BAB 7: Hilda Asma Fatimah

2.4K 243 57
                                    

Happy Reading😍😍

***

Ning Hilda baru saja turun dari mobil saat Gus Zayan melintas bersama beberapa santri yang mengikutinya. Gadis itu terlambat pulang karena masih harus dirawat di rumah sakit beberapa waktu lalu.

"Assalamualaikum, Mas" salamnya seraya meraih tangan Gus Zayan, lalu mencium punggung tangannya.

"Waalaikum salam, calon ... ndi?" godanya.

"Calon-calon sikilmu! Wes aku tak mlebu sek!" ketusnya dan beralih pergi meninggalkan Gus Zayan yang masih tertawa.

Kata kesal Ning Hilda, cemoohannya, sampai sifat keras, ketus dan keras kepala, adalah hal yang paling dirindukannya semenjak terakhir kali bertemu. Tak ada masalah baginya meski sang adik tidak sopan, toh itu yang membuat mereka akrab.

"Hilda! Niki, astaghfirullah ... lah yapo? Muka kok di tekuk ngunu?" Nyai Saidah histeris saat melihat cucu kesayangannya datang dengan wajah cemberut.

Ning Hilda langsung menyalami semua orang yang ada di sana sebelum memeluk sang Nenek tercinta. "Tadi Kang Omar jemputnya lama, kaki Hilda sampek sakit, Mbah!" keluhnya.

Ning Nashwa tertawa, begitu juga dengan Ning Zalfa dan Ning Fatimah, Istri dari Gus Ali yang saat itu sedang berkumpul untuk acara esok hari.

Tak hanya keluarga Ndalem. Haul majemuk yang dilaksanakan setiap satu tahun sekali di pesantren As-Shofwah juga terbuka untuk umum. Seperti para alumni, simpatisan, tamu-tamu, gemagus dan nawaning.

Selain itu haul para masyayikh dan ahlul bait ini merupakan penghormatan dan doa pada guru-guru beserta leluhur yang dulu membabat tanah yang kini menjadi pesantren yang megah.

Pada acara itu biasanya para alumni pesantren akan mengadakan reuni besar-besaran yang terletak di depan masjid jami' As-Shofwah. Tak hanya itu, ada beberapa pawai alumni dan santri dari berbagai macam daerah yang ada di indonesia.

Tiba-tiba saja pesantren akan menjadi lebih ramah dari biasanya. Wisma tamu dan asrama baru terpaksa harus ditempati karena banyaknya tamu-tamu yang datang dari berbagai macam daerah di jawa timur.

Tak hanya itu, dari luar kota pun ada. Seperti dari jawa tengah, jawa barat, DKI jakarta, kalimantan sampai sulawesi. Semua alumnus As-Sofwah berkumpul untuk mendoakan dan mengingat kembali guru-guru mereka yang telah mendahului.

As-Shofwah yang sampai kini masih diasuh oleh Kyai Abdul Kholil, menjadi semakin berkembang dalam segala bidang. Sebelum Haul terlaksana, pesantren baru saja meresmikan ditetapkannya universitas Raden Ahmad, disingkat UNRAM.

Bersama menteri pendidikan dan presiden RI, institut Randen Ahmad berubah menjadi Universitas Raden Ahmad. Yang di mana nama Raden Ahmad di ambil dari nama buyut leluhur tertua yang maqbarahnya berada di kawasan sampang, madura.

"Bunda,"

"Ya?"

Ning Hilda menghampiri Ning Nashwa yang tengah melipat selimutnya yang bercorak hello kitty. Wanita berusia sekitar empat puluhan itu kembali menebar senyumnya kala sang putri mendekat.

"Bunda," panggil Ning Hilda ragu-ragu.

"Ada apa?"

HaryakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang