Serbuan sinar mentari menyuar pada tubuhmu yang hampir sejam lamanya berdiri di tengah-tengah hari yang panas.
Kamu tak yakin, radiasi matahari tidak memberikan dampak yang buruk bagi kulitmu saat ini. Mungkin saja, ada beberapa bagian tubuhmu yang kulitnya sedikit terbakar, atau bahkan kemerah-merahan, gosong ataupun bruntusan.
Hanya saja kamu tak sempat untuk menelitinya, sebab banyak pekerjaan rumah yang harus kamu selesaikan.
Beberapa bulan terakhir ini, menuju hampir genap setahun, kamu sudah menjadi istri sah dari Nanami Kento.
Kamu sudah bukan lagi anak kecil yang merengek meminta-minta uang jajan untuk bersenang-senang, main bersama temanmu.
Kamu sudah bersuami, tanggung jawabmu lebih berat dibandingkan sebelumnya. Kamu harus menguatkan pundakmu untuk menopang semua beban yang harus dipikul pada setiap wanita yang sudah berumah tangga.
Hari ini, seperti biasanya. Kamu bangun saat terbit fajar. Pagi sekali, kira-kira pukul empat sampai setengah lima pagi.
Kamu bangun karena rasa mual yang menggerogoti perutmu.
Berterimakasihlah pada bayi yang ada di perutmu, sebab dia diam-diam menjelma menjadi alarm yang dijamin ampuh membangunkanmu untuk mengawali hari lebih pagi.
Kemudian setelah ke kamar mandi, mencuci wajah, dan menggosok gigi. Kamu kembali ke kamar, memakai pakaian dalam yang semalam kamu lepas. Mengikat rambut, lalu bersiap untuk bertempur.
Jangan lupa memberi ciuman selamat pagi pada suamimu, kalau tidak, ia akan menagihnya dengan wajah masam dan tangan melingkar di pinggangmu.
Kamu turun ke dapur untuk mencuci beras, lalu bergegas menanak nasi. Kemudian dilanjut dengan memasak lauk pauk untuk sehari ini. Sayur? Daging? Terserah, Nanami bukanlah tipe suami yang penuntut soal makanan.
Memasak kira-kira membutuhkan waktu satu jam, atau bahkan lebih. Apalagi jika menunya daging atau apalah, yang ribet-ribet. Kamu harus menyelesaikan semua menu makanannya semepet-mepetnya sampai pukul enam.
Urusan makanan selesai.
Tapi kamu belum lagi harus merebus air panas untuk minum-minum teh bersama Nanami, atau bahkan jika nanti dia minta mandi memakai air hangat, kamu juga harus menyiapkan air panas di termos.
Di sela-sela menunggu, kamu mengetahui lantai rumahmu yang berdebu. Kamu tidak harus diam saja kan? Dilihati saja pun tidak akan membuat lantai rumahmu menjadi bersih.
Kamu mengambil sapu, dan membersihkan rumah. Dari lantai satu sampai ke atas naik ke lantai dua. Menyusuri kamar-kamar, bilik-bilik yang juga kotor, dapur, garasi, kamar . . . banyak ruangan yang harus dibersihkan dan dibereskan.
Selang lima belas menit, teko berbunyi, tanda air panas sudah siap untuk dipakai atau bahkan dimasukkan termos. Kamu meletakkan sapu, lalu menuangkan air ke termos.
Umm... jika menyapunya sudah selesai, kamu bisa melanjutkan aktivitas yang lain, kalau belum, ya selesaikan sampai kelar.
Jam enam kurang seperempat. Kamu naik ke atas memastikan suamimu sudah bangun.
Untuk hari ini, Nanami dengan begitu menyebalkannya masih belum bangun! Kamu masih harus membangunkannya, meneriaki telinganya, menggoyang-goyangkan badan kekarnya sampai ia benar-benar terbangun dengan sepenuh nyawanya.
Belum lagi jika Nanami aneh-aneh minta dicium atau dimanja sebelum berangkat mandi.
Tubuhmu akan dipaksa masuk ke pelukannya bersama selimut, lalu tidak diperbolehkan kemana-mana untuk beberapa saat.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY 9 TO 9 HUSBAND || NANAMI KENTO'S WIFE
Romance[BAGAIMANA JADINYA SAAT DIPAKSA MENIKAH DENGAN NANAMI KENTO, SEORANG PRIA YANG SUPER SIBUK DAN GILA KERJA?] . . . Ini tentang kamu yang belum mengerti arti sesungguhnya kehidupan rumah tangga, dan ia dengan pribadi dingin dan cinta dewasanya. . . ...