Happy Reading 😍😍
***
Gus Alif dan Ning Nashwa masih tampak bingung saat putri keduanya menyatakan ingin membatalkan pertunangannya dengan putra Kiai Aji. Mungkin Ning Hilda sudah gila tapi itulah keputusannya yang tak dapat diganggu gugat. Dia melampirkan alasan yang cukup logis meski pasti akan mengecewakan banyak orang.
Perjalanannya ke Wonosobo waktu itu tentu bukan hanya untuk menyambangi rumah calon suaminya, tetapi juga mengorek kisah asmara pria bernama Azmi itu dengan sebaik-baiknya. Beruntungnya Ning Hilda langsung mendapat jawaban dengan kehadiran gadis yang ia niati sejak beberapa waktu lalu itu.
Gadis bernama Rahma yang sebentar lagi akan menikah karena kepengecutan Azmi. Kepengecutan, ya, tentu saja! Saat perempuan yang dicintainya hendak menikah dia masih mampu terdiam tanpa berbuat apa pun. Dan itu tak bisa Ning Hilda bayangkan bila mereka benar-benar menikah. Mungkin meski Ning Hilda akan tertabrak mobil, pria itu akan diam dan biasa saja.
"Saya ingin meluruskan beberapa persoalan yang sejak awal ingin saya bahas, Gus," kata Ning Hilda saat tengah menyambangi Gus Aji dan Ning Sania di kediamannya.
Orang tua dari Gus Azmi itu tentu heran sekaligus penasaran pada isi kepala putri sakti Gus Alif ini. "Ada persoalan apa, Ning? Azmi mengatakan hal yang menyinggung njenengan?" tanya Gus Aji.
Ning Hilda menggeleng. "Saya hanya ingin bilang, seharusnya Gus tidak meminang wanita lain saat sudah mengetahui siapa yang sebenarnya Azmi cintai" ungkapnya berani. Gus Aji dan Ning Sania jelas kaget mendengarnya.
"Saat seseorang diminta memilih, dan pada dua pilihan itu ada separuh hatinya masing-masing, bukankah egois bila menjadikan yang satunya kewajiban dan yang satunya pantangan? Intinya, Gus Azmi mencintai Rahma tanpa merasa bila sejak awal diminta memilih pendidikan atau perempuan."
"Allahu, Ning ... tolong jangan berlebihan begin-"
"Ini menyangkut aku andai Azmi menyadarinya. Ayah juga berpikiran seperti Gus. Keras, tegas dan disiplin. Sayangnya, aku tidak pernah mengizinkan beliau untuk masuk dalam pilihan yang harus kupilih. Dihadapan kalian mungkin aku adalah Hilda, putri Gus Alif, cucu buya Kholil, dan cicit Datuk Muhammad yang agung. Tapi di mata beberapa orang, ada yang memandangku sebagai ancaman hidupnya. Bahkan alasan kematiannya."
"Dan Azmi juga begitu, dia memandangku bukan karena aku wanita mulia yang cantik dan cocok dia jadikan sebagai istri. Dia memandangku sebagai sesuatu yang bisa digunakan agar bisa meraih ridha dan kebahagiaa kalian, orang tuanya."
"Lalu, bagaimana ridha akan turun, bila yang dinamakan ridha itu jatuh bersamaan dengan bahagia. Mungkin perkataan aku ingin melihatnya bahagia cukup biasa, tetapi kalimat apa pun yang menjadi akibat agar dia bisa bahagia, aku akan menempuhnya."
"Ning Hilda .... "
"Izinkanlah Azmi menikah dan bahagia dengan bantuan Allah lewat tanganku. Tangan Azmi terlalu lemah, hingga yang dia bisa hanya berdoa agar dilimpahi kesabaran menghadapi kenyataan mengenai pernikahan Rahma."
"Ning Nashwa berkata njenengan mencinta putra kami, Ning? Tetapi mengapa njenengan melakukan hal semacam ini?" tanya Ning Sania dengan mata berkaca, begitu juga dengan Gus Aji yang tampak rapuh.
"Justru aku melakukan ini karena sangat mencintainya, Bu Nyai. Aku bahkan, tidak pernah menjadi sebaik ini sebelumnya. Aku berani bersumpah!" Untuk pertama kalinya Ning Hilda merasakan sesak dalam dadanya. Dulu, meski Omar mengkhianatinya ia hanya menangis dan marah tanpa merasakan patah hati berlebihan begini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Haryaka
RomanceMawar, seorang santriwati asal Kalimantan yang hanya bermodalkan nekad untuk nyantri di luar pulaunya. Awalnya dia hanya berniat kabur dari genggaman ayah tiri yang hendak menjualnya menjadi pelacur. Pelarian itu tanpa siapapun ketahui membawa Mawa...