Bab 18

34 15 35
                                    

Sudah tiga tahun berlalu, tapi rasanya seperti sama di hari itu. Malam ini, mereka diberi kesempatan, seolah mengulang waktu, mungkin untuk memilih akhir yang lebih baik. 

Mengingat Nicholas adalah sebuah luka yang menciptakan dendam, tersulut menyala di mata-mata mereka yang menatap dengan tajam, menunggu saat yang tepat untuk menyerang. Di depan sana, Balthazar sedang mengerahkan kekuatan terbesarnya untuk keluar.

‘Itu terlihat mengerikan. Bagaimana jika … aku tak mampu? Itu kah yang membunuh Nick? Tidak. Aku pasti akan membunuhmu, sialan!’ Kemarahannya, suara hatinya, sampai nampak jelas pada raut wajahnya yang begitu sengit. Luke ragu dengan kemampuannya, tapi mengingat Nicholas, mimpi buruk itu berhasil menggertak keberaniannya.

Malam terasa begitu panjang, ternyata misi singkat ini di luar dugaan. Ketika mereka diutus beberapa saat yang lalu, mereka tak pernah menyangka Balthazar yang akan menghadang pemimpin Phillips di perjalanan. Tetapi, ini akan menjadi kesempatan yang bagus, bukan? Tiga tahun sejak hari itu, mereka hanya mengejar hantu dalam angin. Malam ini, mungkin sudah tiba saatnya. Membayar atas dendam mereka, atas pengorbanan Nick yang disebabkan olehnya.

Peter menyulut pedangnya dengan api. Aiden menciptakan perisainya, ia selalu bertarung dengan itu. Sementara Luke sudah melingkarkan rantai api di tangan kirinya, yang terikat dengan gagang pedang yang ia genggam di tangan kanan. Ketika Balthazar meraung marah, mereka menerjang serentak. Dua pedang Peter dan Luke ditangkisnya dengan tongkat, sementara Aiden langsung diserang balik dengan bola api, yang menghalanginya dari menyerang, bertameng mati-matian.

Namun, ketika Luke mengecohnya dengan serangan api besar yang cukup merepotkan, serta merta Aiden menghajar wajahnya dengan perisai, terbanting kasar, membuat hidung Balthazar mengucurkan darah. Serangan pertama yang berhasil menghajar wajahnya. Lantas, disusul Peter yang berkelebat mengayunkan pedang, tepat ke lehernya. ‘Die!’ Kebengisan tergambar di wajah Peter saat ia menerjang. Namun, serangan itu membuat Balthazar menyeringai, dan Peter terbelalak. Dentingan pedangnya nyaring saat menghantam, seperti memukul selapis baja, itu karena Balthazar menggunakan pelindung dari besi di lehernya. Maka, sebuah tinju mendarat di wajah Peter, membuatnya terhuyung, dan mundur ke belakang mengambil jarak. Balthazar tertawa, “Kau sudah berpikir kau akan berhasil membunuhku, kan?” Kekehannya bangga mengejek. 

Penyihir tua itu benar-benar hantu perang, sudah separuh babak pun ia tetap tak terangah-engah, sementara para prajurit Raven sudah terluka beberapa kali, mundur mengambil jarak, dan menyiasati ulang strategi, bergantian menyerang untuk menghemat kekuatan.  

Tiba-tiba, Luke mendapat sebuah strategi, ia mengisyaratkan pada Aiden dan Peter untuk mendukungnya. Ketika Balthazar tengah menyiapkan kuda-kudanya, Luke menciptakan lingkaran sigil biru, mengambang besar di hadapannya. Dengan kedua tangan ia mengerahkan seluruh kekuatan, maka terciptalah rantai-rantai api biru, melesat keluar dari sigil Luke, menyerang, menghujam Balthazar serentak. 

Ketika Balthazar menciptakan pelindung, serta merta pelindung itu hancur, tak mampu menahan hujan rantai api Luke. 

Aiden dan Peter menciptakan dinding api, mengunci Balthazar dari arah yang berlawanan. Balthazar tak mengeluarkan perlawanan lain, ia tertangkap, berhasil dililit penuh oleh rantai api Luke, membuatnya sulit bergerak. Sekali, ia mencoba meledakkan ikatan rantai itu dengan apinya, namun ia gagal. Rantai api itu berkali-kali lipat kerasnya dari yang sebelumnya pernah ia patahkan.

Kesempatan itu tak disia-siakan. Luke segera mengerahkan seluruh kekuatannya, menyalurkan api biru yang besar melalu rantainya, ia juga mengalirkan dendamnya bersama api itu, untuk membakar Balthazar dengannya. Ketika api biru itu serta merta menjalar di tubuhnya melalui rantai-rantai yang melilit, suara tuanya yang serak meneriakkan kesakitan, menggeliat tersiksa. Tetapi itu bagus. Aiden dan Peter tak ketinggalan, mereka turut menyalakan kobaran api biru itu, tentu saja dengan sepenuh hati menghendaki, kematian Balthazar melaluinya.

Stone Of Prime (Versi 0.2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang