CHP 12 - BASECAMP

28 6 0
                                    

Alcasta, Arthur, Bryan dan Edghar sedang berada di rooftop

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alcasta, Arthur, Bryan dan Edghar sedang berada di rooftop. Mereka bolos pelajaran karena tidak suka dengan mata pelajaran fisika. Menurut mereka lebih baik matematika dibanding fisika yang susahnya melebihi memecah siapa impostor di among us.

Belakangan ini langit terus meredup. Matahari seperti lelah untuk terus bersinar. Awan mulai malas terlihat baik-baik saja. Ini saatnya mereka menurunkan beban selama ini.

"Kenapa bisa si Prisca belain lo?" tanya Arthur heran.

Alcasta membuang asap yang memiliki wangi cokelat. Ia memasukkan benda kecil ke dalam sakunya yang diduga adalah vape.

"Apa sih yang gak bisa gue dapatin di dunia ini? terlalu mudah," seringai Alcasta lalu mengacak-acak rambutnya yang lumayan tebal.

"Berarti lo belum merasakan rasanya kehidupan, Al," ujar Bryan.

"Lo aja yang belum terlalu kenal gue."

Bryan membelalak, "kita sahabatan dari SMP. Gue belum kenal lo?"

Alcasta menepuk bahu Bryan, "sedalam apapun lautan, setinggi apapun gunung, seluas apapun langit, manusia bisa menjelajahi. Tapi, isi hati manusia gak ada yang bisa tau."

Alcasta menarik nafas dalam-dalam menghirup udara segar dan sejuk di pagi sedingin ini, "terkadang kehidupan manusia yang ditonjolkan itu adalah fake. Yang real akan menjadi privasi. Itulah kehidupan sebenarnya, Bry."

Edghar yang sedang mengulum permen mengangguk-angguk memahami setiap kata yang keluar dari mulut sahabatnya. Ia tidak menyangka seorang Alcasta bisa berbicara seperti itu.

"Kok, hidup gue gak ada privasi, ya? semuanya gue tonjolkan. Gue kaya, bunda gue masi muda, pembantu aduhai, kucing gue lucu-lucu, gue bego, gue lucu, gue ganteng, semuanya gak ada yang gue sembunyiin."

Arthur menoyor kepala Edghar, "hidup lo gampang dijelajahi orang jadinya."

"Yakin? emang lo gak punya masalah yang lo pendam?" tanya Alcasta ragu.

Edghar terdiam. Pikirannya langsung tertuju kepada ke dua orang tuanya yang berpisah beberapa bulan lalu, bahkan hampir satu tahun. Rasa sedihnya tidak hilang dimakan waktu, dukanya tidak mengalir terguyur air, lukanya tidak sembuh oleh terpaan angin. Ia menutupi luka dengan tingkah konyolnya untuk menghibur diri.

"Sejauh apapun gue pergi, seramai apapun tempat singgah, setiap gue sendiri kenapa luka itu ada lagi?" Edghar terdengar sedih.

Alcasta merangkul Edghar, "self healing terbaik adalah berdamai dengan diri sendiri, jangan lari. Pelan-pelan terima kenyataan. Apapun yang terjadi itu kehendak tuhan. Lo gak bisa nolak."

Arthur berdiri di ujung rooftop. Ia melawan angin yang berhembus kencang, mencoba tetap berdiri walaupun hendak runtuh.

"Kita semua punya porsi masalah masing-masing. Jangan pernah iri sama kehidupan orang lain. Benar kata Alcasta, yang mereka tunjukkan adalah kehidupan fake," ucap Arthur.

WARMHEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang