Langkah anggun Anna mengayun bersamaan dengan derap bunyi sepatu yang terdengar berirama. Sesekali ia menyapa para pegawai kantor pusat Achazia walaupun ia sadar tidak semua orang menyukai posisi nya sebagai asisten Presiden Direktur saat ini, terutama kaum hawa.
Dewasa ini, Anna mulai sadar. Kehidupan di dunia ini semakin kejam, banyak orang yang berambisi untuk saling menjatuhkan. Mirisnya lagi, orang-orang yang tidak kenal selalu merasa lebih tahu jalan di hidupnya seperti apa. Cemoohan dan olokan bernada kan hinaan sering kali Anna dengar apabila ia tak sengaja memergokinya. baik itu di toilet, di ruang meeting atau di cafetaria kantor
Tanpa Arkan ketahui, Anna sering menyimpan kesakitan batin apabila ia mendapat perundungan secara tidak langsung. Sering kali di balik layar, karyawan mencemoohnya sebagai gadis hilang ingatan yang tak tahu malu. Masuk ke kehidupan Presdir dan menerima posisi yang mereka idam-idamkan selama bekerja di perusahaan Achazia
Jelasnya mereka hanya iri akan keberuntungan yang didapatkan oleh Anna. Tanpa menundukkan kepalanya, gadis itu melangkah percaya diri, masuk ke lift khusus petinggi perusahaan. Ia mencoba menguatkan mental dengan menepis cibiran orang-orang yang tengah berbisik dibelakangnya. Saat ini masih ada hal lebih penting yang harus ia selesaikan
"Selamat pagi nona Anna" sapa Max sopan, ia berdiri dengan posisi sedikit menunduk beberapa detik
Anna tersenyum, sembari membetulkan posisi poninya ke belakang telinga
"Pagi Max. Tidak usah kaku begitu, kasta kita setara disini" ujarnya dengan kekehan kecilMax tersenyum kikuk, kalau boleh jujur ia sangat terpesona dengan kecantikan Anna yang memancar alami walaupun terlihat matanya sedikit sembab
"Nona bisa saja" ujarnya salah tingkah sembari menunduk malu
Gadis itu menggelengkan kepalanya kecil, lalu berpamitan pada Max untuk memasuki ruangan
Anna menghela nafas pelan, dengan yakin ia menarik handle pintu lalu masuk ke dalam ruangan tanpa menimbulkan suara bising yang ditakutkan akan menganggu konsentrasi Arkan di dalam
"Kemarin berpelukan dengan dua.pria.lain, sekarang tebar pesona dengan sesama rekan kerja" cibir Arkan datar dengan pandangan yang masih lurus ke arah MacBook nya
Anna terkejut, ia berbalik menatap Arkan dengan raut wajah bingung
"Pagi pak" sapa nya sopan berusaha profesional mengabaikan cibiran pedas yang baru saja ia terima
"Hm" pria itu hanya berdehem ketus karena merasa perkataan nya di acuhkan. Entah apa yang sedang Arkan lihat, namun Anna mencoba abai dan memulai pekerjaannya hari ini
Beberapa saat setelah Anna mengecek jadwal Arkan, ia beranjak bersaman dengan note pad yang selalu ia bawa
"Permisi pak, 15 menit lagi bapak harus menghadiri meeting dengan klien dari PT. Semesta Property di ruang meet lantai 3" jelas Anna dalam posisi berdiri dengan sopan
Arkan masih terus mengetik sesuatu di layar MacBook, mengabaikan keberadaan Anna yang masih berdiam diri di hadapannya
Dalam hati gadis itu mendengus jengah, walaupun mereka berdua sedang ada masalah di rumah, tapi seharusnya tidak perlu di bawa ke kantor bukan?. Ia ingin duduk tapi takut tidak sopan karena tidak dipersilahkan oleh Arkan sedari tadi. Rasanya Anna ingin menendang kursi-kursi sialan yang seakan tengah mengejeknya saat ini, apalagi di tambah betisnya yang kini terasa berdenyut akibat high heels yang ia pakai
"Jika tidak ada tanggapan lagi, saya-
"Persiapkan semuanya" potong Arkan acuh tak acuh, membuat Anna kembali mengatupkan mulutnya yang hendak bicara tadi
KAMU SEDANG MEMBACA
Love my Assistant [Season 2]
RomanceMenyesal Satu kata yang terus menggerogoti jiwa Arkana. Hatinya kosong, belahan jiwanya pergi dan itu karena ulahnya sendiri Mengapa Tuhan mengabulkan perkataan nya kala itu. Mengapa Tuhan tak mengizinkan untuk melihat wajah cantiknya lagi di dunia...