3.

38.2K 698 17
                                    

Gadis itu membeku di ujung pintu bangunan mewah .
Baru pertama kalinya dia melihat rumah sebesar dan semegah ini . Bahkan rumah tetangga sekitar pun bangunannya hampir mirip semua.
Ningrum berdecak kagum. Setelah dia menyetujui untuk menjadi asisten rumah tangga di rumah dokter yabg bernama Reza itu dia langsung diantar pulang ke rumah lelaki itu.

"Kamu mau berdiri disitu terus?"

"Em maaf dok" ucapnya lalu menyusul Reza dibelakangnya.
Lelaki itu membawa Ningrum ke kamar ART. tapi menurut Ningrum kamar ini sangat bagus ,luasnya dua kali lipat dari kamarnya , ada AC nya bahkan ada kamar mandi juga didalamnya. 

Gadis itu tersenyum senang.tak lama lelaki itu memindai tubuhnya dari atas ke bawah.
Dia baru menyadari sesuatu.

"Kamu tidak bawa baju?"gadis itu menggeleng.

"Kamu kabur dari rumah kan" Ucapnya lagi  dengan Mata menyelidik "nggak ada baju yang kamu bawa sama sekali. Mencurigakan!" Dia menatap tajam gadis itu.

"Eng__enggak dok. Bajuku kemarin ilang" kilahnya

"Saya tidak suka dibohongi" lelaki itu mendudukkan diri di sofa stool di ruangan itu. Kakinya menumpu pada kaki yang lain. Sikapnya yang sinis membuat nyali ningrum jatuh

"Iya deh. Aku memang kabur dok, tapi sebulan saja. Tolong tampung aku sebulan saja disini. Kalo aku sudah dapat gaji aku keluar dari rumah ini"ucapnya dengan muka memelas sambil mengatupkan dua tangan di depan wajah.

"Kenapa sebulan?"

"Aku akan mengumpulkan uang dulu untuk menyusul Mas Janu di jakarta"

"Mas Janu?"

"Em itu__pacar aku"
jawabnya sambil tertunduk. Lelaki itu menaikkan alisnya. Lalu dia berdiri mendekat ke arah Ningrum

"Kamu sudah menikah?"
Deg.
Apa maksud lelaki itu?.  Bukannya dia barusan menginformasikan kalau Mas janu itu pacarnya?

Gadis itu melotot ke arah Reza

"Memangnya saya kelihatan seperti sudah menikah dok?"dia membalikkan pertanyaan demi mencegah kecurigaan dokter itu,tangannya sudah dingin menahan gugup. Dia tak bisa membayangkan jika dokter itu tahu tentang kehidupannya. Masih untung kalau dia memandang jijik doang,dia takut lelaki itu malah melapor pada orang tuanya. Jadi sebisa mungkin dia nggak mau menceritakan kehidupannya pada siapapun,kecuali Mas Janunya. Ya tapi nanti jika sudah ketemu di jakarta.

"Pasien saya banyak yang seumuran kamu ,sudah beranak dua bahkan nikah berkali-kali,ada yang kabur sama selingkuhannya malah"

"Owh. Itukan pasien dokter" jawabnya akhirnya dengan muka di polos-polosin

"Oke . Sudah wawancaranya sekarang kamu mulai beres-beres dan memasak. Untuk baju kamu bisa ambil baju seperlunya di lantai dua samping kamar saya" sedikit mengernyit bingung tapi Ningrum tetap memaksakan dirinya untuk mengangguk.

'maksudnya apa ya, heran. Ambil baju di lantai dua itu baju punya siapa? Apa mungkin dia dagang online?ish ndak mungkin banget kan. Terus baju siapa dong?

**
Sepeninggal Reza ,gadis itu beberes dan memasak. Kurang lebih tiga jam pekerjaannya baru selesai. Sungguh melelahkan mengurus rumah sebesar ini.

Tersadar. Dia belum mandi sedari tadi bahkan dia belum mengambil baju sesuai yang majikannya perintahkan.

Mengendap dia naik ke lantai dua. Memutar gagang pintu  lalu mendorongnya.
Deg.
Ruangan apa ini?seperti ruangan wanita..
Segala pernak-pernik warna pink ada di sana. . ..bahkan tempat tidurnya pun warna pink.
Ini ruangan milik siapa?
Tak penting menanyakan itu yang terpenting sekarang dia harus memilih baju karena badannya sudah gatal belum mandi sedari kemarin.

Segera dia bergegas ke arah lemari baju.
Matanya dimanjakan dengan gaun-gaun mahal tergantung  di sana. Ningrum bingung dia harus pakai baju yang mana?dia pembantu . Nggak mungkin  kan dia pakai dress seperti mau kondangan gini?
Setelah memilah lebih teliti dia mendapati piama lengan pendek dua stel dan kaos longgar dua stel di tumpukan bawah.
Sepertinya ini cukup.gumamnya lagi . Lalu dia mengambil under wear tiga pasang.  Selebihnya dia akan giat mencuci agar dia tidak kehabisan pakaian.

***
Gadis itu mengambil piring dan meletakkan nasi beserta lauk dan sayur di piring majikannya sesudahnya dia berdiri mematung di samping sang majikan

"Kamu bisa duduk"

"Engga dok terimakasih"jawabnya takzim

"Bisa jangan panggil dok kalau saya sedang tidak bertugas"

"Em__"mata gadis itu membulat

"Em iya tuan'"

Lelaki itu melotot

"Tuan?kamu pikir saya setua itu untuk dipanggil tuan?"

"Aden"dia mencoba satu lagi

"Saya tidak suka dengan sebutan itu"tegasnya kesal.

"Lalu siapa?"

"Kamu bisa panggil saya Mas"ucapnya tanpa ekspresi.

"Tapi ndak sopan manggil majikan Mas. Tuan kan bukan Kakak saya"

"Kamu pikir mas janumu itu juga kakak kamu????"ucapnya sinis,.  Lalu berdiri beranjak dari meja makan"terserah sekarang kamu mau panggil saya apa. Bebas!!"

"Kenapa malah jadi marah?"gumamnya lirih.

Sehabis kejadian itu Reza mengurung diri di ruang kerjanya.Makan malam yang sudah Ningrum masak pun tak tersentuh sama sekali.

Tok tok tok.
Pelan gadis itu mengetuk pintu  ruang kerja Reza. Tak ada sahutan sama sekali. Dia beranikan memutar kenop pintu lalu mendorongnya sedikit,terlihat lelaki itu sedang sibuk memperhatikan dokumen dan laptop didepannya.

"Tuan__em Mas aku bawakan susu"ucapnya sambil membawa gelas ke meja Reza lalu meletakkannya.

"Saya tidak pesan susu" jawabnya tak acuh tanpa menoleh sedikitpun.

Gadis itu bergeming. Bingung harus bagaimana menghadapi majikannya ini. Hanya gara-gara panggilan dia bisa semarah ini.

Dia melangkah lagi ke meja Reza lalu mengambil gelas itu kembali membawa nya undur ke luar ruangan. Tapi baru sampai ambang pintu lelaki itu sudah bersuara.

"Mas janumu kerja apa di jakarta?"
Kenapa harus bahas mas janu lagi?
Gadis itu menoleh lalu berbalik menghadap sang majikan.

"Di swalayan em_ mas 'tapi dia nyambi kuliah di sana"

"Owh. Trus kamu mau nyusul dia kesana setelah terima gaji dan tinggal berdua dirumahnya?" Gadis itu melirik sebentar lalu mengangguk.

"Kamu masih perawan?"
Deg.
Apa maksudnya lelaki itu menanyakan hal sevulgar itu padaku?
Iya maksudnya perawan yang itu kan?
Soalnya lelaki itu mengucapkannya sambil melirik sinis bagian bawah perutnya .

"Mak_maksudnya tuan?"tanyanya tergagap dan panggilan itu terucap lagi.

"Gadis terhormat mana yang kabur dari rumah dan menyambangi rumah seorang  lelaki ?meskipun itu kekasihnya????!"

Jleb.
Kata-kata itu pelan tapi menusuk relung hati Ningrum.
Apakah dia sedang di sindir?

Dia tidak tahu apa yang aku alami makanya dia bisa mengucapkan kata-kata menyakitkan itu.

"Aku rasa itu bukan wilayah tuan untuk bertanya. Jangan terlalu lancang! Karena tuan bukan siapa-siapa!!" jawabnya ketus  langsung beranjak  pergi .

Ningrum memejamkan mata rapat lalu memukul bibirnya.
Sungguh ia meruntuki mulut lancangnya yang sangat berani dan tidak tahu malu ini.
Dia menyesal. Dia harus bagaimana besuk pagi saat bertemu majikannya itu setelah dengan tidak sopannya dia melontarkan kata-kata itu barusan. 
Apakah mungkin dia akan di pecat?

Tapi sedikit banyak dia ada kelegaan paling tidak dia bisa meluapkan kekesalannya yang sudah menggunung. 
Dia merasa kesal karena secara tidak langsung lelaki itu menyebutnya wanita murahan.

Seenaknya saja menghakimi orang. Huh.
Sabar-sabar sabar  sebulan doang,harus sabar sampai sebulan . Karena mencari kerja itu susah Ningrum.

****

Ningrum ( Selesai )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang