1. Concert Ticket

177 17 1
                                    


-- Why love is so unfair, will I ever find a way and answer to my pray -- 

[Nikka Costa]


***


California, End of February, 2019.  


Ara membuka laptopnya, merefisi tugas kuliah satu persatu sebelum mengirimkannya kembali melalui email kepada salah seorang koleganya. Dia mengecek konten maupun padanan kata dalam setiap paragaraf yang telah menguras tenaganya selama dua minggu terakhir ini. 

Gadis itu mengalihkan pandangannya saat rintik hujan menerpa jendela kamarnya, diluar hujan deras.

"Ya ampun bagaimana bisa hujan sederas itu saat pagi tadi panas sekali." Gerutu seorang gadis berkulit putih dengan rambut panjang berwarna tembaga  dan mata biru yang sangat cerah memasuki ruangan itu. 

Rambut tembaganya terlihat lepek terkena hujan, begitupun bajunya yang basah tidak tertolong. 

"Mandilah, kau terlihat mengerikan." Ara berkata.

Ara tinggal di sebuah Asrama yang disediakan pihak kampusnya di California. Stanford memang menyediakan beberapa Asrama untuk mahasiswa baik sarjana maupun pascasarjana seperti Ara. Sebagai informasi tempat tinggal Mahasiswa di Stanford saat ini merupakan bagian dari Residential & Dining Enterprises, vendor mandiri internal dalam jaringan bisnis afiliasi Stanford. Kerja sama ini lah yang membuat harga sewa asrama menjadi lebih ramah bagi para mahasiswa. Lebih murah dari pada harus menyewa apartemen di luar.

Disini ada beberapa mahasiswa yang membawa serta keluarga mereka, istri dan anak. Rata-rata mereka adalah mahasiswa pascasarjana dan berasal dari luar Amerika. Ini adalah kampus yang sangat ramah bagi mahasiswanya.

"Dari mana kau? Dari pagi sudah menghilang." Ara bertanya pada Stevani teman satu kamarnya selama hampir dua tahun terakhir. 

Stevani mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil berwarna biru, dia sudah mandi dengan kilat dan menganti pakaiannya dengan kaos dan celana pendek.

Stevani adalah mahasiswa sarjana jurusan psycology semester enam. Gadis itu berasal dari Seatle. Dia gadis yang sangat cerdas, dia diterima di Harvard juga Oxford university. Namun dia memilih Stanford hanya karena jatuh hati pada moto dari kampus ini, "Die Luft der Freiheit weht" yang berarti The Wind of Freedom Blows. Angin kebebasan yang berhembus. Menurutnya itu sesuai dengan visi-nya. Yeah, Bagitulah cara Stevani menggambarkan dirinya sendiri, dia adalah jiwa yang berhembus bebas, kadang malah sedikit nyeleneh. 

"Ada pertemuan club."

"Korean lover club?" Ara bertanya

Gadis bule ini adalah Korea addict. Setidaknya Ara selalu menemukan seorang k-popers kemana pun ia pergi.

"Yups.. coba tebak, apa yang kudapatkan?"

"Apa?"

Ara tidak mengalihkan pandangan dari layar laptopnya.

"Lihat sini..." Stevani memerintahkan dengan manja

Ara membalik tubuhnya dengan malas, melihat Gadis itu memamerkan dua lembar kertas. itu adalah tiket konser yang selalu dibicarakannya sejak dua bulan yang lalu.

RAIN : The Rain Will Heal The Pain [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang