Janu terpaku melihat Ningrum di depannya. Dia tidak menyangka akan menemui gadis itu di sini ,di persimpangan jalan antara terminal dan pasar.
Beberapa kilo dari kampungnya.
Lelaki itu hendak menuju terminal berangkat pagi buta untuk mengejar bis tujuan jakarta setelah tiga hari dia pulang ke kampung halaman menjenguk keluarga."Kamu ngapain di sini Rum?" Tanya lelaki itu saat mereka sudah menepi di pinggir jalan . Janu menggenggam tangan Ningrum erat namun Gadis itu menepisnya pelan .
Lelaki itu menyadari sedikit perubahan Ningrum tapi dia berusaha menahan perasaanya."Em itu. Itu Mas mau ke pasar" jawabnya menyembunyikan panik. Dadanya sudah berdegup kencang,tangannya juga sudah sangat basah karena kaget dan takut.
"Jauh banget sampai ke sini. Kan didekat rumah ada pasar kaget juga Rum"
"Em itu . Itu anu. Ningrum kerja sekarang Mas" jawabnya tergagap menggaruk-garuk pelipisnya.
"Kerja apa?
"Jadi ART Mas" dia menunduk mengalihkan pandangannya pada sendal jepit yang ia kenakan.
"Owh. Alhamdullilah. Berarti yang aku denger dari ibuk itu nggak bener berarti Rum" lelaki itu membenarkan letak ranselnya yang lumayan besar dengan senyum mengembang.
"Maksudnya mas" Ningrum mendongok , mengangkat mukanya bingung.
"Kata ibuk kamu sudah menikah dengan orang kaya makanya sudah ngga tinggal di kampung Selo lagi" ekspresinya berubah masam.
Deg.
Apa ibunya mas janu tidak menceritakan lengkap tentang dia yang kabur dari pernikahan juga?"Em itu. " Bingung . Ningrum menggaruk tengkuknya berharap menemukan jawaban untuk Janu.
"Kamu tidak sedang menyembunyikan sesuatu kan Rum?Kamu tidak lagi bohong kan ?"
Ningrum menunduk lagi. Seolah sudah tahu jawaban gadis itu Janu melanjutkan ucapannya .
"Kalau memang berita itu bohong . Daripada kamu jadi ART disini .mending kamu ikut aku ke kota saja Rum. Tinggal bareng aku"
Bibirnya kelu. Tinggal bareng Janu adalah impiannya dulu tapi entah kenapa mimpi itu seakan jauh darinya sekarang."Nomormu juga nggak bisa dihubungi sekarang Rum,kenapa?"
" Handphone ku hilang mas"jawabnya cepat sambil menyembunyikan dompetnya dibelakang punggungnya.
"Sekarang belum ada nomer yang baru Rum?" Tanya lelaki itu. Dan entah kenapa Ningrum menggeleng. Seolah dia tak ingin lelaki itu menghubungi dirinya lagi.
Harapan yang dulu besar pada lelaki itu , sekarang seakan pupus tak tersisa.Perasaan apa ini? Saat ada mas janunya disini kenapa dia malah merasa takut jika majikannya akan memergokinya. Seakan dia takut Reza akan marah padanya. Dia tidak mau Reza merasa dikhianati olehnya.
"Em ya udah Mas aku mau belanja dulu" ucapnya sambil buru-buru berbalik . Merasa takut berlama-lama dengan Janu.
"Tunggu Rum kita belum selesai bicara"
Ucapnya sambil menahan lengan Ningrum dan saat dia menahan lengannya bersamaan dengan handphone Ningrum yang berbunyi nyaring."Kamu bilang handphonemu hilang"matanya melotot. Ada raut kecewa di wajahnya. Dengan kasar dia menghempaskan tangan Ningrum. Menyugar rambutnya asal lalu bertolak pinggang .
"Iya memang hilang Mas" dia kembali menunduk takut sambil mencengkram dompetnya erat. Kakinya rasanya lemas ketahuan bohong oleh lelaki yang pernah mengisi hatinya,apalagi melihat kemarahan Janu membuat nyalinya ciut.
"Kamu sengaja nggak mau kasih tahu aku nomor barumu?" Mukanya berubah kesal.
Ningrum bergeming
"Maaf mas, sebaiknya Mas lupakan Ningrum"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ningrum ( Selesai )
General FictionWarning!!!! Area 🔞🔞🔻🔻 Sudah ada tandanya ya 'guys. Tolong kesadarannya untuk tidak membaca bagi yang di bawah umur!! Kabur dari pernikahan,terpaksa Ningrum jadi Asisten Rumah Tangga di kediaman seorang dokter muda. Tapi nasib tak berpihak padan...