bagaimana bisa aku mencintai yang lain jika cintaku saja sudah habis denganmu?
-Alegori duduk sendirian di kursi koridor yang masih sepi karena jam masih menunjukkan pukul 06.05, sedangkan anak-anak yang lain selalu datang tepat sebelum lima menit bel masuk berbunyi. Dia terdiam, mengingat pembicaraannya dengan Marka kemarin sore. Belum lagi deretan chatting yang di kirim oleh Darrel padanya, Alegori malas untuk sekedar membuka ponselnya.
Jika saat itu dia menolak untuk bertemu dengan murid pindahan itu, mungkin semua ini enggak akan pernah terjadi. Kalau saja saat itu Alegori dan Marka enggak menawarkan diri untuk membantu Darrel mengenal lingkungan sekolah, mungkin semuanya akan tetap baik-baik saja.
Sebuah hembusan napas kasar keluar dari bilah bibirnya. Alegori meremat jari jemarinya di bawah sana. Menatap kosong ke arah sepatu kets putih yang di pakai anak itu.
"Hadiah buat gue mana?" Suara berat namun berkesan ramah itu menginterupsi. Alegori mendongakkan wajahnya dan langsung bertemu tatap dengan pemilik obsidian gelap milik laki-laki yang lebih tinggi dari nya itu.
"Eh.. oh!" Meskipun perlu waktu untuk mencerna ucapan Semesta, akhirnya Alegori mengerti. Dia mengeluarkan jaket milik Semesta yang sudah di cuci bersih olehnya, juga sebuah gelang hitam dengan bulatan silver kustom yang Alegori beri pahatan nama Semesta disana. Dia juga enggak lupa memberikan susu coklat untuk kepada Semesta.
Lelaki yang duduk di sampingnya itu mengerutkan kening. "Susu coklat?" Tanyanya bingung.
Alegori mengangguk, menatap Semesta yang duduk di sampingnya dengan penuh binar di mata hazel coklat lelaki manis itu. "Iya. Minum itu supaya hari Lo makin semangat."
Semesta mengangkat bahunya acuh, dia langsung memakai jaket kebanggaan nya yang baru saja di kembalikan oleh Alegori. Menyimpan gelang pemberian nya di dalam saku, kemudian meminum susu kotak yang berada di tangannya. "Emang ngaruh?"
"Hehe enggak tau sih, tapi orang lain bilang kalau minum susu coklat, atau makan coklat bisa naikin mood." Ia berceloteh mengenai pengetahuan yang ia buat sendiri.
"Kalau gitu Lo yang lebih butuh susu coklatnya di banding gue." Sahutnya.
"Gue juga punya kok." Alegori mengambil sesuatu lagi dari dalam tas nya, sebuah permen kaki warna biru. "Taraaaa."
"Dih bocil Lo, masih pagi udah makan permen." Ia berdecak halus, Alegori enggak memperdulikan ucapan Semesta. Dia langsung memasukkan permen kaki itu kedalam mulutnya.
Tatapannya kembali berubah sendu ketika melihat kedatangan Marka yang tengah bergandengan tangan dengan Darrel dari arah parkiran.
Mereka datang bareng lagi ya?
Ia tersenyum kecut. Tak luput dari pandangan Semesta yang sekarang juga memperhatikan dua orang yang berada beberapa meter dari mereka. "Lo suka Marka?"
"Hem??" Alegori mengerjapkan matanya beberapa kali, kemudian di susul dengan gelengan kepalanya pelan. "Enggak." Jawabnya kian memelan.
Semesta terkekeh pelan, menyandarkan kepalanya di bahu Alegori, anak itu tersentak dengan mata yang membulat sempurna. "Ta.."
"Diem, gue capek." Keluh Semesta sembari memejamkan matanya.
Pandangan Alegori kini beralih menatap Marka yang sudah berada di hadapan mereka. Lelaki pemilik alis camar itu menatapnya dengan tajam.
"Ta..." Panggil Alegori sekali lagi. Semesta membuka kelopak matanya, ia nampak tenang ketika berhadapan dengan Marka yang kini tengah memandangnya dengan sengit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alegori ; Haechan, Mark, Jeno.
Teen Fiction"Ka, aku takut sendirian, Kaka bisa kesini?" "Sorry gue lagi di rumah Darrel sekarang." "Kak sakit..." - "Mau Lo apa sekarang?" "Sekali aja Lo ngertiin gue, bisa enggak? Enggak kan? Percuma Lo nanya mau gue apa ribuan kalipun jawabannya tetep sama...