5. I can't stop the feeling

117 14 0
                                    

 "Drinks bring back all the memories of everything we've been through"
[Maroon5]

***

California. 2019

Ara terbangun. Pipinya memerah. Tubuhnya terasa tidak enak, antara dingin dan juga panas. Gadis itu meraih segelas air yang ada di nakas mejanya, meminumnya dalam sekali tegukan.

"Kau baik-baik saja?" Stevani terbangun melihat sahabatnya itu dengan wajah bingung. 

Bukan satu kali dua kali ia melihat Ara tiba-tiba terbangun atau menangis saat tengah tertidur. Gadis Indonesia itu seolah membawa banyak kenangan yang menyakitkan ke dalam alam bawah sadarnya. 

"Apa aku membangunkanmu?" Ara bertanya

"Tidak." Dusta Stevani, dia tidak ingin membuat sahabatnya merasa tidak enak padanya. 

"Kau yakin baik-baik saja? Wajahmu agak memerah." Ucap gadis itu.

Ara menyentuh wajahnya yang memang terasa panas. Ia masih bisa merasakan degup jantungnya yang tidak karuan. DIa kembali memimpikan pria itu.

"Aku baik-baik saja." Ara mencoba tersenyum untuk meyakinkan Stevani. 

"Tidurlah lagi." sambung gadis itu. 

Stevani hanya mengangguk lalu merebahkan dirinya diatas ranjang tidurnya. 

"Kau juga tidur. Bukan kah besok ada presentasi penting?" 

Ara mengangguk, menaruh gelas kosong ditangannya lalu merebahkan dirinya. Berharap tidak ada lagi masa lalu yang meringsek masuk kedalam tidurnya.

Ditengoknya Stevani yang mulai terlelap. Sementara Ara hanya memandangi langit-langit kamarnya sambil mengingat sepenggal kenangan yang merembes dalam mimpinya. 

Ara menyentuh tengkuknya, dia masih bisa merasakan tangan hangat pria itu disana. Diantara ceruk lehernya. Lalu bibirnya. Ara masih bisa ingat dengan jelas betapa manis dan semberononya ciuman pertama mereka. Aroma Kim Seok-jin, bibirnya yang seperti strawberry, berpadu dengan wangi alkohol yang memabukan. 

Disentuhnya cincin yang menjadi bandul kalungnya. Ada lubang besar menganga disana, di hatinya. 

Kau hanya harus bertahan Ara. Bertahanlah. Semuanya sudah berlalu. Semuanya sudah berakhir. Bisiknya pada diri sendiri, sebelum kembali memejamkan matanya. 

***

"Tiara. Aku tahu kau memang jenius. Kau sangat rapi mengerjakannya." Seorang pria berkepala plontos dengan banyak kerut diwajahnya berkata. 

"Terima Kasih, Sir." Jawab gadis itu.

"Aku ingin kau melakukan penelitian lebih lanjut. Aku akan menerimanya sebagai tesis mu jika kau melakukannya." Ujar pria itu. 

"Baik, Sir." Ara tersenyum senang.  

"Tidak kah kau bisa hanya memanggilku, Larry?" Tanya pria itu. 

Ara melirik singkat dosennya itu. Dia adalah Larry Brown. Salah satu dosen senior di fakultasnya. Kendati dikenal sebagai dosen yang ketat terhadap nilai tapi Larry adalah yang ramah dan juga sangat baik terhadap mahasiswanya. 

"No, aku tidak bisa melakukannya. Mr. Brown." 

"Kau kaku sekali." Ujarnya. 

Bagaimana mungkin Ara memangil pria itu dengan namanya saja? Usia Larry mungkin nyaris menyentuh 70 tahun. Dia dosen senior yang disegani. Sejak awal Larry selalu protes dengan panggilan 'sir' dan juga 'Mr' yang selalu Ara gunakan sebagai bentuk sopan santun. 

RAIN : The Rain Will Heal The Pain [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang