Tears

1K 101 48
                                    

Seulgi menghapus air matanya dan segera meraih kacamatanya yang sedikit retak kemudian kembali terisak kecil.

Rasanya ia seperti hidup di neraka, kenapa teman-teman sekolahnya selalu saja mengganggu dan merundungnya padahal ia tidak pernah melakukan kesalahan apalagi mengganggu mereka.

Tidak ada yang salah dengan Seulgi, gadis itu juga salah satu siswa pintar di sekolah tapi mungkin tampilan yang terlihat geeky membuat orang-orang sering merundungnya.

Pernah suatu hari ia mengadu pada ayah dan ibunya membuat mereka marah dan melaporkan pada pihak sekolah tapi nyatanya satu minggu setelah itu rundungan semakin gencar terhadapnya. Maka dari itu Seulgi tidak pernah mengadu lagi, ia hanya akan diam-diam menangis sendirian.

Seulgi berdiri dan masuk ke toilet untuk merapihkan pakaiannya.

"Semangat Seulgi-ya sebentar lagi pendidikanmu disini selesai, kau pasti bisa melewatinya." Gumamnya pada diri sendiri.

Lalu ia menghela napas, harus mengatakan apa ia pada ayah dan ibunya kalau kacamatanya rusak padahal sebulan yang lalu baru membelinya.

Setelah merapihkan pakaian dan rambutnya Seulgi segera keluar hendak menuju kelasnya. Namun seperti tidak ada habisnya dari kemalangan Seulgi tidak sengaja menabrak siswa laki-laki yang semua orang takuti di sekolah karena kebengisannya.

Laki-laki itu membalikkan tubuhnya dan menatap tajam Seulgi.

"Bisakah kau berjalan dengan benar? Pakai matamu!" Bentak laki-laki didepannya membuat Seulgi merengut sedikit takut.

"Maaf, aku tidak sengaja." Cicitnya.

Laki-laki didepannya menghela napas kesal dan mendelik kemudian pergi meninggalkan Seulgi tanpa ingin terlibat.

Seulgi bergidik ngeri dan melanjutkan langkahnya tapi dengan pikiran penuh karena terpikirkan beberapa hal.

Laki-laki bengis tadi itu adalah Sehun yang merupakan tetangganya, bukan hanya itu rumah mereka benar-benar bersebelahan tapi mereka tidak berteman sama sekali. Sebenarnya laki-laki itu baru pindah sekitar 2 tahun lalu bersama ayahnya. Yang ia tahu dari ibunya kalau ibunya Sehun sudah meninggal.

Seulgi menggeleng pelan tidak perlu memikirkan laki-laki yang sama-sama sering memarahinya ketika berpapasan dengannya. Seulgi mendengus merasa konyol karena sikap laki-laki itu yang tidak jelas.

Sesampainya di kelas Seulgi langsung membuka bukunya sambil menghela napas, waktu istirahatnya lebih baik ia gunakan untuk membaca daripada pergi ke kantin sekolah karena orang-orang merundungnya. Seulgi merutuki diri karena tadi menolak makanan ibunya untuk di bawa ke sekolah.

Tapi tiba-tiba Seulgi kembali termenung mengingat kejadian akhir-akhir ini pada laki-laki bengis itu. Seulgi terkaget lalu menggeleng keras merasa tidak harus dipikirkan.

Malam harinya Seulgi tersenyum sambil membawa secangkir coklat panas ditangannya menuju balkon kamarnya. Oiya sepulang sekolah tadi Seulgi mengatakan pada ibunya kalau kacamata miliknya terjatuh dan terinjak kakinya sendiri. Seulgi tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya bukan?

Ibunya sedikit menatap ragu tapi penjelasan anaknya membuat wanita paruh baya itu mengangguk dan menghubungi suaminya agar membelikan kacamata untuk putrinya.

Seulgi menghirup napasnya panjang kemudian menghirup aroma coklat yang membuatnya tersenyum manis, ah rasanya sangat bahagia.

Kemudian Seulgi menoleh ke arah samping dan diam-diam Seulgi memperhatikan di pinggir kamar balkonnya, ada Sehun yang berdiri di balkon kamarnya juga sambil mengeluarkan sebatang rokok lalu mematik api dan segera menghisapnya dalam. Asap mengepul disekitarnya dan Seulgi masih memperhatikan laki-laki itu dalam diam.

1210 Story [SEULHUN ONESHOOT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang