00.04

2.5K 242 12
                                    

terkadang, cara termudah untuk menghadapi kesedihan adalah dengan mengubahnya menjadi amarah.

-

Alegori baru beberapa menit terbangun dari dalam tidurnya, dan entah kenapa seolah 'kebetulan' itu membenci nya. Pemandangan pertama yang ia lihat, ketika hendak memasuki kelas adalah Marka yang saling berpegangan dengan Darrel.

Keduanya berdiri di hadapan Alegori yang membatu, memperhatikan ke arah genggaman keduanya yang seolah tak mau di pisahkan. Menyadari kemana arah pandang Alegori berasal, Marka segera melepaskan tautan tangannya pada tangan Darrel.

"Al."

Alegori masih diam tak menjawab.

"Ale—"

Detik itu juga sebuah raut wajah kecewa di tunjukan olehnya, melewati keduanya begitu saja tanpa mengatakan sepatah katapun lagi. Kedua matanya memanas, sudah tergenang oleh cairan bening yang entah kenapa tiba-tiba berada disana.

"Alegori kenapa? Kok dia pucat banget?" Tanya Darrel.

"Nggak tau, aku ijin nyusul dia bentar." Kata Marka, tanpa persetujuan Darrel, dia langsung bergegas menyusul kemana Alegori pergi, ternyata anak itu sudah berada di atap sekolah sambil memeluk kedua lututnya lesu.

Dapat Marka lihat, kedua bahu anak itu yang bergetar pelan, juga cengkraman kuat pada peluk lututnya.

"Al.."

"Ngapain kesini?!"

"Enggak cukup Lo ekspost tentang hubungan Lo di sosmed? Masih mending gue nggak ngeliat langsung, tapi pliss lah Ka. Mikir! Gue masih pacar Lo anjing!" Tangis Alegori pecah, melihat Marka yang kini menunduk di depannya.

"Maaf..."

"Simpan maaf Lo. Enggak berguna." Tandas nya. "Kemana Lo semalem? Main sama dia? Makan di restoran tanpa ada ngasih kabar ke gue?" Mata nya berapi-api.

Alegori bangkit dari duduknya, menunjuk tepat ke dada Marka. "Punya hati nggak sih Lo, Ka? Gue sakit, gue cemburu, gue nggak bisa terus-terusan sembunyi kayak gini, gue capek!" Bentaknya.

Marka menarik tubuh itu kedalam dekapannya. Dia menggeleng pelan, mengeratkan pelukannya ketika Alegori memberontak. "LEPAS!"

"Enggak."

"Lepasin gue njing!"

"Gue emang jalan sama Darrel, gue jujur."

Alegori mendorong tubuh Marka kuat, membuat pelukan tanpa balasan itu terlepas begitu saja. Mata Alegori sudah sembab, juga hidung yang memerah. "Lo suka sama Darrel?"

"Jawab."

"Gue nggak mau jawaban gue bikin Lo sakit hati." Ujar Marka, menatap nya lekat.

Membuat Alegori tertawa sarkas sambil bertepuk tangan mengapresiasi ke tolol an yang Marko perbuat. "Jawab."

"Iya."

"Brengsek!" Alegori memukul tubuh itu berkali-kali, Marka diam tak membalas sedikitpun, atau sekedar menahannya. Dia membiarkan Alegori meluapkan semua amarahnya. "Lucu... LO LUCU! KALIAN LUCU!"

Alegori ; Haechan, Mark, Jeno.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang