00.08

2.2K 206 7
                                    

perlahan-lahan luka kita akan memudar. kau menemukan seseorang yang bisa memapahmu keluar dari kesedihan, sementara aku masih asyik berkencan dengan kesendirian.

-

"Ngapain?" Alegori menatap dingin lelaki yang lebih tinggi darinya itu. Sementara Semesta malah menyodorkan sepotong es kiko beku rasa melon kepada Alegori.

"Kiko enak tau." Katanya.

"Taaa!" Ia mendengus kesal.

Semesta meraih salah satu tangannya kemudian memberikan potongan kiko itu ke tangan Alegori. "Makan." Ujar Semesta, lelaki itu juga tengah memakan potongan kiko yang satunya.

Keduanya duduk bersebelahan di depan teras rumah Alegori. Pesan yang di kirim Darrel dan Marka kembali terlintas di pikirannya, mau tak mau Alegori menahan kekesalannya sembari memakan kiko pemberian Semesta. Pipi nya mengembang kecil, hal itu tak luput dari perhatian Semesta.

Angin malam menyapa dingin kedua orang yang tengah duduk di teras rumah, tidak ada percakapan sedari tadi sebelum Semesta memutuskan untuk bangkit dari duduknya, kedua tangannya dibiarkan masuk kedalam saku. "Ambil jaket Lo." Titahnya.

Alegori mendongak sambil menggigit bungkus kiko yang masih di gigitnya padahal sudah habis sejak tadi. Kedua alisnya bertemu samar, ekspresi penuh tanda tanya.

"Kita jalan."

"Kemana?"

"Ikut aja."

"Awas Lo nyulik gue!" Sentak pemuda Tan itu sambil ikut berdiri.

Semesta tergelak sambil menutupi mulutnya, menatap mesum ke arah Alegori dari ujung kakinya sampai ujung kepala.

"A-apa??" Keningnya mengernyit bingung.

"Nggak tertarik sih, udah sana ambil jaketnya." Ia mendorong pelan bahu Alegori, membuat yang lebih pendek berbalik masuk ke rumahnya untuk mengambil jaket.

Di liriknnya ke arah jam dinding yang menempel di tembok ruang tengah, Alegori juga dapat memastikan kalau Joan sudah tidur atau paling tidak menghamburkan uang-uang nya di luar.

"Mau kemana sih malem-malem gini?" Decakkan halus keluar dari mulut Alegori.

Semesta yang sejak tadi menunggu, kemudian mengulurkan tangannya untuk mengusak rambut coklat yang lebih pendek. "Cari makan, katanya makan bubur ayam malem-malem gini enak. Mau?"

Anak itu menunduk menyentuh menatap perutnya sebentar, lalu beralih menatap Semesta yang berdiri di depannya. "Tadi gue udah makan." Katanya, bohong.

"Emang gue pernah nanya Lo udah makan apa belum?"

"Belum?"

"Nah kalo belum, makan bubur bareng gue." Finalnya.

"Hah???" Alegori mengerjap beberapa kali, maksud dia bukan itu! Semesta pasti salah paham.

Semesta menuntun Alegori untuk pergi mengikutinya. Lokasi tukang bubur ayam memang tidak terlalu jauh, jadi mereka memutuskan untuk jalan kaki saja, sembari menikmati pemandangan malam katanya.

Wajah anak itu mendongak melihat langit temaram tanpa bintang dan bulan, lalu beralih melihat tangannya yang masih berada dalam genggaman Semesta.

Entah, dia hanya sedikit Dejavu dengan pemandangan di depannya. Seperti yang dulu suka ia lakukan bersama Marka. Bergandengan tangan di bawah sinar rembulan, atau pergi mengelilingi jalanan sekitar dengan motor ninja kebanggaan nya.

Alegori ; Haechan, Mark, Jeno.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang