1.

64K 734 11
                                    

Sinar matahari menelusup masuk menembus gorden . Sudah pukul enam pagi, suara ayam berkokok pun sudah mulai menghilang,tak terdengar lagi tapi Ningrum masih bergelung dalam selimutnya.
Bukan karena malas atau lelah,tapi gadis itu sudah tak ada semangat lagi untuk bangun . Dunianya rasanya seolah runtuh karena permintaan orang tuanya semalam.

Masih jelas dalam ingatannya bagaimana semalam bapak meminta Ningrum menyetujui rencana pernikahannya dengan lelaki yang tidak ia sukai.

Bagaimana ia bisa menyukai jika selisih umur mereka terpaut jauh.
Ningrum yang baru berusia 18 tahun dan baru saja menamatkan SMA harus menikah dengan lelaki tua ,dengan perut buncit dan gigi emas terselip di mulutnya.

Dia sudah bergidik ngeri saat mendengar sepotong pembicaraan bapak dan tamunya,dan saat lelaki tua itu mengerling nakal kepadanya. Sungguh Ningrum mau muntah rasanya.

Tepat saat tamunya pulang ,Bapak langsung memberitahukan niat kedatangan lelaki tua itu .

"Ningrum ndak mau pak, Ningrum ndak mau!!!"tolaknya tegas selesai Bapak menjelaskan maksud kedatangan pria tua tadi.

"Kalau kamu nggak mau ,kita harus bayar pake apa utang kita yang sudah menumpuk ini Rum?!!"teriak ibu tirinya yang tiba-tiba tersulut amarah akan penolakan ningrum

"Ningrum mau kuliah bu".

"Mau kuliah pake apa?bahkan utang kita selama ini juga untuk biaya sekolah SMA mu kemarin dan untuk biaya berobat bapakmu. Kamu nggak kasian sama bapakmu??"lagi ibu tirinya bersuara. Ningrum menunduk dia sempat melirik ayahnya sebentar yang ikut tertunduk juga pada kursi rotannya..

"Tapi.. Ningrum sudah punya mas Janu Bu"terisak tapi diberanikan mulutnya untuk membuka.

"Halah . Kamu pikir lelaki itu bisa mbayar utang bapakmu?" Dengan sinis ibu tiri ningrum menunjuk-nunjuk mukanya,Ningrum makin menangis mengingat Janu kekasihnya yang saat ini sedang melanjutkan kuliah di kota.

"Sudah lupakan dia!!dia nggak bakal bisa mbantu kita. Dia saja kuliah pakai uang beasiswa ,gimana mau ngebantu kita!huh! Ibu nggak mau tau pokoknya lusa kamu Nikah!"

"Tapi bu____"

"Mau kamu jadi anak durhaka?" Sekali lagi wanita tua itu berteriak dan mengancam dengan mata melotot ,Ningrum tertunduk demikian juga Bapaknya yang renta itu.
Bapaknya merasa bersalah,semua ini memang karena kesalahannya yang sakit dan tidak bisa menopang ekonomi keluarga. Sehingga utangnya menumpuk pada juragan Darsa.

"Bapak minta maaf nduk,harus membawa kamu dalam masalah seperti ini"suara rapuh dan tua itu tergugu.
Mendengar suara bapaknya yang rapuh ningrum tak kuasa menahan air matanya. Dia ikut menangis memikirkan nasib dan permintaan bapaknya.

Aku harus bagaimana?

Ningrum adalah gadis yang manis,kulit kuning langsat ,rambut tebal dan wajah ayu
Wajar kalau dia jadi kembang desa di kampung ini.
Tapi kenyataan kalau dia harus menikah dengan juragan Darsa yang sudah tua itu....
Tidak!!!dia tak bisa. Karena dia sudah punya Janu_kekasihnya yang sudah dua tahun merantau ke kota kuliah nyambi kerja di sana.

Ningrum sudah berhubungan dengan Janu dari sejak lulus SMP . Mereka beda dua tahun hingga saat kelulusan Janu dua tahun lalu lelaki itu hijrah ke Jakarta karena pengajuan beasiswanya disetujui.

Terpaksa hubungan manis mereka yang baru seumur jagung harus mengalami hubungan jarak jauh.
Meskipun sudah setahun ini Janu tidak pulang karena terkendala biaya dan kesibukan kuliah tapi lelaki itu tak pernah berhenti berkirim pesan atau pun telepon sekedar untuk mengobati rindu.
Disinilah Ningrum dalam dilema . Apakah harus memberitahu Janu atau tidak keadaannya yang memusingkan ini.
Antara takut membuat janu kecewa atau membebani lelaki itu untuk ikut tinggal ke Jakarta.

Ningrum bingung. Memegang handphone jadulnya .sambil melihat pesan WhatsApp Janu yang sudah hampir seminggu tak mengirim pesan.

Dia gemetar dia pencet gambar telepon di pojok kanan atas

Dering pertama
Dering kedua
Dering ketiga
Hingga sambungan terputus tak ada jawaban.

kenapa ndak angkat telepon aku mas janu?
Apakah ini pertanda jika aku harus menerima pernikahan ini?

Gadis itu menggumam sedih . Dia peluk guling yang ada disampingnya ,menyarukkan wajahnya kesana untuk mengelap ingus dan air mata .

Sekali lagi dia raih handphonenya yang sempat tergeletak di kasur . Dia dial kontak Janu sekali lagi.
Dering pertama ,kedua ,ketiga bertepatan dering ke empat panggilan itu dijawab.

"Ya ,rum?"

"Mas janu kemana saja. Dihubungi ndak bisa??"

"Maaf ya Rum,mas lagi sibuk kerja akhir-akhir ini,ada apa Rum?"

Kelu. Ningrum tak bisa bersuara. Kalimat yang sudah ia susun rapi sedari tadi tiba-tiba buyar. Tenggorokannya tiba-tiba tersumbat dan otaknya seketika buntu untuk berfikir . Dia harus ngomong apa?haruskah dia jujur pada janu?

"Em__ itu. Engga mas ,Ningrum hanya kangen saja" jawabnya tergagap. Gagal sudah harapannya.

"Owh. Yaudah . Udah malem sekarang tidur ya. Jangan mikir macem-macem biar enak tidurnya"

"Iya mas"

***

Ningrum mematut dirinya di depan cermin. Cantik . Ya dia cantik .
Tapi apa gunanya cantik jika harus menikahi lelaki tua bangka itu?
Kembali air matanya berlinang.
Apalagi saat mendengar iring-iringan pengantin lelaki sudah tiba dan saat dia tak sengaja melongok wajah cabul lelaki tua itu kembali membuatnya menderaikan air mata.

Bulik Warsi_adik Bapaknya sekaligus perias pengantin itu sedari tadi cuma bisa mengeluh karena riasannya kembali luntur.

"Sudah to Rum. Kamu tuh harusnya bersyukur dinikahi lelaki kaya__"

"Kenapa ndak bulik saja yang menikah sama dia" jawabnya ketus sambil mengelap ingusnya .

"We ladalah. Kamu itu lho bulik sudah punya suami kamu suruh nikah lagi. Udah kamu jangan nangis lagi ! Bulik capek mbenerinnya. "
Gadis itu bergeming.

"Kamu tenang saja. Meskipun sekarang ndak ada cinta ntar lama-lama kalo sudah biasa dikeloni juga jadi cinta"
Deg.
Ucapan Buliknya malah membuat Ningrum makin gemetar.
Membayangkan di keloni lelaki tua itu seperti yang buliknya ucapkan!!! Astaga!
Lebih baik dia mati!

"Bentar lagi ijab kabul . Nanti kalo sudah sah baru bulik anter kamu keluar . Bulik mau ngintip dulu ya" Ningrum menelan ludahnya kasar.
Tradisi di kampung ini memang seperti itu mempelai tak diperbolehkan bertemu sebelum sah menurut agama.

"Em... Bulik ,Ningrum kebelet kencing bulik"

"Halah . Gimana ini?__tapi jangan lama -lama yo "wanita itu akhirnya mengiyakan tapi tak lama dia teriak lagi saat melihat Ningrum mengambil sesuatu dari lemarinya .

"Itu kamu bawa apa?"

"Em itu bulik. Pembalut. Sekalian mau ganti takut tembus" kilahnya tergagap-gagap
Sambil menyembunyikan kantong kresek itu di belakang tubuhnya.

"Owh. Yaudah sono. Hem palang merah to ternyata, ga bisa malam pertama deh malam ini"
Kembali buliknya bersuara tapi tak ia hiraukan.

Yang ada dipikirannya saat ini cuma satu dia harus pura-pura ke kamar mandi dan pergi segera dari tempat ini.
Secepatnya!.

***

Ningrum ( Selesai )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang