Bab 25 : Syahid

535 105 66
                                    

Happy Reading 🙂🙏


*****

"Apa yang akan kamu lakukan saat seseorang menghancurkan kepercayaanmu?" Arin bertanya di sela-sela prosesi mereka membaca kitab. Kening Mawar mengkerut heran. "Kenapa nih? Kok nanya-nanya begituan?"

"Nanya aja."

"Ada yang bikin salah sama Mbak Arin, ya? Sini bilang sama aku biar kutampol!"

"Dih, kamu sama Abyong aja takut. Musuhku lebih besar dan hebat daripada Abyong."

"Duh, kok kayaknya ngeri!"

"Ngeri, lah! Ngeri banget malah. Udah jawab pertanyaanku sekarang!"

"Yang barusan itu, Nyet! Yang aku nanya barusan itu, Lho?!" Arin menoyor pelan kepala Mawar hingga gadis itu terkekeh.

"Kok jadi ngegas?! Bentar mikir dulu, lah!"

Arin memutar bola matanya malas. "Kamu tuh emang gak pernah serius hidup, ya? Masa ditanyain gitu aja masih mikir. Yang namanya hidup itu harus punya pendirian dan egoisme. Anak ini kok kayaknya iya iya aja kalau mau diapain juga. Kamu jawab benci atau apa kek!" dumelnya.

"Buat apa membenci? Itu kan perbuatan yang merugikan!"

"Terus mau kamu biarin gitu aja? Terima gitu aja?"

"Bisa jadi."

"Kok gitu?!".

"Karena itu sudah pilihan mereka. Aku sangat sulit untuk bisa percaya pada orang lain karena aku takut mereka akan mengecewakanku. Maka bila ada yang membuatku kecewa itu berarti aku sudah sampai pada tahapan amat memercayai mereka. Saat aku percaya dan aku dikecewakan, berarti aku amat menyayangi mereka."

Arin terdiam mendengar ungkapan yang amat serius dari sahabat kecilnya itu. "Maksudmu?"

"Maksudku tidak ada yang pernah benar-benar mengecewakan aku selama ini. Maka dari itu, aku tak pernah meninggalkan siapa pun. Ayah dan ibuku, Abyong, semua orang-orang yang berada di sisiku, yang bagi orang lain terlihat amat mengecewakan itu tak benar-benar mengecewakanku."

"Maksud kamu, di balik sikap bocah dan petakilan ini kamu tak pernah benar-benar percaya manusia? Maka dari itu kamu tak pernah kecewa?"

"Itu logika dasar. Daripada terus dipatahkan lebih baik tidak percaya siapa-siapa."

"Apa kamu juga gak percaya aku?"

"Aku jelas percaya."

"Kenapa? Dari banyak orang yang ada kenapa percaya padaku?"

"Karena aku selalu siap dikecewakan oleh banyak orang yang ada kecuali Mbak Arin. Terkadang seseorang bisa hidup karena percaya dan dipercayai oleh orang lain."

Arin terdiam sebentar kemudian bangkit dari kasurnya. Mawar langsung memegang lengannya saat gadis itu hendak pergi dengan terburu-buru. "Lho, mau kemana?"

"Ke suatu tempat."

"Ke mana? Aku belum selesai belajar kitabnya. Aku mau seleksi sebentar lagi, Mbak Arin!" Mawar merengek.

"Sebentar!" Setelah merapikan jilbabnya gadis itu berlari keluar dengan langkah yang tidak karuan seperti orang bingung. Karena khawatir atas sikap yang tak biasanya itu Mawar menyusulnya hingga sampai ke teras ndalem.

Langkah Mawar terhenti saat Arin masuk ke dalam kediaman Bu Nyai Saidah. Karena tak bisa masuk ke dalamnya gadis itu mengintip dari balik gorden pembatas ruangan. Ada banyak orang di sana, dua pria dan beberapa wanita paruh baya yang asing di mata Mawar.

HaryakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang