"E-emang yah saya salah berharap sesuatu sama orang?" Ucap Aqila yang msh dengan sesegukannya
"Boleh, tapi jangan berharap berlebh kepada seseorang, berharap lebih lah kepada Allah dan kamu tak akan pernah merasakan sakit hati dan kecewa" Ucap Rey dengan lembutnya menberi tahu kepada Aqila.
"I-iya sih"
"Kenapa emng? Ukhti berharap sama seseorang?"
"Ya allah ternyata dia sudah menyukai seseorang" ucap Rey dalam hati
"Iya, tapi ternyata dia udah nikah akhi, padahal dia sudah buat janji pada saya akhi bahwa dia akan datangi abah jika saya pulang"
"Sabar ukhti mungkin dia bukan jodoh nya ukhti, dan mungkin allah sudah menyiapkan seseorang yang memang lebih baik dari pada dia ukh, jadi ukhti jangan nangis dan sudah lah ukh lupain dia" ucap Rey dengan tegas.
"I-iya terima kasih sudah kasih masukan sama saya akhi"
___________________°°____________________
Namaku Aqila Azzahra Nurmusiri Zain Muttaqin. Anak dari pemilik pesantren yang terkenal di Jakarta. Siapa yang tak kenal dengan KH. Abdul Rahman Zainal Abidin Zain Muttaqin. Aku yakin, semua orang pasti sudah mengenalnya. Aku menempuh pendidikan di Pondok Pesantren Al Azhar, Kairo, Mesir. Aku lahir di Hadramaut. Sebelum ke Kairo, Abah dan Umik ke rumah jiddy di Yaman, KH. Al Hafidz, kakek dari Abah ku. Saat mereka ingin pulang ke Indonesia, jiddy melarangnya, alhasil aku tinggal di Yaman.
Pondok Pesanteren Alhidayah Pusat Jakarta, pondok pesantren yang sudah memiliki cabang di kota besar lainnya seperti Banten, Jawa Barat , Jawa Tengah, Jawa Timur, bahkan hingga di Kalimantan. Pondok pesantren itu di dirikan langsung oleh mbah kakung atau ayah dari abah ku, KH. Muttaqin.
Saat memasuki jenjang SMP aku memilih mondok di Ponpes Al Azhar sampai aku SMA. Setelah lulus aku pun melanjutkan pendidikan di Ponpes Al Gaff milik jiddy. Sebelum aku ke Ponpes Al Gaff, aku dikenalkan oleh kakak dari sahabat ku, kakak dari Anisa. Sahabat sekaligus teman kamarku. Aku cukup tau tentang kakaknya, karena Aisyah selalu bercerita tentangnya.
Anisa juga berasal dari Indonesia. Sebelum aku ke Yaman, dan Aisyah ke Indonesia, kami sempat bertemu dengan kakak Aisyah. Sebenernya sedikit takut bertemu dengannya, karena ia kan ikhwan. Setelah pertempuan itu, aku terngiang dengan perkataan nya yang mengatakan. "Aku tunggu kau di Indonesia." Entahlah aku pun tidak mengerti maksud dari perkataan nya itu. Apa hanya candaan belaka? Ataukah dia memberi ku sebuah harapan? Sudahlah aku tak ingin memikirkannya.
Namaku Reyhan Mukhtar Zamzamy Anak dari pemilik pesantren yang terkenal di Banyuwangi. Pondok Pesanteren Tahfidzul Qur'an, pondok pesantren yang terbilang tekenal di seluruh masyarakat luas dan santi di pondok pesantren Tahfidzul Qur'an yang dipimpin abah ku KH. Anwar Muhtar Zamzamy. Dan Pondok pesantren itu di dirikan langsung oleh ayah dari Abah ku KH. Zamzamy.
Aku memang terlahir dari keluarga yang memang lingkungan pondok pesantren tapi aku tak pernah di ajarkan oleh keluarga ku untuk selalu membangga-bangga kan bahwasannya keluarga ku adalah keluarga yang cukup terpandang di kalangan masyarakat dan dari keluarga yang berada di lingkungan pondok, maka dari itu Abah mengirim ku untuk menuntut ilmu di pondok pesantren sahabatnya di pondok pesantren Alhidayah. Dan aku selalu berucap kepada Abah, aku tak ingin sahabat abah yaitu KH. Abdul Rahman tidak mengetahui bahwa aku putra dari KH. Anwar Mukhtar, karena aku ingin belajar bagaimana kehidupan santri. Walaupun aku besar dari lingkungan pondok aku tak parnah mengerti dengan dalam kehidupan kehidupan santri, dengan ini aku cukup paham dan cukup mengeri bagaimana kehidupan seorang santri yang sebenarnya.