Devan menatap tajam putranya itu yang kini malah duduk dengan santai nya di atas sofa yang tersedia di ruang kerja. wajah Arkan kini jelas tak sedikit pun menyiratkan perasaan bersalah, membuat Devan semakin naik pitam. Devan mengehela nafas pasrah, dengan lungai ia duduk di samping Arkan dan memijat puncak hidungnya perlahan
Arkan mendengus dengan melipat kedua tangannya di dada
"Ayah kenapa sih?" Jengah nyaDevan melirik sebal
"Kamu yang kenapa?!" Jawabnya ngotot"Bagaimana mungkin kamu melamar Mona sebegitu gampangnya?, dimana akal fikiran kamu hah?! Mona masih hilang ingatan!" Sergah Devan emosi
Arkan merenggut kesal
"Mona itu kekasih Arkan, jadi jelas dong kalau Arkan langsung melamar Mona" sungutnya sewotDevan terkekeh sinis
"Bukannya kamu sudah mengakhiri hubungan sebelum kejadian itu" ketusnyaWajah Arkan berubah suram
"Bukan kah kamu penyebab terbesar kenapa Mona bisa jadi seperti itu" sambung Devan masih dengan nada ketus
Arkan hendak menyela namun kembali diam tak berkutik. Memang semua yang dikatakan ayahnya itu benar.
"Maaf" lirih Arkan pelan
"Telat!" tukas Devan kejam, membuat Arkan semakin mengerut sedih karena memory itu kembali berputar di fikirannya
"Dari awal sudah ayah katakan kuncinya adalah bersabar"
"Tapi sampai kapan?! Sampai Mona di miliki pria lain? Begitu?! Termasuk Arsyad? Belum lagi pria-pria yang dengan jelas menaruh minat pada Mona. Arkan tak bisa menahan itu semua! Mona milik Arkan!" Bentak Arkan dengan emosi yang menggebu
Memang, memang dirinya salah. Tapi apa salahnya jika ia ingin mempertahankan gadis yang ia cintai
"Sejak kapan kamu jadi bodoh seperti itu?" Sinis Devan tak suka
"Lagi pula Mona masih milik orang tua nya jika kamu lupa" lanjutnya dengan nada mengejekArkan mengumpat kecil dengan mata yang melirik ayahnya sinis
"Sudah, lakukan perintah ayah jika ingin kembali bersama Mona. Ayah yakin ini tidak akan lama, jika kamu berhasil. Tapi jika gagal, mungkin perkataan mu barusan akan jadi kenyataan"
Devan mengakhiri ultimatum nya sembari melangkah keluar ruangan karena suasana sudah semakin senyap. Arkan menghela nafas dan meraup wajahnya kasar
Apa yang telah dilakukannya memang belum tepat. Ia terlalu gegabah meminta Anna menjadi istrinya, yang notabene nya masih dalam keadaan hilang ingatan. Sungguh Arkan tak kuasa jika tengah menatap manik mata Anna. Pancaran mata yang selalu mampu membuat hatinya berdesir dengan jantung yang berdegup kencang.
Namun apa yang diucapkan malah menjadi malapetaka, Anna pingsan karena terlalu syok, untungnya ketika sampai di rumah, ia kembali sadar dan langsung berlari menuju kamarnya dalam keadaan yang kacau, bahkan mengacuhkan keberadaan Devan yang kebingungan melihat perilaku keduanya
Arkan beranjak dan melangkah menuju ruangan yang saat ini ingin ia tuju, yap kamar Mona tentu saja. Arkan membuka pintunya perlahan, dan melihat punggung Anna dengan nafas yang tak beraturan. Dengan langkah cepat namun berusaha menekan suara Arkan mendekati Anna yang bergerak gelisah dalam tidurnya
Tangan Arkan terulur mengusap kening Anna yang berkeringat. Anna lagi-lagi bergerak, kini posisinya terlentang, dengan tangan yang memegangi kepalanya erat. Sesekali mulutnya bergumam, namun kalimat yang disebutkannya tidaklah jelas
Arkan semakin di buat panik ketika Anna menangis kuat sembari menjambak rambut nya sendiri. Arkan terus berusaha melepaskan tangan Anna namun cengkraman Anna terlalu kuat bahkan hingga memerah
KAMU SEDANG MEMBACA
Love my Assistant [Season 2]
RomanceMenyesal Satu kata yang terus menggerogoti jiwa Arkana. Hatinya kosong, belahan jiwanya pergi dan itu karena ulahnya sendiri Mengapa Tuhan mengabulkan perkataan nya kala itu. Mengapa Tuhan tak mengizinkan untuk melihat wajah cantiknya lagi di dunia...