honey moon?

5K 446 139
                                    

Hari sudah pagi . . .

Sakit-sakit di kaki akibat kutukan yang mengikutiku sudah hilang diobati. Siapa lagi yang mengobati kalau bukan suamiku?

Aku memeriksa ponsel genggam. Entah mengapa, aku merasa sedikit kesepian. Padahal sudah biasa, ditinggal bekerja seperti ini.

Tapi untuk hari ini ada yang berbeda. Nanami berangkat lebih pagi daripada biasanya. Padahal semalam, barusan tidur bersama, untuk yang pertama kalinya.

Pesan baru : Om Nanami Mesum

Maaf, tidak berpamitan. Aku meninggalkan sarapanmu di meja makan. Atau jika ingin yang lain, telepon saja. Aku akan bawakan.

A-apa maksudnya?!

Bukankah ia bekerja, kenapa mau saja kalau aku suruh pulang membawa makanan.

Aku turun menuruni anak tangga. Membuka tudung saji untuk mengetahui makanan apa yang ia buat untukku.

Oh nasi goreng.

Aku duduk di kursi, mengambil sendok untuk memakannya. Sudah dingin, tapi bukan masalah besar. Aku menghargai masakannya. Lagipula, ini salahku. Siapa suruh anak perempuan bangun siang-siang?

Suara ketikan di ponselku berbunyi, ketika aku mengetik satu persatu abjad untuk membalas pesan Nanami.

Pesan terkirim : Kepada Om Nanami Mesum

Ya.

Seperti biasa, aku cuek dan jual mahal.

Dentingan sendok yang berbenturan dengan piring kian terdengar. Aku melahap nasi goreng buatan Nanami sembari menatap pesan berbalas kami.

KLING ! ! !

Pesan baru : Om Nanami Mesum

Sudah bangun? Aku akan pulang lima belas menit lagi. Mandi dan ganti baju yang biasa saja, kita kehabisan sabun dan yang lainnya. Tolong kerjasamanya.

Aku mendengus kasar, harus sekali hari ini, ya? Mungkin tidak apa-apa, sekalian berjalan-jalan karena akhir-akhir ini aku hanya berdiam saja di rumah.

Aku sudah siap. Mengenakan celana jeans dan kaos biasa, aku memang tak suka dengan pakaian yang banyak gaya. Tanpa disuruh Nanami pun, aku juga akan berpakaian seadanya.

Tak perlu berdandan, cukup bedak untuk menyamarkan wajah kusamku dan pelembab bibir yang juga jarang kugunakan.

Lagipula bagaimanapun itu, aku masih seumuran anak SMA, kan. Kata ibu, jangan berlebihan dalam berpenampilan.

Aku masuk ke dalam mobilnya, lalu pergi berangkat ke toko tempat kita akan memerankan peran sebagai pasutri.

🌹

Sesaat di mall . . .

"Lalu, apalagi?" Tanya Nanami sembari melihat-lihat sabun dan shampo yang berjajar rapi.

"Um, sudah."

"Kemarikan kereta belanjanya."

"Mau apa?"

"Biar kamu yang pilih dan aku yang bawa."

Mulutku yang tadinya mau curiga seketika terdiam. Kukira minta apa, ternyata suamiku hanya ingin membantuku.

MY 9 TO 9 HUSBAND || NANAMI KENTO'S WIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang