CHP 01 - SMA ALUNDRA

138 31 32
                                    

SMA Alundra,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SMA Alundra,

Matahari mulai terbit di ufuk timur sana. Pantulan cahaya mulai bertabrakan. Bayangan terlihat samar akibat sang mentari tertutup oleh awan suci. Langit tersenyum berwarna biru menyerupai air laut yang bergelombang.

Derap kaki melangkah ke sana - ke mari berlarian sesuai dengan suasana hati. Siswa dan siswi yang memakai seragam serupa berlalu-lalang di sekitaran lapangan dan koridor.

Bunyi nyaring yang berpadu terdengar sangat ricuh dan meresahkan. Sebuah kelas yang sangat terkenal selalu menjadi juara pertama dalam kebisingan.

"Alcasta!" teriak menggema menggemparkan seantero Alundra. Itu adalah sebuah kebiasaan setiap siswi yang menjadi korban kejahilan salah satu siswa kelas XI IPA 2, Diago Alcasta.

- WARMHEART -

Tet ... tet ... tet ...

Bel SMA Alundra menggema di setiap penjuru sekolah. Semua murid berlarian memasuki kelasnya masing-masing. Tetapi, ada juga yang berjalan santai. Bahkan, ada yang tetap diam di tempat menunggu sang ketua kelas menjemputnya.

Suasana semakin ricuh saat semua murid berada di dalam satu ruangan. Berteriak, berlarian dan bernyanyi.

Seorang siswa berseragam urakan merogoh saku celananya untuk mengambil sebuah batang tembakau. Ia mengepulkan asap ke sembarang arah di ruangan tertutup ini.

"Alcasta! Lo kalau mau nge-rokok di rooftop aja deh!" protes siswi lain yang merasa terganggu dengan asap bau itu.

"Tinggal matiin AC-nya, buka pintunya, selesai. Ngotak dikit, lah!" kata siswa yang bernama Diago Alcasta.

"Tuhan menciptakan organ tubuh untuk digunakan. Bukan dijadikan pajangan. Kalau gak terpakai mungkin otak lo bisa disumbangkan," sahut siswi yang lain tanpa melihat keberadaan Alcasta. Dia Prisca Birgitta.

"Nyindir gue, lo?" tanya Alcasta tidak terima.

"Nggak berniat menyindir. Kalau lo merasa, artinya gue tepat sasaran."

Alcasta menggertakan rahangnya. Ia melempar bungkus rokok ke sembarang arah sehingga mengenai siswi lainnya.

Suara pintu berdenyit pertanda dibuka oleh seseorang. Hal itu tidak membuat keributan ini diam sejenak barang sedetikpun. Mereka menghiraukan dan tetap dalam kesibukannya.

"Selamat pagi!" sapa sang guru setelah memasuki kelas unggulan ini, XI IPA 2.

Mereka menoleh dan langsung menempati tempat duduk masing-masing, "pagi, bu!" jawab mereka dengan serempak.

"Selamat datang kembali di sekolah tercinta kita, SMA Alundra. Semoga liburan selama 1 bulan kemarin membuat kalian refresh, ya!" ucap sang guru.

WARMHEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang