BAB 18: Berkesan

1K 190 26
                                    

Happy Reading😍😍😍

***

Mawar menggenggam erat-erat gantungan kunci yang baru saja di dapatkannya dari Gus Zayan. Ralat, dia mendapatkannya dari penjualnya langsung di bazar.

"Beruntung banget temenku ini ya Allah, terima kasih telah memberinya kesempatan dipandang Gus Zayan," goda Riya cekikan.

Mawar menepuk kepala bocah itu dengan cukup keras. "Sembarangan, diem aja!"

"Bukannya alhamdulillah malah kesel," sorak Riya. "Kan siapa tahu tadi dibacain shalawat buat nebus gantungan kunci suatu saat bakal dibacain Ar-Rahman buat nebus ...,"

"Diem!"

"Haha, si Mawar malu-malu ciye, aku pendukung kamu sepenuhnya dengan Gus Zayan meskipun saingannya berat-berat," godanya lagi. Kali ini Mawar hanya melengos pergi.

"Eh, tungguin!"

Tanpa mereka ketahui ada Gus Arkan yang mendengar setiap pembicaraan sejak tadi. Rasanya cukup aneh mendengar Gus Zayan mulai berani menggoda santriwati, terlebih lagi pada musuh bebuyutannya.

Karena semua itu seharian ini dia dibuat tidak tenang. Entah karena apa dia merasa ingin menanyakan itu pada Gus Zayan. Tetapi akan sangat malu bila ternyata itu hanya karangan Mawar saja. Sepupunya itu adalah orang yang sangat berhati-hati dan tidak banyak tingkah, terutama menghadapi perempuan.

Bahkan saat malam akan sampai pada puncaknya rasa penasaran itu tak jua menghilang dari kepalanya. Namun, tiba-tiba ponsel di pangkuannya berdenting, saat dilihat itu adalah pesan dari Ning Hilda.

"Bagaimana kabar Kak Arkan? Maaf, aku tidak sempat pamit saat hendak berangkat. Aku menghubungi Mas Zayan beberapa kali tapi dia tidak mengangkat teleponku. Apa dia bersama dengan Kak Arkan?"

Setelah membacanya Gus Arkan kembali meletakkan benda pipih itu ke meja. Siapa sangka bila dia harus berdamai dengan rasa patah hatinya. Mencintai sepupu sendiri memang benar-benar menyebalkan, terlebih lagi pada Ning Hilda.

"Mbah Yai memintanya membuka bazar shalawat tadi. Aku sempat bertemu dengannya di mushalla saat shalat maghrib, dan sekarang aku tidak tahu dia di mana."

Dua detik setelah pesan balasan terkirim Ning Hilda kembali mengirim pesan. "Saat kita kecil, Kak Arkan masih ingat apa yang Mas Zayan lakukan jika sudah menghilang begini?"


Sejenak Gus Arkan berpikir sebelum akhirnya berlari turun dari kamarnya. Dia masih ingat, saat kecil Gus Zayan pernah hilang selama dua hari dan ditemukan mengambang di sungai. Kelebihannya bisa melihat makhluk-makhluk halus terkadang membuatnya dipermainkan bila tak kuat.

Gus Daffa yang baru saja tiba dari perjalanannya dikagetkan oleh kemunculan sang putra dari balik tembok. "Astaghfirullah, sampean mau ke mana? Kok lari-lari?" tanyanya heran.

"Bi, sampean melihat Zayan, ndak?" tanya Gus Arkan panik.

"Ndak, kenapa? Kenapa dengan Zayan?"

Gus Arkan langsung pergi begitu saja tanpa menjawab. Dia meminta bantuan beberapa khodam untuk turut mencari Gus Zayan. Terlebih saat melihat mobil pria itu masih ada di depan ndalem, turut menambah rasa khawatir dalam benaknya.

HaryakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang