00.22

1K 99 2
                                    

kamu bukan tidak baik, hanya saja kamu baik di waktu yang tepat.

-

"Langit, kamu mengingatkan ibu pada anak egois itu, namanya Semesta."

Untuk sesaat detak jantungnya terasa berhenti, napasnya tercekat dengan rasa sesak yang menjalar di area dada. "A-apa yang di ingat ibu tentang nya?"

Arum menatap langit sore di tempat itu, tempat yang jauh dari hiruk pikuk kebisingan kota karena lokasi tempatnya di rawat memang jauh dari Ibu kota. Wanita cantik itu tersenyum dengan bulir air mata yang menetes membasahi pipi tirus nya. "Di anakku, anak egois yang aku lahirkan. Dia seperti Ayah nya, rela melakukan apapun demi tujuan mereka." katanya.

"Demi mencapai sesuatu, mereka berdua sama sekali tidak memperdulikan hubungan apapun yang mereka punya. Bahkan saat melihat Ibu nya dianiaya, dia hanya diam seperti patung. Aku menyesal melahirkannya." Arum melanjutkan perkataannya, membuat Semesta menggelengkan kepalanya.

"Bu, itu semua tidak benar."

Semesta menyusut sudut mata Arum yang berair. "Esta.. kamu Semesta?!"

"I-ibu—"

"KAMU SEMESTA KAN?! PERGI SIALAN! PERGI!" Arum mendorong Semesta hingga tersungkur, para perawat yang berada di sekitar sana langsung datang menghampiri mereka.

"Bu Esta nggak jahat."

"KAU ANAK PENJAHAT ITU! PERGI! JANGAN MENEMUIKU LAGI! ARRRGHHH!" ia memekik sambil melempar batu ke arah Semesta yang berhasil membuat kepalanya terluka.

Perawat yang baru saja tiba langsung menenangkan Arum dan membawanya pergi dari sana, sementara Semesta mendapat penanganan langsung oleh perawat yang lain. "Sabar ya kak, Bu Arum pasti akan lekas sembuh." katanya.

Semesta tersenyum dipaksakan. "Iya, semoga."

-

Dimana letak kesalahan ku?

Hanya kalimat itu yang bisa Semesta lontarkan didalam keheningan malam ber udara dingin itu. Laki-laki pemilik hidung tinggi dengan tahi lalat di bawah mata itu terlihat tengah bertekuk lutut di lantai yang dingin tanpa alas. Lampu kamar ia biarkan mati sejak dirinya masuk kedalam kamar.

Mengabaikan suara panggilan Mama tiri yang bahkan Semesta pun tak akan pernah sudi menyebutnya dengan panggilan 'Mama'. Ibu baginya itu satu, Ibu yang paling di harapkan kehadiran nya oleh Semesta hanya satu, Arum.

Kepalanya mendongak menatap langit-langit kamar berwarna abu muda itu, membayangkan masa lalu ketika Arum menyuapi nya dengan penuh kasih sayang, meraih tangan Semesta ketika dirinya melakukan kesalahan yang membuat Reno marah.

"Esta rindu Ibu..." gumaman yang entah sudah berulang kali di ucapkan nya.

Drrrtttt...

Notifikasi halus masuk ke ponsel yang sejak tadi tergelatak di samping tubuhnya. Semesta meraih benda pipih itu, membaca pesan singkat dari Alegori yang membuat Semesta mampu menghela napas lega.

____________

Alegori :
Esta!
Esta!
Esta!
Laper kgk? Gue abis masak nasi goreng tapi gosong, tapi enak kok. Mana bnyk gue masaknya, mau join kgk? Si Aris bilang ga level sama masakan gw T-T

Semesta :
15 menit

Alegori :
SIAP BOS!

Alegori ; Haechan, Mark, Jeno.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang