quiescent : jungkook (2)

710 122 2
                                    

Aku fikir, Appa tidak akan mengetahui kepergianku bersama Yoongi Hyung karena dia sedang dalam perjalanan bisnis. Namun dugaanku itu terpatahkan ketika tamparan keras menyambutku yang baru saja menutup pintu rumah. Tatapan Appa selalu tajam seperti biasanya. Wajah marah itu selalu terpasang disana ketika aku sudah melakukan kesalahan. 

"Kompetisimu besok dan kau masih bersantai seperti ini. Apalagi kau pergi bersama Yoongi. Kau berusaha bermain dengan karirmu?" sinis Appa sambil mencengkram daguku dengan sangat kuat. 

Meskipun Appa menatapku dengan sangat tajam namun aku berani membalasnya, "Aku hanya memastikan bahwa Appa tidak berbuat macam-macam pada Yoongi Hyung" jawabku dengan berani. 

"Oh, begini caramu melawan Appa yang sudah membiayai sekolahmu?" teriak Appa yang semakin frustasi dengan keberanianku. 

"Aku tidak pernah butuh sekolah, Appa yang membutuhkannya untuk diri Appa sendiri!", entah aku mendapatkan keberanian dari mana. Mungkin ini adalah puncak rasa lelahku karena belajar selama 24 jam tanpa henti.  

"Argh!" rintihku saat Appa lagi dan lagi menjambak rambut dan menghantamkan kepalaku ke tembok yang ada disisi kanan kami. Luka yang kemarin belum tentu sembuh dan sekarang Appa menambah luka baru. Terima kasih, mungkin otakku akan cedera setelah ini. 

Aku belum selesai merintih dan mengendalikan rasa sakitku, Appa dengan kasar meneretku dengan meraih kerah kemeja biru muda yang aku kenakan. Appa membawaku menuju halaman belakang tempat dimana aku biasanya berlatih panahan. 

"Kau tidak diijinkan untuk istirahat sampai dua jam sebelum kompetisimu besok! Jika kau sekali saja duduk maka Appa akan menghajarmu lagi sampai kau mengerti kesalahanmu. Kau paham itu, Jeon Jungkook?!" ancam Appa sambil sesekali menunjuk kepalaku yang masih sangat pening. 

Ya, aku memang belum berlatih. Terakhir, aku berlatih kemarin dan sore ini aku harus mengulangnya. Aku menghembuskan nafas perlahan beberapa kali agar nyeri dikepalaku berkurang dan aku menemukan fokus titik dimana aku akan mengarahkan panahku. Satu hal yang aku ingat dan menjadikan aku semangat adalah Yoongi Hyung akan datang besok untuk melihatku berkompetisi. Untuk pertama kalinya Yoongi Hyung akan mendukungku secara langsung dan melihatku dengan rasa bangga yang sesungguhnya. Aku tidak ingin mengecewakannya. 

Sore berganti malam, mungkin sekarang sudah pukul 9 malam. Aku sudah berlatih lebih dari 6 jam, kedua mataku sudah memejam perlahan ditambah dengan kepalaku yang pusing luar biasa. Aku melirik keatas, tepat dimana jendela ruang kerja Appa. Sedari tadi dia melihatku dari sana namun kini ia tidak terlihat. Baguslah, setidaknya aku bisa bernafas sebentar untuk menghalau rasa nyeri yang ada dikepalaku. 

"Sudah tau akan jadi seperti ini dan kau tetap melawan ayahmu" kata ibu tiriku yang sedang berjalan mendekat. 

"Itu bukan urusanmu!" sinisku. Aku mengangkat panahku sekali lagi dan menutup mata kiriku. Aku tidak akan terburu-buru untuk kali ini. Aku harus fokus, harus. 

"Aku bertemu dengan kakakmu tadi. Dia sangat berantakan. Pantas, Appamu sangat membencinya. Dia terlihat seperti pemuda  yang tidak berguna" katanya. 

Keningku mengerut kesal. Panah yang tadinya mengarah pada papan aku arahkan tepat ditengah kepalanya tanpa keraguan. Tatapanku tajam seolah aku sangat ingin menghancurkan kepalanya dengan anak panah yang hanya tinggal aku lepaskan saja. 

"Sekali saja kau menyebut kakakku, akan aku pecahkan kepalamu" ancamku. Ibu tiriku dan aku saling bertatapan sejenak. Sesaat kemudian senyuman miringnya tercipta diwajah cantik namun sombong itu. 

"Kau membelanya tapi kau juga harus sadar, Jeon Jungkook. Kakakmu lah yang membawamu kepada ayahmu. Jika dia tidak membuangmu kau tidak akan hidup seperti ini"

"Yoongi Hyung tidak pernah membuangku!! Dia menyayangiku dan tidak akan pernah melakukannya!!" bentakku yang kemudian aku membuang anak panahku asal. Ternyata, aku belum sanggup memanah kepala dari ibu tiriku itu.

"Kita akan lihat lagi nanti, Jungkook. Apakah Yoongi akan membuangmu lagi atau tidak" katanya lalu ia pergi meninggalkanku yang masih ketakutan.

Tidak, Yoongi Hyung tidak akan melakukannya, rintihku dalam hati dengan berharap bahwa itu tidak akan pernah terjadi. []

To Be Continued...

To Be Continued

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Quiescent || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang