"Garis dua Mba" gadis itu membawa stik kecil ditangannya dengan wajah pucat.
Siti ikutan pucat ditempatnya. Dia mengulurkan tissue untuk menghapus air mata Ningrum yang mengalir lalu membimbing Ningrum untuk duduk di bangku samping dapur rumah majikannya."Sabar Rum,tenangkan pikiran dulu. Jangan panik" nasehat yang Siti ucapkan harusnya dia tujukan untuk dirinya sendiri . Entah kenapa Siti juga ikutan panik. Mungkin karena merasa iba teman sesama pembantunya didzalimi atau mungkin karena perasaan tak rela jika dokter idolanya harus bertanggung jawab atas perbuatan bejatnya.
Entahlah.
Siti seolah tak percaya akan semua ini.
Andai gadis lain yang jadi korban Dokter Reza mungkin dia tidak akan percaya di ceritakan seperti ini. Tapi ini Ningrum temannya yang polos dan lugu.
Ahhh mau tidak mau dia harus percaya.
Tidak mungkin gadis seperti Ningrum berbohong."Aku harus gimana Mbak?"ucapnya dengan tatapan mata kosong .
" Kalau digugurkan. Eh astagfirullah. Dosa . Dosa . Dosa!!!" Siti memukuli bibirnya sendiri merasa tolol telah mengucapkan ide bodoh seperti itu.
"Jangan Mba. Aku ndak mau. Ini anakku Mbak. Jangan!!" gadis itu mendekap perutnya yang masih rata dengan air mata kembali mengalir.
"Maaf Rum. Maaf keceplosan. Em apa kita samperin Dokter Reza aja yuk kerumahnya"
"Aku takut mbak . Ada istrinya."
"Kan belum di coba Rum. Ayuk aku anterin ,mumpung hari minggu juga. Pasti majikan mu ada di rumah" Siti menarik tangan Ningrum pelan ,membujuk agar gadis itu mau menurut padanya.
"Aku takut mba___"
"Ada aku tenang saja" bujuknya menenangkan,padahal jantungnya sendiri tak kalah bergemuruh.
"Jangan mbak"
Gadis itu bimbang ,dengan alasan apa dia harus mendatangi Reza. Andai minta tanggung jawab,tapi lelaki itu sudah punya istri. Meskipun tidak mau munafik dia menaruh harap pada lelaki itu namun Ningrum tidak mau jadi benalu dalam rumah tangga orang lain. Terlebih berita mutilasi di kampung sebelah, dia takut Anya akan berbuat nekat.
Tapi bagaimana dengan nasib anaknya? Ah itu bisa Ningrum pikirkan nanti yang jadi masalah sekarang adalah tentang foto telanjangnya. Bagaimana agar dia bisa lepas dari Reza tapi foto itu juga terhapus.
Ah lepas dari Reza?
Tapi apakah dia sanggup jika harus lepas dari Reza? Ikhlaskah dia?"Kamu kenapa sih Rum? "
Gadis itu menggeleng."Eh nanti dulu aku tuh penasaran . Sebenarnya kamu suka nggak sih sama Dokter Reza?"
"Em __maksudnya Mbak??" Seketika wajah Ningrum pias dan merah.
"Suka. Antara laki-laki dan perempuan__" lanjut Siti.
" Em__ Aku__Aku___"
"Ti,mana teh rosella Saya kok belum ada dimeja?" tiba-tiba suara majikan Siti menginterupsi nyaring di telinga mereka.
Ningrum dan Siti sontak menoleh ke arah pintu dapur asal suara itu .
Majikan Siti_ibu Yayuk Widyaningrat wanita paruh baya dengan model rambut bob di sasak tinggi dengan hair spray tebal tengah berdiri di samping meja dapur."Em maaf ibu ndoro ,Siti lupa. Eh tar dulu Siti bikinin dulu " ucapnya sambil bergegas ke container dapur untuk memasak air . Karena majikannya itu cukup rewel maunya teh rosella yang dimasak langsung dalam air mendidih,tidak mau air dari termos.
Sepeninggal Siti Bu Yayuk menelengkan wajahnya pada Ningrum.
"Kamu bawa apa itu?"
Wanita paruh baya itu menunjuk benda yang tengah di pegang Ningrum.
Ningrum gelagapan lalu menggenggam testpack itu dengan erat,berniat menyembunyikannya Dia malu sekali jika harus ada orang lain yang tahu akan aibnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ningrum ( Selesai )
General FictionWarning!!!! Area 🔞🔞🔻🔻 Sudah ada tandanya ya 'guys. Tolong kesadarannya untuk tidak membaca bagi yang di bawah umur!! Kabur dari pernikahan,terpaksa Ningrum jadi Asisten Rumah Tangga di kediaman seorang dokter muda. Tapi nasib tak berpihak padan...