Kringg.
Prisca mematikan jam beker miliknya lalu beranjak dari tempat tidur. Ia mulai dari membersihkan dirinya, memakai seragam dengan rapih seperti biasanya dan saat ia ingin membuat sarapan ternyata sudah ada Alpha di dapur sedang berkutat dengan alat dapur.
"Eh, lo sekolah?" tanya Prisca menghampiri Alpha.
Alpha menoleh lantas tersenyum sangat manis, "iya kak, gue sekolah. Kalau di rumah lama sembuhnya."
"Biar gue lanjutin." Prisca mencoba mengambil alih pisau yang dipakai Alpha untuk memotong bawang dan cabai.
"Lo duduk di sana tungguin." Alpha menunjuk meja makan dengan dagunya.
"Tap-"
"Nggak nerima penolakan," pungkas Alpha dengan tegas.
Prisca pun berjalan dengan pasrah menuju meja makan, lalu duduk sambil menopang dagunya. Ia melihat harta satu-satunya yang ia punya, sangat berharga. Bibir ranumnya mengukir bulan sabit yang sangat tipis.
Lima menit kemudian Alpha membawa satu piring ke hadapan Prisca, "tara! nasi goreng special buat kakak gue tercinta." Alpha menyodorkan piring itu di hadapan Prisca, "kok cuma satu piring?" tanya Prisca heran.
"Satu piring berdua, lah," jawab Alpha seraya duduk.
"Bawa piring lagi. Dibagi dua," ujar Prisca.
"Emang gue bikin rabies? Sampai gak mau satu piring berdua?" protes Alpha tidak terima.
Alpha menyendok nasi goreng yang ia buat lalu mengarahkan ke mulut Prisca, "apaan sih Al gue bisa sendiri," tolak Prisca seraya mengambil alih sendok dari tangan Alpha.
"Lo gak mau satu piring berdua sama gue? Terus gak mau gue suapin?" tanya Alpha dengan nada kecewa.
"lya, iya, nih, aaa." Prisca membuka mulutnya lalu menerima suapan sendok nasi goreng yang ada di tangan Alpha, "enak." Prisca tersenyum ke arah Alpha membuat Alpha menunjukkan ekspresi bangga pada dirinya.
Sepuluh menit kemudian mereka selesai dengan ritual makannya. Alpha segera memanaskan motor dan Prisca mengunci rumahnya. Lalu mereka mulai melaju dengan kecepatan sedang.
"Kak." Alpha memulai pembicaraan dan Prisca hanya menjawab dengan gumaman.
Alpha menatap wajah Prisca dari kaca spion motornya, "kalau ada yang gangguin lo bilang sama gue. Walaupun gue adik kelas. Kita cuma beda umur, bukan beda nyali."
"So' iya lo," sahut Prisca dingin.
"Sampai ada yang berani gangguin lo-"
"Apa!" pungkas Prisca dengan nada mengancam.
KAMU SEDANG MEMBACA
WARMHEART
Ficção AdolescenteSeorang Bad Boy yang bernama Diago Alcasta selalu membuat kerusuhan di kelasnya, membuat guru-guru di SMA Alundra malas mengajar kelas XI Ipa 2. Dengan masalah yang Alcasta buat, guru-guru selalu menyalahkan Prisca Birgitta yang menjabat sebagai ket...