Arkan menggeram merasakan pipinya yang kini mulai menjalar panas. Tangan kecil Mona masih sama, suka sekali menampar orang jika dalam keadaan bahaya. Arkan menatap Anna sendu, sedangkan Anna masih terkejut karena refleksnya bisa seberani itu.
Anna meremas jari-jarinya kencang, dan menatap Arkan takut
"Ma-af pak" lirih nya dengan nada bergetarArkan berdecih, menatap Anna tajam
"kamu--"Maafkan saya pak" potong Anna dengan kepala tertunduk
Bunyi ponsel Arkan mengalihkan perhatian keduanya. Nama Max tertera disana. Ah, Arkan ingat, kini ia harus menemui klien yang berasal dari Jepang sekarang. Arkan me-reject nya, dan kembali menatap Anna datar
Arkan menghela nafas
"Hari ini saya masih berbaik hati membebaskan kamu untuk mempelajari semua file yang ada di komputer itu, saya akan pergi bersama Max menemui klien. Ingin ikut?" Tawar Arkan datar, walaupun nadanya seperti orang baik tapi tetap saja Anna merasa terintimidasiSpontan Anna menjawab dengan gelengan kencang
"Tidak pak" tolak Anna halus"Kenapa?"
Anna kembali menggeleng, menatap Arkan memohon
"Untuk kali ini aja pak, please"Arkan mendesah kasar, lantas berjalan keluar ruangan meninggalkan Anna yang mematung sendiri
______________
Anna mendesah lesu, kepalanya pening tak karuan memahami berbagai dokumen peninggalan mantan sekretaris Arkan terdahulu. Matanya sesekali melirik jam dinding. Anna mengerang, kenapa rasanya lama sekali menuju jam istirahat. Perutnya sedari tadi keroncongan karena belum sempat sarapan.
Dalam ruangan yang sunyi ini, mata Anna kembali menerawang sekeliling. Sudah 2 jam Arkan pergi bersama Max untuk menemui klien. Alasan Anna menolak ajakan Arkan tadi karena Anna takut kalau ia di judge sebagai sekretaris tidak becus oleh klien Arkan, jadi Anna ingin memantapkan diri dulu baru terjun lapangan. Begitu fikirnya
Anna berdiri merenganggkan otot nya yang terasa kaku, dan berjalan perlahan. sesekali melihat-lihat berbagai furniture aesthetic milik Arkan
Langkah Anna mulai mendekati meja kerja Arkan dan memutari nya. Netranya memandang berbagai figura kecil yang terpanjang disana
Anna terkejut ketika ia melihat foto pak Devan ketika masih muda terpampang jelas. Ingatannya sekilas kembali pada kejadian saat ia masih di rumah, pak Devan mengatakan nama Arkan, dan Anna juga sempat menanyakan siapa itu Arkan, namun tak mendapat jawaban karena pak Devan buru-buru pergi dengan tergesa
Apa Arkan yang ini? Putra dari pak Devan?
Anna menggeleng tak percaya melihat suatu kebetulan ini. Anna berniat membayar hutang budi, dan kini ia malah terjebak di perusahaan milik pak Devan sendiri. Anna terkekeh miris, lucu sekali takdir hidup ini
Anna kembali melihat figura lain, dan yang paling mencolok adalah figura yang berposisi menelungkup. Sepertinya terjatuh atau sengaja di tutup, entahlah. Tangan Anna terulur untuk melihat foto tersebut karena rasa penasaran nya kini sudah di ujung tanduk
Nafas Anna tercekat, dirinya memandang foto ini tak percaya
Kenapa perempuan di foto ini mirip sekali dengan dirinya?
Ini?
Kepala Anna tiba-tiba berdenyut kuat. Anna terduduk, figura itu terlepas dari tangannya dan terjatuh pecah berkeping-keping
Mendengar suara pecahan, Arkan yang baru saja membuka pintu terkejut melihat pemandangan dihadapannya
"Anna!!" Pekik Arkan berlarian panik, ia berjongkok di hadapan Anna, dan matanya melotot tajam ketika melihat figura Mona berceceran di lantai
KAMU SEDANG MEMBACA
Love my Assistant [Season 2]
RomanceMenyesal Satu kata yang terus menggerogoti jiwa Arkana. Hatinya kosong, belahan jiwanya pergi dan itu karena ulahnya sendiri Mengapa Tuhan mengabulkan perkataan nya kala itu. Mengapa Tuhan tak mengizinkan untuk melihat wajah cantiknya lagi di dunia...