya.
Jungkook memastikan mereka berdua pingsan. Ia membawa kedua orang yang sudah tidak sadarkan diri itu menuju jalanan dengan kecepatan yang sangat tidak terkendali. Jungkook menjatuhkan dirinya sebelum ia melompat dari mobil dan melihat kedua orang tuanya terluka parah.
Jungkook juga terluka. Dengan sangat senang ia menyentuh luka dileher dan tangannya itu. Dengan luka itu, dia bisa terlihat sebagai korban. Ditambah dengan kaki kanannya yang patah karena benturan yang cukup kuat. Jungkook tertawa sinis sambil tersenyum miring.
Ia memastikan kedua orang tuanya sudah mati sebelum mengikat diri sendiri dan berbaring dijalanan seperti kedua orang tuanya yang sudah meningal.
Jungkook menoleh dan bicara pelan pada jasad ayahnya, "Aku sudah selesai denganmu, Appa" ucapnya sambil tersenyum penuh kemenangan.
Tak lama kemudian sebuah mobil datang dan menolong Jungkook yang sebenarnya adalah penyebab dari semua kekacauan ini.
To Be Continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Quiescent || END
FanficDiamku adalah upaya untuk membahagiakan adikku. Setidaknya dengan diam ini, aku bisa memberikan tempat yang layak untuknya. Aku tidak akan membiarkan adikku hidup dijalanan dengan berbagai musuh disetiap langkah kemanapun aku pergi. Adikku pantas b...