Bab 3

51 19 35
                                    

Dalam rapat, juru bicara tim elit mengajukan usulan agar mengerahkan semua regu untuk fokus menyelidiki. Karena tim elit merupakan prajurit penting yang sering ditugaskan antar kota, dengan usulan itu, Phillips pun menyetujui agar semua tim elit berfokus di dalam kota. Lalu berdirilah Peter salah seorang pemimpin regu tim elit, ia meminta izin pada komandan Eric untuk kembali menugaskan Jacob bersama mereka. Komandan Eric pun menyetujui.

Setelah rapat, Jacob berpisah dengan Aaron, Charles, dan Ryan. Sebelum pergi, Jacob berjanji, "Aku akan menemukannya. Demi Ivan, aku bersumpah akan menemukannya." suaranya begitu dalam, teman-temannya pun hanya terdiam masih merasa terpukul. Ivan masih bersama mereka tadi malam, dan tak pernah menyangka ia akan tewas di pagi hari.

"Jacob," suara Aaron agak bergetar ketika memanggilnya, lalu kala Jacob berpaling ke belakang menghadapnya, ia menegaskan, "don't die."

"I will." jawab Jacob mantap, lalu melengang pergi.

Sore hari, Jacob telah bergabung kembali dengan tim elitnya. Satu regu dengan empat orang bermantel seragam prajurit, dan mengenakan topi yang serupa. Mereka berjalan menyusuri trotoar kota. Langit sorenya indah dihiasi kemilau senja. Peter berkata, "Kita akan mulai dari tempat terakhir korban ditemukan. Tapi ini sudah sore, bagaimana jika kita melakukannya nanti malam?"

Seorang Luke menjawab, "malam pasti gelap. Mungkin kita akan kesulitan melihat sesuatu yang tersembunyi, akan lebih mudah esok pagi."

"Luke benar." Aiden, seorang prajurit berkumis itu mengutarakan pendapatnya, "tapi, mungkin lebih cepat bisa lebih baik. Mungkin saja, kita masih bisa melacak sisa-sisa jejak pelaku."

"Baiklah, aku memilih malam karena itu akan lebih menggambarkan kejadiannya." jelas Peter, "juga mungkin saja, kita bisa menangkapnya basah dalam aksinya. Bagaimana denganmu, Jacob?-" tanya Peter pada Jacob yang sedari tadi diam.

"Itu tak akan terjadi." sergah Jacob. "Kemarin malam, aku berandai-andai seperti itu. Tetapi semua malah berubah terbalik…" suara Jacob melirih saat bicara terkait Ivan yang terbunuh dengan tragis.

Sepertinya Peter paham apa yang dirasa Jacob, sebagai teman lama ia hendak mencoba menenangkannya. Peter berhenti berjalan lalu memegang pundaknya. "Jacob," panggil Peter.

Jacob pun paham akan Peter, lalu ia berkata, "tidak. Aku tidak sedih, Peter. Kita telah menyaksikan banyak saudara-saudara kita terbunuh dan gugur dalam pertempuran." Ekspresi Jacob hampa saat melanjutkan, "hanya saja," ia berhenti sejenak lalu mengatupkan kedua rahangnya, "aku tidak akan membiarkan ini terulang kembali." Suaranya dalam dan bergetar karena marah.

"Tidak. Kita, tidak akan." tegas Peter mendukung Jacob.

***

Malam hari, Jacob duduk di meja kamarnya, kala itu ia menginap di rumah bibinya. Meski malam semakin larut, wajahnya masih begitu serius menuliskan entah apa di atas kertas-kertas, bolak-balik dari satu lembar ke lembar yang lain. Bahkan sore tadi ia tidak sempat membersihkan diri, apalagi mengganti seragamnya, namun rambut panjangnya masih terikat rapi.

Ketika seseorang mengetuk jendela kamarnya, Jacob tidak menyahut, rupanya ia tertidur bertumpu dengan lengannya di atas meja. Saat ketukan berubah menjadi satu gebrakan keras, Jacob terbangun. Ketika gebrakan diulang, ia pun berdiri dan membuka jendela.

Temannya Luke ternyata menunggu di balik jendela. "Apa-apaan itu, kau tidur?!"

Rambut depan Jacob kusut, lalu ia berbisik menggertak Luke. "Jangan berisik! Kau pikir aku di mana?!" Mengingat itu rumah bibinya, Jacob khawatir bibinya terbangun mendengar itu semua. Baik gebrakan di jendela, maupun Luke yang bicara seenaknya.

Stone Of Prime (Versi 0.2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang