Malam pertama yang diharapkan menjadi malam terindah oleh setiap pengantin kini pupus kala Arkan melihat sang istri jatuh tak berdaya bersamaan dengan kotak yang berisi kalung dan kertas yang dulu kembalikan oleh keluarga Mona
Mereka sekeluarga panik dengan sedikit berlari mengikuti para perawat yang gesit mendorong bangkar menuju UGD, hal ini karena kondisi Anna yang sangat pucat dengan hidung yang mengeluarkan darah segar
"Maaf pak bu, silahkan tunggu di luar" ujar salah satu perawat sembari menutup pintu
Pria itu menatap kosong pintu ruang UGD dengan fikiran kosong namun terus berkecamuk. Entah apa penyebab sebenarnya, tapi yang jelas hatinya terasa sesak layak di tempa sebuah godam yang besar
Devan yang melihat putranya seperti hilang arah, segera beranjak lalu menepuk kedua pundaknya pelan
"Tunggu disini, ayah yakin Anna baik-baik saja" ujar Devan mencoba tenang
Arkan hanya mengangguk patuh bak robot kala Devan menggiringnya duduk di kursi tunggu yang tersedia. Dengan pandangan yang berkaca-kaca ia menatap keluarga Anna yang terlihat risau di sampingnya. Langsung saja ia beranjak dan bersimpuh di hadapan Dharma dan Lisa yang membuat semua orang disana terkejut
"Bapak Ibu, maafkan Arkan. Arkan tidak tahu kalau Anna--"
Ucapan Arkan tersendat kala lidahnya tiba-tiba kelu dengan air mata yang mengalir di pipinyaDharma segera mengusap pundak menantunya itu pelan
"Sudah tidak apa-apa. Ini bukan salah kamu" ujarnya diangguki oleh Lisa bermaksud menenangkan"Bangun nak, lebih baik kita berdoa untuk kesehatan Anna" ujar Lisa serak dengan senyuman menenangkan
Arkan beranjak, dan memeluk sang ibu mertua erat. Ia sangat bersyukur kala kondisinya seperti ini, masih banyak yang mengerti dan peduli, dan tentunya membuat ia merasakan support system yang memotivasi nya untuk terus bangkit dari keadaan yang ada
Dalam waktu kurang dari satu jam pintu ruangan terbuka, dan bangkar yang di tempati Anna kembali di dorong hendak dipindahkan
Mereka semua bangkit, gelisah menunggu penjelasan dokter
"Keluarga pasien?" Tanya dokter tersebut
"Saya suaminya" ujar Arkan cepat
"Mari ikut ke ruangan saya"
Arkan, Devan dan Dharma mengangguk mengikuti langkah dokter. Sedangkan Lisa dan Dika mengiringi Anna ke ruangan perawatan nya
"Bagaimana keadaan istri saya dok?" Tanya Arkan tak sabaran
Dokter tersebut menghela nafas pelan
"Ada dua kabar yang akan saya sampaikan pada keluarga nyonya Anna. Kabar baiknya kondisi amnesia yang dialami oleh pasien kini dinyatakan pulih total"Mereka sontak mengucap syukur
"Tapi kabar buruknya, kembalinya memory Anna terjadi dalam waktu yang sangat singkat dan bersamaan. Hal itu jelas membuat pasien syok dan trauma berat akan berbagai kejadian yang baru saja melintas dalam ingatannya. Saya sarankan lebih baik keluarga pasien memberi waktu agar pasien tidak merasa tertekan untuk meminimalisir berbagai kondisi yang tidak diinginkan"
Sembari mendengarkan penjelasan dokter, tak terasa Arkan menahan nafas beberapa detik. Fikiran nya kembali melayang, dirinya kini sadar betul apa penyebab sang istri jatuh pingsan di malam itu
"Baik kalau begitu kami permisi. Terimakasih dokter" ujar Devan setelah mendengar beberapa resep dan anjuran tambahan dari dokter
Mereka bertiga jalan beriringan menuju ruang perawatan Anna dengan masing-masing fikiran yang terus berkecamuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love my Assistant [Season 2]
RomanceMenyesal Satu kata yang terus menggerogoti jiwa Arkana. Hatinya kosong, belahan jiwanya pergi dan itu karena ulahnya sendiri Mengapa Tuhan mengabulkan perkataan nya kala itu. Mengapa Tuhan tak mengizinkan untuk melihat wajah cantiknya lagi di dunia...