"Apa yang terjadi dengan wajahmu, Hyung?" tanyanya saat aku sedang memberikan soda untuknya. Aku hanya tersenyum kecil dan menggeleng.
Jungkook berdecak kesal dan mengeluarkan beberapa plaster dan salep antiseptik yang mungkin selalu ia bawa kemana-mana. Dia memintaku untuk mendekatkan wajahku padanya agar ia lebih mudah untuk menempelkan plesternya.
"Kau selalu membawa benda semacam ini setiap hari?" tanyaku asal.
"Eum, aku terkadang melukai jariku karena terlalu keras berlatih" jawabnya dengan nada bicara yang sangat lucu. Aku tidak tau jika adikku memiliki logat yang semenggemaskan ini.
"Sekolahmu sudah akan selesai?"
"Ini sudah tahun terakhirku"
"Aku bisa melihat dari rambut yang berwarna itu, Jung"
"Jangan salahkan aku jika aku memilih seni dan olahraga, Hyung. Aku tidak pandai dalam akademik"
"Kau sudah sangat hebat, Saeng"
Namun, wajah yang tadinya ceria itu berubah menjadi sangat sendu saat kami bertatapan sedikit lama.
"Kenapa Hyung tidak pernah datang ke rumah?" tanya adikku itu tiba-tiba. Aku tau cepat atau lambat, dia pasti akan mempertanyakan apa yang sebenarnya terjadi belasan tahun yang lalu.
"Aku tidak percaya Yoongi Hyung tidak tau apapun tentangku. Kenapa Hyung tidak pernah mencoba mencariku selama ini? Apa Hyung pikir menyerahkanku pada Appa sudah sangat cukup?" tanya Jungkook tanpa memberiku kesempatan untuk menjawabnya.
"Hyung tidak bisa bertemu Appa" jawabku singkat dan mungkin Jungkook juga mengerti sebabnya.
Dengan santainya, Jungkook mengubah posisi duduk tenangnya menjadi berbaring nyaman diatas sofa yang masih ada jaketku dan bantal kecil diatasnya.
"Selama ini, aku sangat iri pada Hyung karena bisa merasakan hidup bersama Eomma lebih lama daripada aku. Appa juga sangat menyedihkan. Setiap aku menanyakan kabarmu, dia tidak pernah menjawab sampai aku harus mencari tau sendiri" ujarnya sambil menatap langit rumahku seakan dia sedang menerawang jauh.
"Appa pasti sangat menyayangimu. Kau sangat membanggakan. Kau juga sangat cerdas, Saeng" ucapku dengan senyuman yang penuh rasa bangga.
"Hyung! Aku menginap disini, ya?" tanya Jungkook dengan wajah yang sangat antusias. Tuhan, aku tidak tau adikku memiliki wajah yang semanis itu apalagi saat dia memohon untuk hal sederhana seperti sekarang.
"Kau yakin Appa tidak akan mencarimu?"
Jungkook duduk kembali dan mengangguk yakin. Dia memberikan kepastian, tidak akan terjadi apapun jika Jungkook menginap.
"Baiklah, Hyung akan membereskan kamar dan mencari pakaian ganti untukmu", aku mengusap puncak kepalanya sebentar sebelum aku beranjak ke kamar.
***
Kami belum terlelap bahkan ini sudah pukul 2 pagi. Kami bercerita banyak hal dan menertawakan hal kecil yang menurut kami pantas untuk ditertawakan. Aku bercerita tentang Eomma, Jungkook bercerita tentang sekolah. Herannya, setiap aku menyinggung tentang Appa, dia selalu mengalihkan pembicaraan.
"Bagaimana kau bisa menemukanku, Saeng?"
"Haha, Hyung. Kau fikir aku tidak tau, siapa seseoranh yang selalu menatap rumah bahkan kemarin sore kau juga melakukannya. Kebetulan, aku sedang dalam perjalanan pulang sekolah dan aku langsung yakin bahwa dia adalah kakakku. Aku langsung mengikutimu dan disinilah aku sekarang. Jika kau memang ingin ke rumah, kau tinggal membunyikan bel dan aku akan membuka gerbang untukmu, Hyung" jelasnya dengan penuh semangat.
"Appa tidak akan membiarkan Hyung menginjakan kaki disana, Saeng. Tapi, tidak apa. Selagi kau bahagia disana. Kau bisa kesini kapan saja kau mau"
"Hyung tidak bekerja?"
"Aku akan mengirimkan jadwalku padamu. Kita bertemu saat Hyung libur. Tapi, benar kan? Appa tidak melakukan sesuatu padamu, kan?", aku mulai berhati-hati. Aku bisa melihat tatapan Jungkook yang mulai suram ketika aku menanyakan pertanyaan ini.
"Aku hanya kesal karena Appa tidak pernah ingin kau pulang, Hyung" kedipan itu melambat, aku yakin adikku saat ini sedang menahan air matanya.
"Tidak apa, Saeng. Lihat ini, Hyung bisa menghidupi diri Hyung sendiri. Kau tidak perlu khawatir tentang itu. Hyung sudah cukup senang bertemu denganmu. Tidak apa, Saeng" ucapku dengan tujuan untuk menghiburnya dari rasa kesal itu.
"Jika aku tidak lahir saat itu, mungkin Yoongi Hyung lah yang tinggal disana dan merasakan kasih sayang Appa", kalimat Jungkook kali ini benar-benar menusuk dan membuatku sangat terkejut hingga aku merubah posisi tertidurku menjadi duduk sambil melihat Jungkook penuh selidik.
"Kenapa Hyung?" tanya Jungkook dengan wajah polos.
"Jangan pernah mempertanyakan kelahiranmu lagi, Jung. Kau tidak tau Eomma dan Hyung sangat menunggu itu. Jangan ulangi lagi kata-kata itu dan jangan biarkan fikiran buruk terlintas difikiranmu!"
Jungkook tersenyum sebentar lalu ia berkata, "Itu adalah kalimat terpanjang yang kau ucapkan setelah bertemu denganku, Hyung. Baik, aku tidak akan mengulanginya lagi" janjinya. []
To Be Continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Quiescent || END
FanfictionDiamku adalah upaya untuk membahagiakan adikku. Setidaknya dengan diam ini, aku bisa memberikan tempat yang layak untuknya. Aku tidak akan membiarkan adikku hidup dijalanan dengan berbagai musuh disetiap langkah kemanapun aku pergi. Adikku pantas b...