Acara ulang tahun perusahaan telah berakhir.
Di tutup dengan suara sorakan dan gemuruh tepuk tangan yang memenuhi aula tatkala satu pasangan MC undur diri menuju balik tirai.
Seorang pria berjas hitam yang tampil begitu berwibawa dengan setelan jasnya, segera meletakkan mic ke sembarang tempat lalu pergi meninggalkan balik panggung dengan langkah terburu-buru.
"Pak Nanami."
Nanami mendengus kasar. Harus berapa kali yang dipanggil meladeni suara lembut yang menyebut namanya. Ia memutar badan, menatap wanita cantik berdress merah yang mengajaknya bicara.
"Bapak terlihat buru-buru, bahkan belum minum teh bersama kami."
"Tidak perlu, aku harus pergi sekarang."
"Saya sudah siapkan satu untuk anda." Sebuah cangkir teh terulur dari tangan wanita itu kepada Nanami.
"Azumi." Pria itu menajamkan nada suaranya. "Istriku sudah dua jam menunggu di luar, aku tidak bisa membiarkannya disana lama-lama. . ."
"Pak-"
"Aku mohon, jangan semakin mempersulit. Aku harus pulang, tolong pamitkan kepada Direktur dan yang lain."
Lain hal yang diharapkan.
Wanita bernama Azumi tetap kekeh menahannya pulang. "Pak Nanami hanya akan menemui istrinya, kan? Tapi bapak bisa ajak dia untuk bergabung minum bersama. Karena saya juga harus menjelaskannya dan minta maaf pasal tadi."
Nada bicara Azumi semakin serius melawannya.
"Tidak bisa." Saut Nanami ketus. "Meskipun dia mau kuajak bergabung, tapi aku akan melarangnya."
"Kenapa? Bapak melarangnya sedangkan saya hanya ingin minta maaf?! Saya harus bertemu dengan istri anda, ini semua tidak akan terjadi jika saya tidak keterlaluan padanya."
Nanami menghela nafasnya, memfokuskan matanya pada Azumi yang bersikeras.
"Ternyata, kamu juga tahu tentang hal itu?" Ujar Nanami pedas. "Kamu menggunakan kesempatan mengajakku berdansa di hadapan Direktur, agar (y/n) membeku di hadapannya?"
"Ya, itu memang maksud saya." Azumi terkekeh puas. (y/n) yang masih bocah, bodoh, dan tak tahu apa-apa, hanya akan diam dan menurut menyaksikan suaminya bersenang-senang dengan wanita lain. Salahkah saya, jika hanya ingin sekedar berdansa dengan anda?"
"Tidak, jika kau tak melukainya." Balas Nanami. "Meskipun tidak melukainya pun aku juga tidak mau berdansa denganmu."
Azumi mengangguk. Sekilas, mata indahnya berkaca-kaca mendengar kalimat Nanami yang begitu jahat di telinganya. "Ha, begitu. Pak Nanami melakukannya hanya untuk anak kecil seperti dia?"
"Ya."
Setetes air mata merobohkan dinding pertahanan Azumi. Tubuhnya bergemetar, tapi bibirnya masih mencoba untuk tetap tertawa.
Ia fikir semua lelaki akan takluk pada kecantikan dan kecerdasannya.
Tapi, pria ini lain. Nanami justru malah merelakan kesenangan yang tak semua pria bisa dapatkan hanya untuk perempuan yang tak seberapa.
"Begini, Azumi. Aku tidak mengatakan bahwa kau yang bersalah. Tapi, jika kau berfikir begitu, kita satu pendapat."
"Ya, saya berfikir seperti itu. Maka dari itu, izinkan saya membantu-"
"Tidak perlu, kamu sudah banyak bekerja untukku. Kita hanya sebatas rekan kerja, jangan juga kau membantu dalam urusan rumah tanggaku."
Azumi membeku dengan segelas teh yang sudah ia siapkan untuk pria yang tampaknya tak bisa berlama-lama lagi dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY 9 TO 9 HUSBAND || NANAMI KENTO'S WIFE
Romansa[BAGAIMANA JADINYA SAAT DIPAKSA MENIKAH DENGAN NANAMI KENTO, SEORANG PRIA YANG SUPER SIBUK DAN GILA KERJA?] . . . Ini tentang kamu yang belum mengerti arti sesungguhnya kehidupan rumah tangga, dan ia dengan pribadi dingin dan cinta dewasanya. . . ...