Happy Reading 🥀🌹🌹🌹🌹♥️
****
"Saya kira kita harus menyeleksi kembali siapa saja santri yang akan mengikuti lomba baca kitab kuning di surabaya bulan depan, Gus," ujar seorang pria bernama Mumtaz.
Seluruh audience tampak menyimak termasuk Gus Zayan yang menjadi bagian tim dari lomba ini. " Orang tua santriwati bernama Siska yang lolos seleksi minggu mengonfirmasi bila putri mereka jatuh sakit," lanjutnya.
"Innalillah, sakit?"
"Nggih, Gus. Pihak keluarga mengatakan yang bersangkutan memang memiliki riwayat asma sejak kecil."
Paham dengan keadaannga Gus Zayan hanya bisa mengangguk dan mendoakan salah satu putri tak langsung abahnya itu agar cepat diangkat penyakitnya. "Lalu, rencana seperti apa lebih tepatnya yang panitia punya?"
"Kami akan mengadakan seleksi dengan dukungan lembaga madrasah untuk merekomendasikan santriwan dan santriwati kepercayaan untuk ikut berpartisipasi."
"Baiklah. Akan tetapi, bukankah kitab kuning yang dilombakan masih termasuk kitab yang tak begitu sulit, kenapa tidak langsung menarik dari Madrasah Ulya atau Tsanawiyah?" usul Gus Zayan.
"Masalahnya pesyaratan dari pihak pembuat acara menginginkan peserta dari madrasah ibtidaiyah, Gus, sedangkan untuk tingkatan yang njenengan sebutkan alhamdulillah sudah terisi semua tempatnya, tentu dengan tingkatan lomba yang berbeda."
"Baiklah kalau begitu saya setuju jika diperlukan. Nanti bagaimana-bagaimananya saya pasrahkan pada sampean selaku pelaksana, Ustadz," putus Gus Zayan.
"Nggih, Gus."
"Hanya saja, saya ingin menyampaikan pesan mbah yai untuk para santri yang akan mengikuti lomba. Menang adalah yang nomor dua setelah perjuangan dan khidmah. Menang atau kalah adalah hal biasa karena semua itu kompetisi, yang pasti kembali dengan selamat dan jaga nama baik pesantren."
"Nggih, Gus, nanti juga akan saya sampaikan dawuh njenengan saat rapat dengan pengurus keputrian."
"Nggih. Untuk bagian perizinan dan persiapan dana jalan untuk anak-anak santri akan saya inforrmasikan juga pada pengurus di bagiannya masing-masing. Yang terpenting sekarang dimatangkan dulu persiapannya, saya pasrahkan pada sampean."
"Nggih, Gus, siap matur nuwun."
"Baiklah kalau begitu, rapatnya disambung lain hari karena sudah akan masuk waktu istirahat."
"Nggih, Gus, monggo, kulo nderek dawuh."
Gus Zayan membalas senyum ke arah pria berkoko abu itu sebelum akhirnya bangkit untuk kembali ke kediamannya karena malam yang semakin larut. Semua orang serentak berdiri dengan badan setengah membungkuk saat pria muda itu mengucap salam dan pamit untuk pergi.
Suasana hatinya berubah drastis sejak mengetahui hal besar kemarin. Lebih tepatnya merasa tenang dan lega karena tak akan pernah mempermasalahkan lagi rasa cintanya yang tumbuh subur untuk seorang wanita. Wanita yang akan menjadi istrinya dalam waktu dekat ini.
*****
Cinta adalah ujian sebelum pernikahan akan tetapi hati tetap harus dimerdekakan sekalipun harus menyalahi kebenaran. Begitulah prinsip yang Gus Arkan anut hingga sekarang setelah memutuskan jatuh cinta pada Mawar.
Rasa lelahnya karena harapan pada Ning Hilda terobati saat bertemu gadis lugu itu. Keberadaanya yang tak pernah diharapkan atau diperhitungkan adalah hal yang paling Gus Arkan syukuri sekalipun menolak pada awalnya.
Ning Hilda dan Mawar adalah dua orang dengan kepribadian yang sangat bertolak belakang. Mawar adalah si penakut dan pesimis, maka dari itu dia selalu berhati-hati namun ceroboh. Dia berjiwa bebas tanpa bisa meredam kesedihan sedikit pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Haryaka
RomanceMawar, seorang santriwati asal Kalimantan yang hanya bermodalkan nekad untuk nyantri di luar pulaunya. Awalnya dia hanya berniat kabur dari genggaman ayah tiri yang hendak menjualnya menjadi pelacur. Pelarian itu tanpa siapapun ketahui membawa Mawa...