quiescent : real (2)

716 106 2
                                    

Pagi, Seokjin sibuk, Hoseok dan Namjoon juga begitu apalagi Yoongi yang sedang merintis karirnya sebagai seorang pengusaha. Mereka berempat harus mengorbankan waktu libur mereka demi bekerja. Tersisa Jimin dan Taehyung yang sedang bermain tenis meja dihalaman rumah dan Jungkook yang memperhatikan mereka berdua.

"Jungkook, cobalah" kata Jimin sambil menyerahkan pemukul raket berukuran kecil itu padanya.

"Aku tidak bisa" jawab Jungkook tapi dia menerima raketnya.

"Taehyung tidak sejago itu, Kook" kata Jimin yang juga didengar oleh Taehyung. Saudaranya itu hanya memberikan senyuman meledek untuk membalasnya.

Taehyung memberikan servis pada Jungkook yang sangat sulit untuk ditangkis olehnya. Jungkook sangat kaku namun perlahan dia bisa menyesuaikan diri. Agaknya, kemampuan olahraganya masih bisa diandalkan. Meski begitu kemenangan tetap ditangan Taehyung.

Jimin ikut senang dengan kemenangan saudaranya, dia memeluk Jungkook sebentar  lalu mengangkat tubuh Taehyung. Jimin menyayangi keduanya tanpa berat sebelah.

Taehyung tau Jungkook menahan kemampuannya. Seseorang yang pandai olahraga seperti dia bisa menang dengan mudah. Tetapi Jungkook memilih untuk bermain tenang.

"Lain kali jangan meremehkan aku seperti itu, Jungkook-ah" kata Taehyung dengan menunjuk adiknya dengan raket tenis.

"Apa kita tidak ingin makan sesuatu?" tanya Jimin tiba-tiba.

"Jjajangmeon!" seru Taehyung dengan antusias. Yap, makanan yang paling digemari akhirnya terucap olehnya. Seakan, Taehyung wajib memakan jjajangmeon setiap hari.

"Jjajangmeon dua. Jungkook, kau ingin yang lain?"

"Apa saja, Hyung" jawab Jungkook yang memang bisa memakan apa saja. Seleranya tidak terlalu spesifik yang penting bukan makanan yang membuat tenggorokannya lengket dengan rasa yang sangat kuat.

"Baiklah, kita pesan empat karena Taehyung akan memakan dua porsi" final, makan siang mereka sudah dipesan.

Jungkook membolakan kedua mata sampai mengangkat kedua alisnya. Perlahan dia melirik pada Taehyung dengan ekspresi terkejutnya.

"Wae?" tanya Taehyung dengan nada yang dingin. Jungkook menggeleng cepat beberapa kali agar Taehyung tidak salah paham.

"Jungkook, apa kau ingin berolahraga akhir pekan?" tanya Taehyung yang membuat Jungkook tidak nyaman. Jimin yang menyadari itu langsung menambahkan.

"Tentu atas ijin dari Yoongi Hyung, Kook. Seokjin Hyung juga akan mempertimbangkan" kata Jimin yang sangat tau Jungkook masih takut untuk keluar rumah.

"Apa aku terlalu merepotkan semua orang?" tanya Jungkook pelan.

"Kook, jangan berfikir seperti itu. Kami semua melakukan ini demi dirimu. Kau bisa membalasnya nanti" kata Jimin.

"Kau lihat aku dan Jimin, Kook-ah. Kita berdua tidak bekerja dan hanya menghabiskan uang Hoseok Hyung. Sedangkan dirimu, kau tidak pernah meminta yang aneh-aneh pada Yoongi Hyung. Makanya Hoseok Hyung sangat ingin kau jadi adiknya juga" kata Taehyung dengan maksud untuk menghibur adiknya itu.

"Bagaimana jika nanti Hoseok Hyung dan Yoongi Hyung berebut Jungkook?" tanya Jimin dengan nada bicara jahil pada Taehyung.

"Aku tidak mau membayangkannya. Yoongi Hyung hanya diam saja ketika dia kesal. Tidak seru!" jawab Taehyung sambil melahap jjajangmeonnya.

Selesai dengan urusan makan siang itu, Jimin menemani Jungkook yang sedang duduk tenang. Mereka berdua bersama melihat Taehyung yang sedang mendrible bola basket.

Quiescent || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang