Seorang Bad Boy yang bernama Diago Alcasta selalu membuat kerusuhan di kelasnya, membuat guru-guru di SMA Alundra malas mengajar kelas XI Ipa 2.
Dengan masalah yang Alcasta buat, guru-guru selalu menyalahkan Prisca Birgitta yang menjabat sebagai ket...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Prisca menyimpan ponsel di tasnya lalu ia berjalan kaki menuju rumahnya yang lumayan memakan waktu lama. Ia tidak bisa menggunakan kendaraan umum karena tidak memiliki uang yang cukup.
Sesampainya di rumah pukul empat. Prisca bergegas mandi dan menuju tempat kerjanya dengan tergesa-gesa. Ia berlari sangat kencang karena sudah terlambat satu jam.
Ketika ia sampai di depan tempat kerjanya ia langsung merapikan baju dan rambutnya yang kusut. Ia kembali berjalan memasuki tempat itu dan langsung dihalangi oleh sang pemilik cafe.
"Permisi pak, maaf saya telat," ucap Prisca sambil menunduk karena merasa bersalah.
"Kamu ini mentang-mentang setiap telat saya maklumi, jadi kamu bisa datang kapan saja! Maaf Prisca kamu saya pecat!" ujar bos cafe tersebut membuat Prisca tercengang.
"T-tapi pak nanti saya-"
"Maaf Prisca kamu boleh keluar," pungkas bos cafe. Tanpa memohon kembali Prisca berjalan menuju keluar dari kafe tersebut.
Tatapannya seketika kosong dan langkahnya begitu gontai. Air mata mulai menetes membasahi pipinya. Pikirannya berkecamuk memikirkan bagaimana cara ia melanjutkan hidupnya.
Bruk!
"Jalan itu pakai mata!" bentak seseorang yang ditabrak oleh Prisca.
"Pakai kaki," jawab Prisca dengan ketus.
Seseorang itu sedikit menunduk untuk melihat wajah Prisca yang terhalang helaian rambut.
"Manekin?"
Prisca menatap seseorang yang memanggilnya dengan sebutan khas itu. Ya, siapa lagi jika bukan Alcasta. Prisca malas berhadapan dengan satu manusia ini. Ia hendak beranjak namun Alcasta menahan tangannya.