Mobil melesat membelah jalanan. Rodanya seperti tergelincir bebas akibat tingginya lajuan sang kencana. Rintik hujan menghiasi kaca mobil yang mulai berembun.
Mobil elegan itu terparkir sempurna di halaman rumah sakit. Sebuah heels hitam berbunyi saat diadu dengan lantai lorong rumah sakit yang cukup panjang.
Mata monolid itu terlihat fokus mencari tulisan di beberapa ruangan hingga akhirnya menemukan sebuah tujuannya.
Pintu putih didorong dengan antusias dan menampakkan sosok gadis yang terbaring.
"Prisca!" pekik tante Aleka dan langsung mencium pucuk kepala Prisca.
"Maaf kemarin sore tante dan om Yura gak jadi ke sini karena ada sedikit masalah di kerjaan. Sebentar lagi om Yura nyusul ke sini," jelas tante Aleka.
Prisca beringsut, "iya gapapa, tan," ucapnya tidak bersemangat.
"Kamu kenapa bisa gini?" tanya tante Aleka dengan nada khawatir.
"Aku gapapa. Ada sedikit kecelakaan di sekolah. Tapi, kata dokter sore ini udah bisa pulang."
Tante Aleka menghela nafas lega, "syukurlah. Kamu bilang ada yang mau dibicarain, apa?"
"Alpha masuk kantor polisi," ujar Prisca to the point.
Tante Aleka membelalak, "k-kok bisa? gak mungkin!" bantah tante Aleka tidak terima.
"Tiba-tiba murid sekolah lain nyerang sekolah kita terus polisi datang dan bilang salah satu dari Alpha dan teman-temannya ada yang membunuh ibu-ibu."
Tante Aleka menutup mulutnya yang terbuka. "Ini salah paham. Tante gak lihat ada Alpha di sana."
Prisca menautkan kedua alisnya dan sedikit mengangkat kepalanya, "maksud tante?"
"Tante ada di tempat kejadian waktu itu. Tante harus ke kantor polisi sekarang!" tante Aleka hendak melenggang pergi namun Prisca menahannya.
"Prisca ikut tante!"
"Tapi, kamu baru bisa pulang nanti sore."
"Prisca minta tolong tante, tante minta izin untuk pulang sekarang ya. Prisca mau tau keadaan Alpha, tan," ucap Prisca penuh permohonan.
"Kamu kemas barang-barang kamu. Tante temuin dokter dulu," lalu tante Aleka melenggang pergi.
Tanpa menyiakan waktu barang sedetikpun, Prisca bergegas mengemas beberapa barang miliknya. Kulit mulusnya megeluarkan buliran air seakan ruangan ini tidak ada pendingin.
- WARMHEART -
Sorot mata tajam bak elang yang siap memangsa. Tangannya mengepal kuat meremas botol plastik yang baru saja ia teguk. Tanpa aba-aba tangan itu melempar yang ia genggam jauh ke sana.
Tepat pada sasarannya. Botol plastik itu mengenai wajah Alcasta yang ada di seberang jeruji besi. Alcasta yang mudah tersulut emosi antusias berdiri dan mendorong besi yang menghalanginya seakan bisa terbuka.
"MAKSUD LO APA!" teriak Alcasta menggema di lorong gelap.
"LO MANUSIA PALING SIAL DI DUNIA INI!" teriak kembali Alpha.
"JAUH JAUH LO DARI PRISCA!" lanjutnya.
Setelah mendengar nama Prisca, emosi Alcasta meredam seketika bak disiram air. Otaknya berkecamuk memikirkan bagaimana kondisi gadis malang itu.
Namun, Alcasta dengan cepat menyingkirkan kekhawatiran itu. Bibirnya perlahan menyungging setelah pikirannya berkata bahwa keputusannya untuk balas dendam melalui Prisca adalah keputusan yang sangat tepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
WARMHEART
Roman pour AdolescentsSeorang Bad Boy yang bernama Diago Alcasta selalu membuat kerusuhan di kelasnya, membuat guru-guru di SMA Alundra malas mengajar kelas XI Ipa 2. Dengan masalah yang Alcasta buat, guru-guru selalu menyalahkan Prisca Birgitta yang menjabat sebagai ket...